Chereads / Injustice / Chapter 1 - KASUS I : Justice’s Blunt Edge

Injustice

🇮🇩TadaAru
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 3.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - KASUS I : Justice’s Blunt Edge

"Kasus baru lagi!? Ini kasus ke 12 dalam bulan ini! Bahkan masih jauh dari pergantian ke bulan depan!" Duran menggebrak meja setelah mendapatkan laporan kasus baru yang aku bawa.

Duran adalah panggilan akrab Randu sebagai atasanku dalam pekerjaan sebagai penanganan kasus seperti kepolisian tapi secara informal, banyak juga dikenal dengan istilah detektif. Detektif di sini kurang diminati karena jika tertarik dengan pekerjaan macam ini sekalian saja menjadi polisi, toh gaji lebih tinggi dan predikat formal mereka layak menjadi sebuah titel untuk kepuasan dan kebanggaan tersendiri. Alasan lainnya adalah sebagian orang memahami resiko pekerjaan ini dimana jika kasus yang kita usut terlalu dalam, kerap kali musuh yang akan kita kejar malah mereka yang selama ini kita bela dan pertahankan.

Namaku adalah Karma, orang yang baru saja membawakan berita yang membuat Duran naik pitam. Meskipun bagiku alasan mereka bisa jadi ada benarnya, aku yakin bahwa meskipun hukum kita yang belum sempurna ini masih memiliki harapan. Tidak peduli bagaimana perkataan mereka tentang hukum yang cacat, aku di sini untuk membuktikan keyakinanku.

"Bagaimana dengan kasus kali ini?" Duran mengawali rapat pengumpulan data dengan menanyakan detail berita yang baru saja datang. Di ruang yang tidak terlalu besar ini mungkin hanya berukuran 3x4 meter dengan meja oval di tengah dan penerangan lampu putih dari segala penjuru menampikkan fakta kalau ruang ini juga kadang digunakan sebagai ruang interogasi. Dipimpin oleh Duran sebagai ketua dan atasan, ada aku dan 3 orang lagi yang mengikuti rapat saat ini yaitu Widya, Ratna dan Randy.

Rapat berlangsung secara informal sama halnya dengan pekerjaan kami, terlihat seperti sekedar ngobrol dan sharing sesama teman atau kerabat tapi dengan bobot bahasan yang kadang menyangkut nyawa seseorang. Sebagai pembawa berita aku pertanyaan ditujukan padaku sebagai pembukaan.

"Korban terluka parah akibat kecelakaan di perempatan lampu merah jalan Raflesia. Kejadiannya adalah saat korban melintasi lampu merah dia ditendang oleh pengendara motor dari arah yang berlawanan. Seperti kasus sebelumnya korban adalah pelanggar lampu merah, dimana dia menerobos dengan kecepatan tinggi sehingga cidera parah tidak dapat terhindarkan, bahkan nyawanya masih tertolong bisa dibilang sebuah keajaiban tersendiri? Mungkin saja."

"Bagaimana dengan pelaku? Apakah sudah tertangkap?"

"Ya seperti kasus sebelumnya yang kita anggap serupa, dia tidak melarikan diri dan tidak melawan saat ditangkap, malah dia memberikan pertolongan pertama pada korban dan menunggu ambulans dan polisi datang lalu membiarkan dirinya ditangkap."

"Kalau begitu jika kasus ini sama dengan yang lain jadi saat dia di interogasi dia juga menjawab sama persis 'aku hanya melakukan hal yang seharusnya' begitu?"

"Tepat sekali, bahkan dia juga menggumamkan kata yang sama saat ditangkap 'Ketidak-adilan telah ditegakkan' dan tertangkap oleh kamera yang merekam kejadian tersebut."

Diskusi cukup memanas antara laporan yang kubawa dengan rasa penasaran Duran. Seperti sudah disebutkan sebelumnya, kasus dengan pola seperti ini adalah yang ke-12 pada bulan ini, berawal dengan penangkapan jambret, pembuangan sampah, dan berbagai kasus yang diawali dengan pelanggaran korban dan berakhir dengan pelaku membalaskan atau menghakimi korban secara sepihak. Setiap kasus tidak selalu berhubungan dengan nyawa dan kecelakaan, kasus pembuangan sampah contohnya adalah kejadian dimana korban membuang sampah sembarangan dan membuat pelaku mengambil sampah tersebut dan mengirimkannya kembali ke rumah korban.

