Chereads / tak seindah pelangi / Chapter 4 - titik balik

Chapter 4 - titik balik

pagi hari di hari Senin, seperti hari-hari biasanya Sora sedang berada dirumah sakit untuk berpamitan dengan ibunya yang masih terbaring diatas ranjang besi tua.

sudah hampir 5 bulan lamanya, ibunya masih tetap dengan keadaan yang sama. Dengan kabel-kabel yang terpasang hampir di seluruh bagian kepala dan tubuhnya.

ingin rasanya Sora memeluk ibunya tapi jangankan memeluknya,hanya untuk menyalami tangannya saja ia tidak bisa. Sora hanya bisa melihat ibunya dari balik kaca yang terpasang untuk membatasi antara pasien dan penjenguk.

sudah pukul 7 lewat 10 menit, Sora masih terdiam ditempatnya sembari memandangi wajah ibunya yang semakin kurus.

terlihat raut wajah sedih di wajah Sora. tapi segera ia tersadar dan langsung pergi dari tempatnya. Sora berlari disepanjang jalan menuju sekolahnya. Untung saja hari ini cukup ramai yang terlambat datang ke sekolah sehingga ia tidak akan dihukum sendirian.

Sora berdiri didepan seluruh anak-anak SMA Kartini yang sedang melaksanakan upacara bendera merah putih dengan khidmat.

tapi tentu saja semua siswa tidak sampai sefokus itu dalam ber upacara malahan banyak dari mereka yang hanya memperhatikan anak-anak yang dihukum didepannya itu.

Sora berdiri berjejer bersama 10 siswa lain yang sama sepertinya. tapi kali ini Sora bersyukur karena tidak ada lagi orang yang akan mencemoohnya nanti.

'ternyata penampilan itu mampu mengubah segalanya' batin Sora.

kepercayaan dirinya meningkat 2 kali lipat dari biasanya. karena hari ini Sora sengaja memakai lipbalm dibibirnya, yang mungkin dulu tidak pernah ia pakai.

upacara telah selesai dan semua murid berhamburan keluar dari barisannya. tapi tidak dengan sora dan 10 siswa tadi. karena selain harus berdiri didepan mereka juga harus membersihkan halaman sekolah sampai tidak ada sampah yang tertinggal.

sepuluh menit kemudian Sora sudah selesai dengan tugasnya dan ia pun berniat kembali ke kelasnya tapi tangannya dicegat oleh seseorang.

hal itu sontak saja membuat Sora mau tak mau menoleh ke arahnya. Sora terkejut ketika melihat siapa orang yang berada dibelakangnya itu.

seseorang laki-laki bertubuh tinggi sedang berdiri dibelakang Sora. laki-laki tampan dengan Hoodie berwarna biru itu menarik lengan Sora dan membawanya ke suatu tempat.

tempat dengan banyak sekali Putung rokok berserakan, tepatnya di bagian belakang sekolah.

"kamu tidak akan memperkosaku kan?" tanya sora setelah melepaskan lengannya dari cengkraman laki-laki asing itu.

"hahahaha ya' nggak lah. mana berani aku"

Sora mendengus kesal dan mencoba menatap matanya dengan tenang. yang pada kenyataannya ia merasa sangat gugup dan takut.

"ngga usah takut. gue nggak gigit kok hehe" cowok itu mengeluarkan sebatang coklat dari dalam sakunya dan melemparkannya ke Sora.

Dengan sigap Sora menangkapnya.

"buat aku?" tanya sora pura-pura.

cowok itu hanya mengangguk dan tersenyum sengaja menampakkan gigi gingsulnya. senyuman manis semanis wangi bunga di musim semi.

"kenalin gue Raymond, dan gue suka sama Lo"

Sora yang mendengarkannya pun terkejut sampai-sampai ia menjatuhkan coklatnya.

Ray tersenyum dan mengambilkan coklat yang terjatuh tadi.

"kaget yah? gue tau sih ini mendadak. tapi gue harap Lo mau jadi pacar gue"

senyuman manis yang meluluhkan hati setiap wanita itupun tidak bisa dihindari oleh Sora. Ray mendekatinya bermaksud memberikan kembali coklatnya yang terjatuh tadi.

suara detak jantungnya terdengar sangat cepat, pipinya memerah dan Sora jadi salah tingkah.

"ah, maaf.. tapi.. ke-kenapa harus aku?" Sora tergagap karena jarak mereka berdua yang sangat dekat.

"tidak ada alasan untuk menyukai seseorang bukan?" Ray menyeringai dan semakin mendekat padanya.

Sora memejamkan matanya, dan hal itu pun menjadi semakin menarik perhatian Ray. ray tersenyum dan menyentil' pucuk hidung Sora.

Sora tersentak kaget dan kembali membuka matanya.

"kenapa tutup mata? pikirannya kotor nih" Ray tertawa kecil melihat tingkah Sora yang menggemaskan.

Detak jantung Sora semakin tidak terkendali. Sora menunduk malu dan mengatur napasnya yang tersenggat.

"gue kasih Lo waktu buat mikir, tapi gue harap secepatnya ya? sekarang kamu masuk kelas gih, murid teladan kan nggak boleh telat" kata Ray mengelus pucuk rambut Sora lembut.

Sora hanya mengangguk dan segera pergi dari tempat itu. ia berlari kecil dan sesekali ia hampir terjatuh karena langkahnya yang tidak seimbang.

Ray tersenyum menatap kepergian Sora yang terkesan menghindari. tak lama setelahnya Ray pun mengikuti Sora dari belakangnya.

Sora sampai dikelasnya dengan tergesa-gesa. ia terus menggeleng kepalanya, masih tidak percaya.

Ray sang pangeran sekolah menembak dirinya, Sora si gadis miskin yang jelek. rasanya seperti mimpi, dan Sora tidak berhenti tersenyum.

"kamu kenapa?" tanya Niken yang menghampiri tempat duduknya.

Sora yang menyadari hal itupun hanya menggelengkan kepalanya cepat.

"nggak apa-apa kok"

"kalo ada masalah cerita dong, kita kan temen" ujar Niken yang hanya ditanggapi senyuman oleh Sora.

Niken berdecak sebal, karena bukan kali ini saja Sora menghindarinya dan bahkan sora tidak lagi menceritakan masalahnya padanya.

'sora berubah' batin Niken namun dengan segera ia menepis pikiran seperti itu. Niken berharap ini bukan sesuatu yang serius.

"oiya Sora, nanti sore aku mau karaokean bareng kakakku kamu mau ikut nggak?" tawar Niken tapi langsung ditolak Sora.

wajah Niken terlihat kecewa, Sora yang menyadarinya pun merasa tidak enak dengannya.

"maaf banget, tapi hari ini aku ada janji dengan Hani" ucap Sora menangkupkan kedua tangannya didepan dada.

Niken menghela napas kecewa, ia kemudian tersenyum dan pergi ke tempat duduknya kembali. Sora terdiam dan menatap kepergian sahabatnya yang tidak mengatakan sepatah katapun.