"Tahu enggak Kak? Sebelum ikut kesini. Aku 'kan masih di dalam kamar, memang tidak mau ikut! Heh ... enggak berselang lama ada suara mirip banget sama sahabat Kakak. Katanya, 'Dek, ikut ya! Jangan membuat Kakakmu bersedih gara-gara kelakuanmu seperti ini' lantas, aku berpikir dong ternyata belum sadar. Bahwa sahabat Kakak telah tiada! Aku sangat sedih sekali," ucap Adikku sambil mengeluarkan air matanya. Jangan bersedih dong de, aku 'kan bakal terbawa suasananya.
Hingga akhirnya, benar dugaan Lusi aku sebagai Kakaknya terlalu banyak pikiran negatif. Padahal bisa saja kelakuan telah lama ada dalam diriku di hilangkan, meski perlu waktu juga. Lantas, aku harus bagaimana supaya bisa memahami Adikku sendiri? Kadang susah kalau tak ada yang support biar semangat menjalani perubahan ini. Lalu, perlu minta bantuan lagi sama kekasihku? Yang ada malah makin runyam urusannya. Tadi pagi debat berkaitan berusan, apalagi bertambah caranya seperti apa.