Chereads / Anti Sosial / Chapter 7 - Hari Pertama

Chapter 7 - Hari Pertama

"Woah gila!"

Itulah ungkapan yang keluar dari mulut Aldi begitu Ia dan Kakaknya berada di depan gerbang besar rumah megah milik Bos kakak perempuanya yang tidak lain adalah Laras.

"Ssst! Jangan norak" tegur Laras berbisik tepat disebelah Aldi.

Tet…

Laras menekan bel yang terdapat disana, ia menunggu kembali dengan adiknya, tak berapa lama seseorang berjalan kearah mereka, mengintip dari celah-celah ukiran pagar itu.

"Siapa ya dan ada keperluan apa ?" tanya seorang pria yang berpakaian satpam dengan ramah pada Laras.

"Saya Laras Pak, sekertaris baru bapak Rafan" jawab Laras dengan senyum samar di wajahnya yang kini terlihat canggung.

Satpam itu langsung mengangguk. "Oh iya iya, semalam Bapak Rafan sudah berpesan pada saya, silakan masuk, sebentar saya buka dulu gerbangnya"

Seketika gerbang besar itu perlahan terbuka dengan remote kontrol yang di pegang oleh satpam itu.

"Silakan masuk mbak, tapi Masnya… ada keperluan apa ?" ucap Satpam itu sambil melihat kearah Aldi yang masih duduk diatas motornya.

"Oh enggak Pak enggak, saya cuma nganterin aja" jawab Aldi yang langsung membuat satpam itu menatap Laras dan Aldi secara bergantian.

Seperti tau maksud pandangan satoam itu, Laras langsung meluruskannya. "Dia adik saya Pak" Sahut Laras yang langsung membuat mimik wajah satpam itu berubah dan tersenyum.

"Yasudah mari masuk, Pak Rafan mungkin sudah menunggu Mbanya"

"Oh iya iya"

Satpam itu berjalan lebih dulu sedang Laras menatap Aldi sejenak, adiknya itu langsung mengibaskan tangannya, menyuruh Laras untuk segera masuk mengikuti satpam itu. "Gua langsung kerja" sahut Aldi yang membuat Laras mengangguk.

Pintu gerbang itu kembali tertutup, sementara Laras mulai berjalan mengikuti satpam itu masuk kedalam rumah besar dan megah milik bosnya.

Tok… Tok…

"Masuk"

Rafan mendengar suara pintu kamarnya yang dibuka oleh seseorang, ia menunggu keperluan orang tersebut mengetuk kamarnya.

"Siapa ?" tanya Rafan yang kini tengah duduk di pinggir ranjangnya.

"Saya Tejo Mas Rafan, saya mau kasih tau kalau perempuan yang kemarin bapak bilang sudah datang, Mba Laras kan namanya ya?"

Rafan mengangguk. "Suruh langsung kesini aja" jawab Rafan yang langsung membuat Tejo membuka lebih lebar pintu kamar bosnya, lalu menatap Laras yang kini berdiri di belakangnya. "Silakan masuk Mba Laras" ucap Tejo.

Rasa canggung langsung meliputi sekujur tubuh Laras, jantungnya berdetak kencang, dia sama sekali tidak menduga kalau akan sampai membuatnya berada di posisinya saat ini, dia tidak menyangka kalau pemburuannya dengan uang akan mengantarkannya sampai harus masuk kedalam kamar bosnya sendiri.

"Ayo Mba, masuk aja" Tejo kembali menyuruh Laras karena gadis itu sama sekali tak bergeming.

"Oh I..iya iya"

Dengan penuh rasa canggung Laras masuk kedalam kamar itu yang mana sudah ada Rafan yang menunggunya. "Hmm.. selamat pagi Pak" sapa Laras begitu ia berhasil masuk kedalam kamar milik Rafan.

"Pagi, saya sudah nunggu kamu sedari tadi, cepat kesini, saya mau bicara"

Laras kembali melangkah mendekat kearah Rafan yang masih terduduk di pinggir ranjang, sedang Tejo segera menutup kembali pintu kamar itu.

"Ada… yang bisa saya bantu Pak ?" tanya Laras begitu ia berdiri tepat di hadapan Rafan.

Jantung Laras rasanya mau melompat keluar, bisa sedekat ini dan memandang wajah serta melihat tatapan mata tajam milik Rafan yang entah melihat kearah mana, membuatnya terpaku seketika.

"Saya mau mandi," ucap Rafan yang langsung mengulurkan tangannya kearah samping Laras, gadis itu terlihat bingung melihat tangan Rafan.

"Bawa saya ke kamar mandi, sekarang!" titah Rafan yang mungkin terlalu lama menunggu respon Laras.