Randy melanjutkan rapat dengan membaca kelanjutan laporan. "Korban melaju dengan kecepatan tinggi dari arah utara jalan Raflesia menuju ke jalan Kamboja, rambu-rambu masih menunjukkan lampu merah tersisa 20 detik? Jadi bukan menerobos ala mengejar lampu hijau yang hampir habis. Pelaku melaju dari arah Selatan jalan Kamboja menuju jalan Kenanga di arah Timur saat lampu hijau."

"Jadi gerakan mereka memotong, karena lajur negara kita adalah lajur sebelah kiri." Timpal Widya.

"Korban tidak mengurangi kecepatan dan tidak berniat untuk berhenti di lampu merah karena tidak terlihat ada yang akan melintas, begitu pengakuan korban. Tapi sesaat dia mengalihkan perhatiannya ternyata ada ibu-ibu yang sedang menyeberang di lampu merah jalan Kamboja dan hampir saja menabraknya, meskipun dalam pengakuannya dia yakin kalau akan mampu menghindar tapi keburu diterjang oleh pelaku."

"Kecepatan tinggi di jalan yang tidak terlalu besar dan yakin bisa menghindari orang menyeberang? Omong kosong sekali. Mungkin bisa saja dia menghindari ibu-ibu yang menyeberang dengan menabrak orang lain." Ujar Ratna geram mendengar pengakuan korban.

"Testimoni orang sekitar yang menyaksikan kejadian juga sepertinya membenarkan tindakan pelaku, karena wajar saja jika mereka bersimpati dengan tindakan pelaku yang seakan mewakili kekesalan mereka terhadap kasus balap liar belakangan yang terjadi di sekitar jalan tersebut dan masih tidak ditanggapi oleh kepolisian."

Dengan menyilangkan tangan di dada serta menghadapkan wajah ke langit-langit Duran terlihat berpikir keras, "Tindakan pelaku yang tidak kabur dan menerima akibat perbuatannya juga sangat membuat hati ingin mengapresiasi dan bertepuk tangan setelah mendengar beritanya. Apa bisa jadi setiap orang yang mendengarkan berita macam ini jadi seperti terinspirasi untuk melakukan hal yang sama dan akhirnya merebak ke berbagai wilayah?"

"12 kasus serupa yang kita temukan baru dari kota Niwamesa ini saja, bagaimana dengan kota lain? Apakah ada kasus serupa juga? Kita harus mencari tahu segala kemungkinan kalau semua hanya kebetulan atau digerakkan oleh seseorang." Duran terus berceloteh sendiri tanpa henti dan melontarkan berbagai pertanyaan yang tidak sempat dijawab oleh siapapun, lalu sejenak dia berhenti akhirnya menjadi kesempatan untuk menjawab sebagian pertanyaan sebelum bertambah makin banyak lagi.

"Hingga hari ini masih belum ada berita kalau di kota lain juga mengalami kasus serupa dalam 2 minggu terakhir, yaitu sejak terjadinya kasus pertama sampai kasus yang baru saja kita bahas. Kejadian dalam satu kota tertentu saja menguatkan teori kalau bisa saja seseorang benar-benar menggerakkan semua kejadian karena masih dalam lingkup kota. Tapi satu jawaban tersebut memunculkan lebih banyak lagi pertanyaan yang tidak akan terjawab hingga kita menemukan jejak konkritnya seperti bagaimana dan mengapa?" Pungkasku.

"Itu baru satu teori dan masih tanda tanya akan benar tidaknya. Sayangnya sejauh ini semua pelaku tidak memiliki keterikatan satu sama lain. Beberapa lokasi kejadian yang berdekatan pun tidak memberikan garis penghubung yang baik untuk melanjutkan investigasi."

"Dilanjutkan pun rapat ini tak akan ada ujungnya, aku ingin melihat kondisi mereka sekarang, kalau cukup beruntung mungkin aku bisa bertanya-tanya pada mereka dan mendapatkan petunjuk yang kita cari. Rapat kita hentikan untuk sekarang, kalian bisa istirahat dulu, aku dan Karma akan mengunjungi beberapa pelaku yang ditahan di kepolisian. Jika jam 5 sore kita belum kembali maka rapat dilanjutkan besok."

Duran mengakhiri rapat untuk saat ini dan memutuskan untuk mengunjungi rumah tahanan dimana beberapa pelaku kasus ini ditahan karena dianggap melakukan pelanggaran yang cukup berat dibandingkan pelaku lainnya. Ada 3 orang yang ditahan karena melukai, menyakiti ataupun hampir membuat korban meregang nyawa sehingga penahanan tidak terelakkan bagi mereka.

