"Mungkin mamah gak enak Nerima berlian yang Pak Rafan kasih, karena kan pasti mahal"
Rafan mengangguk-angguk paham. "Oh gitu, jadi kira-kira beli apa ya buat mereka ? Kalo adik sama kakak kamu sukanya apa ? Kamu... Bisa gak jangan panggil saya Bapak terus ? Kamu kayaknya lupa terus ya"
Rafan benar-benar terus mengajaknya bicara dan semuanya rata-rata adalah bertanya ini dan itu soal keluarganya. Rafan terlihat betul-betul penasaran dengan keluarganya itu, bahkan pria itu tanpa sadar sedaritadi tidak canggung memanggil Bapak dan Mamah pada orangtuanya.
Kenapa harus Rafan ? Andaikan kalau bukan Rafan, saat ini Dirinya pasti akan lebih senang.
***
Pagi menjelang, Laras sudah bersiap-siap untuk berangkat ke kantor, saat ini dia tengah berada di kamar Rafan, membantu bosnya itu untuk bersiap-siap pergi ke kantor.
"Pak Rafan kenapa ?"