"Oh… iya… iya, baik Pak"

Laras langsung memegang tangan Rafan, membawa pria itu pelan-pelan, menuntunnya ke kamar mandi, terlihat jelas wajah khawatir di wajah Laras yang terlihat sangat hati-hati menuntun bosnya, takut kalau sampai terjadi sesuatu padanya dan membuat Dia dalam masalah.

"Ini Bapak sudah di dalam kamar mandi" ucap Laras memberitahu Rafan yang kini terlihat sedang meraba-raba benda yang ada di sana.

"Bawa saya kedalam bathup"

Laras segera menuruti ucapan Rafan, ia menuntun pria itu sebelum akhirnya ia mendudukan Rafan disana.

"Tadi pas kamu datang, kamu ketemu siapa saja ?" tanya Rafan tiba-tiba begitu ia duduk di closet.

"Pak Tejo" jawab Laras takut-takut.

"Cuma ketemu Pak Tejo ?"

Laras mengangguk, namun tentua Rafan tak dapat melihatnya. "Iya Pak" ucap Laras akhirnya.

"Yasudah, kamu boleh keluar, saya mau mandi dulu" ucap Rafan lalu meraba-raba tombol shower yang ada disana. "Sekalian siapkan baju untuk saya, oh iya, sebelum kamu keluar tolong taruh handuknya di dekat saya, nanti kalau saya sudah selesai saya panggil kamu lagi" sambung Rafan panjang lebar.

"Baik Pak" jawab Laras lalu mengambil handuk kimono milik Rafan dan menaruhnya tepat di atas closet yang kebetulan berada tak jauh dari bathup.

"Saya taruh handuknya diatas closet ya Pak, saya permisi" ucap Laras dan segera pergi dari sana, berada di dalam kamar mandi besar ini membuat ia hanya semakin canggung dan bingung.

Cklek…

Laras keluar dari kamar mandi itu, jantungnya yang berdegub kencang perlahan-lahan mulai tenang, kini ia terfokus dengan sekelilingnya, kamar bosnya sangat besar, rapi dan bersih, dia juga bisa mencium aroma parfume maskulin milik bosnya, ia tau karena sepanjang hari kemarin ia bekerja di dekat bosnya, aroma parfume ini hampir sama dengan aroma tubuh bosnya.

Laras berjalan sambil memperhatikan kamar tersebut, benda-benda mewah dan TV besar yang terpajang membuat Laras takjub dengan kamar ini.

"Kalau TV di rumahnya sebesar ini pasti setiap hari mamah nonton tv terus" gumam Laras begitu iri melihat TV besar milik bosnya yang tersaji tepat di hadapan kasur besar dan lebar.

Sudah cukup melihatnya, sekarang fokus kerja Laras!

Dia menggeleng pelan, mencoba untuk kembali fokus dengan tujuannya datang kesini yang tak lain adalah bekerja.

Baru akan melangkah kearah lemari besar milik bosnya, ia mendengar suara pintu kamar ini yang di ketuka oleh seseorang.

"Pak Tejo ?" gumam Laras sambil berjalan kearah pintu itu dan membukanya.

"Ada apa Pak T…"

Satu

Dua

Tiga

Sepersekian detik kedua wanita itu saling menatap, keduanya terlihat kaget memandang wajah satu sama lain, Laras hanya bisa terdiam dengan tubuh kaku dan pandangan kaget melihat seorang wanita cantik yang mengetuk pintu kamar bosnya.

Ini siapa lagi ?!

Apa Pak Rafan udah nikah dan ini istrinya ?

Laras memperhatikan wanita cantik yang berdiri di hadapannya yang kini memperhatikan dirinya dari atas sampai bawah.

"Siapa lo ?" tanya wanita itu setelah puas memandang Laras dengan tatapan khas cewek-cewek judes yang galak.

"Hmmm..."

"Pacarnya Rafan ?"

"Atau... Jablainya Rafan ?"

Shock!

Mungkin itu yang saat ini Laras rasakan, matanya membulat begitu ia mendengar kata 'Jabai' dari mulut tipis berwajah judes tersebut.

"Bu..Buk..."

"Jadi ini kelakuan Rafan sebenarnya ? bawa cewek kedalam kamar Wow!"

Laras menggeleng, namun mulutnya entah kenapa terasa susah untuk bersuara, apalagi ketika wanita itu memandang kearah lain lalu tersenyum dingin penuh ejekan.

"Wah kebetulan! Ternyata ini nih kelakuan anak yang katanya harus di contoh ? By the way, lo di bayar berapa buat dipake sama Rafan ?"

"Kamu siapa ?"

Laras kembali menatap orang yang kini datang kehadapannya, seorang pria tinggi yang kini menatapnya dengan tatapan menyelidik, Laras seperti sedang di kuliti oleh tatapan dua orang yang berdiri dihadapannya seolah ingin menghakiminya.

Laras bagaikan maling yang ketangkep basah dan siap dihakimi massa.

Mati gue! Gimana nih ?!