Dalam 30 menit kami berdua sampai ke kantor kepolisian yang juga menyambung dengan rumah tahanan di belakangnya, sementara Duran mengurus perizinan pada petugas yang sedang jaga, aku melihat-lihat kondisi sekitar kantor polisi yang cukup ramai dengan orang-orang berlalu-lalang keluar masuk dan duduk di tempat antrian sambil membawa kertas atau stofmap menanti nama atau nomer antriannya dipanggil. Pedagang juga ada di sana-sini menjajakan jualannya pada orang-orang yang lewat, sejauh mata memandang hanya pedagang minuman dan snack yang ada di sekitar, namun kalau mau menyeberang jalan raya di seberang ada warung yang sangat ramai karena tidak punya saingan lain sebagai pilihan tempat makan dan tempat para petugas kepolisian istirahat. Di samping juga ada masjid yang cukup besar walaupun agak sepi karena jamaah sholat sudah selesai, tapi banyak yang percaya kalau masjid itu cukup sejuk apalagi disaat hawa panas menyengat seperti sekarang dimana jam tanganku menunjukkan pukul 01.17.

Setelah beberapa lama dan Duran tak kunjung selesai mengurus izin kunjungan, aku berhenti berkeliling dan masuk ke kantor polisi berharap menemukan posisi Duran dan melancarkan protes padanya. Sejujurnya bayangan pertamaku sebelum sampai di sini kukira kantor polisi yang mengurus rumah tahanan akan terlihat kumuh seperti di film-film yang biasa tayang di televisi ataupun bioskop, apalagi beberapa rumah tahanan yang pernah kukunjungi juga demikian adanya. Mungkin karena kantor kepolisian kali ini adalah pusat dari kota Niwamesa sehingga tempatnya luas dan lapang bahkan dengan antrian sebanyak hari ini sekalipun. Kebersihannya pun dalam taraf wajar karena ramai orang yang berlalu-lalang dan keluar masuk sehingga debu pun ikut terbawa angin ataupun sepatu yang dipakai pengunjung, tapi tidak ada noda yang begitu berarti di sini. Sambil berjalan kesana-kemari panggilan antrian juga menyapa telingaku sehingga terjawab sudah kalau antrian ini adalah orang-orang yang sedang mengurus STNK, walaupun mungkin gak semuanya. Sesaat mataku tertuju pada papan pengumuman yang berada di dinding sebelah tangga, kakiku melangkah mendekat untuk membaca ada apa saja yang tertempel di sana tapi terlanjur dipanggil oleh Duran dari arah samping kiri dan mau tidak mau aku harus meninggalkan papan pengumuman tanpa bisa melihatnya sedikitpun.

Setelah Duran minta maaf karena merasa membuatku menunggu lama, dia lanjutkan ke protesnya akan birokrasi yang rumit sehingga banyak sekali waktu tersita hanya untuk dioper kesana-sini demi izin menemui tahanan walaupun kepentingannya untuk investigasi. Sebagai orang yang sudah hidup di negara yang sama selama 21 tahun ini tentu aku juga sangat paham akan ribetnya hidup disini, jadi tidak ada komplain lebih lanjut dan ku ajak untuk bersegera ke ruang temu tahanan. Sebenarnya ada beberapa pertanyaan yang terlintas di benak namun tidak aku suarakan agar tidak menimbulkan masalah lebih lanjut, namun sebagai investigasi dipertemukan di ruang temu tahanan dan bukan ruang investigasi rasanya memang kurang sesuai, karena ruang temu tahanan ini harusnya ruangan dimana keluarga atau kerabat menjenguk tahanan, bukan untuk menanyakan hal-hal detail yang akan diutarakan dalam investigasi. Paham juga sih kalau alasan mereka adalah karena kita sendiri bukan pengurus sehingga tidak memiliki wewenang tersebut, apalagi lembaga kami adalah swasta sehingga tidak memiliki keterikatan pada dinas formal manapun apalagi yang berhubungan dengan pemerintahan.

Tiga orang dipanggil, satu per satu diminta untuk menjawab pertanyaan yang diajukan Duran sedangkan aku merekam dan mencatat hasil percakapan mereka. Betapa beruntungnya kita tidak diberi batas waktu sehingga bisa leluasa melontarkan pertanyaan manapun dan berapapun hingga kantor kepolisian bersiap untuk tutup jam 5 sore. Usai interogasi pun kami juga menyempatkan untuk bertanya sedikit pada petugas jaga tentang bagaimana kelakuan mereka di sel tahanan, serta bagaimana ekspresi dan hubungan mereka satu sama lain, tapi hasilnya nihil karena tidak ada hal khusus dan mereka juga tidak saling sapa layaknya orang yang memang sama sekali tidak kenal satu sama lain. Saat kami undur diri dan berpamitan kami juga tak lupa mengucapkan terima kasih serta memberikan rokok pada petugas yang mendampingi kami.

Lelah memuncak dan kami tetap tidak mendapatkan jawaban yang memberi arah pada pertanyaan utama kami. Tiap kali kami melangkah setapak, kami menemukan bahwa garis finish masih sepuluh langkah lebih jauh dan begitu seterusnya kerap kali terjadi. Duran tidak ingin membuat asumsi, tapi saat ini titik yang paling mendekati adalah setiap kejadian benar-benar insidentil dan murni tersebar karena berita dan membuat orang menirukan hal tersebut. Sepanjang perjalanan kembali Duran tidak berbicara sepatah kata pun, hanya mengacak-acak rambutnya yang harusnya rapi potongan pinggir sesekali dan mendengus tanda dia cukup kesal dan bingung. Aku di turunkan di depan gang rumahku dengan mobil sedan tuanya dan kuingatkan untuk minum vitamin dan obat tidur agar bisa kembali segar besok dan dibalas hanya dengan gerakan tangan mengiyakan.

Tidak bisa kukatakan kalau aku tidur nyenyak, tapi tidak ada beban yang terpikirkan hingga pagi dimana terdengar kasus baru dimana seorang anak SMA melukai bahkan membunuh 2 dari 5 orang yang disinyalir sebagai begal. Teh langsung tersembur seketika saat aku melihat berita ini di televisi lokal dan sebagai profesionalitas aku harus memperhatikan berita ini dengan seksama. Selesai acara berita aku bergegas berangkat ke kantor sembari berpikir dan menyimpulkan kalau ini adalah kasus lain karena dia membela diri dari begal bersenjata yang juga berusaha memperkosa temannya yang dia antarkan pulang selesai kerja kelompok. Waktu kejadian yang disebutkan tidak terlalu malam, namun daerah kejadiannya memang terkenal rawan karena cukup sepi dan disebutkan kalau mereka sepertinya juga sudah diikuti beberapa motor sebelum sampai di lokasi kejadian.

Bahasan rapat otomatis mebahas kejadian semalam dan mengesampingkan kelanjutan rapat kemarin untuk sekarang. Duran, Widya dan Randy berpikiran kalau kemungkinan kasus kali ini berhubungan dengan kasus lain sebelumnya cukup tinggi, sedangkan aku dan Ratna merasa ini hanya kebetulan karena pelaku / korban, yaitu si anak SMA tidak memiliki niat melakukan serangannya seperti kasus lain. Dikatakan sebagai pelaku / korban karena dia tentu ditetapkan sebagai pelaku pembunuhan dan penyerangan pada para begal, tapi juga sebagai korban karena menjadi target begal tersebut. Penetapan posisinya tergantung bagaimana hasil penyelidikan, tapi harusnya dia mendapat perlindungan dari asas perlindungan diri karena dia diserang duluan sehingga harus membela diri walaupun hingga menghilangkan nyawa, karena kalau dia tidak melawan akhirnya dialah yang akan meregang nyawa.

Di tengah rapat terdengar kelanjutan berita dimana ternyata kepolisian menangkap si bocah SMA sebagai pelaku pembunuhan dengan barang bukti berupa penggaris besi sebagai senjatanya untuk membunuh para begal yang menjadi korbannya. Sontak saja kami berlima terbelalak mendengar keputusan tersebut, sejenak kami berusaha menenangkan diri dan mencerna isi berita, mungkin saja kami salah tangkap? Sayangnya tidak. Banyak stasiun televisi yang menyiarkan berita tersebut meskipun sebagian hanya menyampaikannya sebagai berita singkat, tidak begitu nampak perkaranya di televisi, namun kejadian macam ini akan lebih dahsyat saat memasuki dunia internet dan media sosial dan pasti tidak akan terkendali.

Setidak berdayanya kita, sedangkan kasusnya sudah jelas kronologi, motif dan sebagainya, tidak ada lagi yang bisa dilakukan untuk membantu bocah tersebut. Titik masalah hanya ada pada dimana penetapan keputusan penahanan diambil. Harapan terkuat kita hanya bisa bertumpu pada suara ketidak setujuan orang-orang melalui berbagai media yang ada. Sejenak kita berdiam di rapat ini, suasana layaknya berkabung saja, tapi mungkin saja, jangan-jangan di hati kecil kita semua juga berkabung atas kematian keadilan yang baru saja disampaikan oleh berita yang barusan saja tersiar.

Rapat kembali dilanjutkan tentang bagaimana kemungkinan keterkaitan semua pelaku, ditambah lagi dengan kasus terbaru bila ternyata memang berkaitan. Kesimpulan sementara yang kami ambil adalah bahwa setiap kasus adalah individual tanpa adanya koordinasi dari sebuah organisasi ataupun lembaga, melainkan semuanya adalah impuls setiap pelaku yang juga terangsang oleh berita yang menyebar dan memberikan mereka ide masing-masing. Meskipun aku sendiri tidak terlalu setuju dengan penetapan para pelanggar hukum sebagai korban sedangkan orang yang menyerang atas dasar hukum yang mereka percaya disebut sebagai kriminal, aku juga tidak mendukung bagaimana para pelaku menerapkan penegakan hukum dengan tangan mereka sendiri.

Ekspresi dan jawaban yang Duran peroleh dari interogasi kemarin juga menguatkan teori tersebut, tapi seperti ditentukan sebelumnya bahwa kesimpulan ini hanya bersifat sementara dan bisa dipertimbangkan lagi seiring bertambahnya petunjuk baru. Sempat terpikir juga bagaimana kalau mereka sebenarnya berakting tidak mengenal satu sama lain, tapi testimoni dari sipir tahanan juga menyebutkan demikian, jadi dasar untuk menolak teori tersebut sangat lemah.

Rapat hari ini berakhir jam 2 siang dan ditutup dengan keputusan untuk mengunjungi si bocah SMA di kasus terbaru ini besok. Andaikata itu memungkinkan terjadi, karena jika kasus ini tercium oleh netizen di media sosial lalu menjadi kasus yang viral maka kelanjutannya menjadi ricuh pun sangat mungkin. Yang akan berkunjung besok adalah Duran dan Ratna, jadi aku bisa fokus menyelesaikan pekerjaan rumah yang terbengkalai beberapa hari belakangan ini. Bahkan ajakan Randy untuk mengecek tempat kejadian perkara juga kutolak demi beres-beres rumah yang sudah acak-acakan karena hanya aku yang tinggal disana dan hampir tidak ada waktu senggang semingguan ini.

Sepulang kerja jam 4 sore aku sampai di rumah, kujadwalkan untuk memulai bersih-bersih nanti setelah sholat Maghrib. Sementara itu aku akan mandi, makan dan sebagainya untuk melepas penat setelah kerja, ditengah-tengah itu aku juga memerhatikan handphone ku dan melihat sosial media sudah cukup panas akan berita pembunuhan begal yang barusan kami bahas. Alurnya sesuai dengan dugaan dan berita tersebut menjadi cukup viral dan berbagai kalangan menyuarakan pendapat mereka masing-masing. Sementara aku sambil menanti Maghrib dan akhirnya memulai kegiatan bersih-bersih rumah sendirian.

Di tengah-tengah lelahnya membersihkan rumah, aku tertidur hingga jam 11 malam dan terbangun dengan notifikasi sosial mediaku menyala. Rasa kantukku seketika hilang melihat isi notifikasi yang ternyata adalah berita yang mengabarkan rumah tahanan yang kukunjungi kemarin bersama Duran terbakar. Detail berita mulai diperbarui dan ternyata tidak semuanya terbakar melainkan hanya sel tahanan kasus yang kami selidiki. Dua dari tiga orang yang kami interogasi kemarin mati karena terbakar sedangkan satunya mengalami trauma berat dan gangguan mental, serta satu lagi korban adalah si bocah SMA yang barusan ditangkap siang ini. Tahanan lain tidak mengetahui kejadian persisnya karena tahu-tahu mereka terbakar seperti dari dalam tubuh mereka dan satu orang menjerit hingga semua orang terbangun. Setelah semua perhatian teralihkan pada narapidana yang terbakar hingga hangus tak terselamatkan, baru disadari terukir tulisan baru pada dinding di seberang sel tahanan yang bertuliskan "UNTUK KEADILAN YANG BERPANGKU TANGAN, KETIDAK ADILAN DITEGAKKAN!"