*Author POV*
"Mommy, kenapa ada disini? Siapa dia?" tanya suara cempreng yang kemudian berlari menghampiri Nova dan Madam Feo. "Woah! Lihat wanita ini, dia sangat cantik. Halo, kenalkan namaku Sophie Mirabelle McConor, panggil saja Sophie. Salam kenal" ucapnya sambil tersenyum. Ivanka pun membalas senyumannya, "Nova, Ivanka Risanova. Salam kenal juga" balas Ivanka yang akhirnya mereka berdua pun berjabat tangan.
"Kau tau Mom? Kak Matt sungguh kejam. Bagaimana bisa dia meninggalkanku sendirian di Moskow demi wanita sialan itu? Sudah tau wanitanya hamil dengan lelaki lain, bagaimana bisa dia masih saja mengejar wanita itu? Tcih! Menyebalkan sekali!" ucap Sophie kepada ibunya, Madam Feo yang kini terlihat memasang wajah kesal dan marahnya. "Biarkan saja dia, nanti juga dia akan menyerah kan?" balas Madam Feo yang akhirnya meminum kembali minumannya dan memandang arah Ivanka.
Berbeda dengan ibu dan anak itu, berbeda pula dengan Ivanka. Ia justru terkejut karena mendengar kata Moskow. Bukankah itu kota kelahirannya? Kota menyebalkan yang sangat ingin ia lupakan? Kota yang sangat ia benci karena harus ada keluarganya disana? Ia sama sekali sudah malas mendengar nama kota atau hal-hal yang ingin berhubungan dengan Rusia. Ia mau melupakan semuanya dan memulai kehidupan baru di London.
Iya, dia membenci semua yang berhubungan dengan Rusia karena itu akan mengingatkan dirinya atas kenangan yang menyakitkan. Ia ingin menghapus seluruh ingatannya tentang Negara Kelahirannya itu. Tetapi, kalau kalian bertanya mengapa ia tak membenci namanya? Itu karena orang yang memberi nama kepadanya justru bukan kedua orang tuanya apalagi kakak lelakinya, melainkan Bibi Anneth, satu-satunya orang yang selalu ada disisinya, selalu berada disampingnya, dan selalu ada disaat dia membutuhkan pundak untuk menangis. Bibi Anneth lah yang membesarkannya, mendukung segala impiannya, dan melindunginya. Sayangnya, Bibi Anneth sudah pergi meninggalkan Ivanka untuk selama-lamanya karena penyakit kanker tulang yang ia derita. Saat itu, Ivanka masih berusia 14 tahun. Masa-masa dimana Ia masih membutuhkan dukungan orang tua untuk tumbuh dan berkembang dengan baik, tetapi disaat itulah Ia harus kehilangan satu-satunya superhero dalam hidupnya, Bibi Anneth Angelina. Seperti namanya, Bibi Anneth adalah satu-satunya malaikat dihidup Ivanka. Pada saat peti Bibi Anneth dimasukkan ke dalam tanah, disaat itulah kehancuran hidup Ivanka dimulai. Ia benar-benar mulai bergaul dengan teman-teman yang salah, sering kali datang ke club malam dan mulai meminum minuman yang tidak diperbolehkan anak seusianya, pulang selalu malam dan dalam keadaan mabuk, dan lain-lainnya. Tetapi, ia tidak mencoba narkoba atau obat-obat sejenisnya karena Ia tahu batas.
Ivanka yang memang tidak pernah dekat dengan keluarganya, selalu menjadi sasaran kemarahan papa dan mamanya setiap mereka pulang perjalanan bisnis. Dibentak, dihina, bahkan dipukul sudah menjadi makanannya sehari-hari. Yups! Ivanka selama ini hanya bisa diam saja, sampai akhirnya Ia benar-benar sudah berada dipuncaknya, Ia memilih kabur dan menikmati kehidupan bebasnya. Ia bersumpah kalau suatu saat Ia akan sukses dan memiliki perusahaannya sendiri. Ia bersumpah.
###############
Hari tak terasa sudah mulai berganti menjadi minggu, minggu pun berganti menjadi bulan. Tak terasa, Ivanka sudah menetap di London selama 4 bulan dan saat ini Ia tengah bekerja sebagai pramusaji di sebuah restoran makanan cepat saji, Burger Queen. Ia bekerja di restoran ini pun sudah dua bulan ini setelah sebelumnya Ia mencari pekerjaan kesana-kemari alias pengangguran.
Dua bulan menganggur, kehidupan Ivanka benar-benar berada diambang kemiskinan dan kelaparan. Syukur saja Burger Queen menyelamatkan hidupnya dua bulan terakhir ini. Lalu, bagaimana dengan keadaan Madam Feo dan Sophie? Mereka masih berhubungan dengan baik walaupun mereka tau alasan kenapa Ivanka berada di London. Sebenarnya, Ivanka ditawari pekerjaan di perusahaan milik Madam Feo, tetapi Ivanka menolak. Alasannya adalah karena Ia tak suka hidup dengan berbelas kasih dengan orang lain, Ia merasa kalau menerima tawaran Madam Feo, akan merusak harga dirinya yang selama ini sudah Ia bangun. Ia ingin berusaha sukses dengan kakinya sendiri. Awal kerja, Ivanka masih terlihat kebingungan dan kesulitan, tetapi Ia dengan cepat memahami dan mampu bekerja dengan baik.
Ia pun bersahabat dengan Sophie, anak kedua Madam Feo. Seingatnya, Madam Feo memiliki dua orang anak yaitu Kakak lelaki Sophie dan Sophie. Tetapi, ia tidak pernah mengetahui sang kakak lelaki Sophie dan Ia memang tak ingin mengetahuinya juga.
"Nova! Disini!" pekik seorang wanita bersuara cempreng, siapa lagi kalau bukan Sophie? Nova yang mulai hafal dengan kebiasaan sahabat barunya itu hanya terkekeh. Mereka berdua berjanji untuk bertemu setelah pulang kerja di taman Oxford, dekat tempat tinggal Ivanka. Keduanya pun berbicara satu sama lain dan terkadang tertawa bersama.
"Nova! Kau tau? Akhir pekan akan diadakan lomba gambar design pakaian musim dingin. Katanya kalau menang, designnya akan dibeli oleh perusahaan pakaian terkenal dan akan dibuatkan hak cipta. Kau tau kan? Kalau punya hak cipta akan mendapatkan apa? Hadiah ratusan juta! AKu berbicara padamu karena kau bilang kau suka menggambar kan? Ikutlah! Siapa tahu kau yang menang kan?" ucap panjang lebar Sophie yang membuat Ivanka terdiam. Jujur saja ini seharusnya menjadi pintu awal karirnya di bidang yang sangat Ia sukai, tetapi bagaimana dengan pekerjaannya di akhir pekan? Ia bahkan tidak mendapatkan libur natal kemarin. Bagaimana dengan akhir pekan? Tidak mungkin Ia meminta cuti, bisa-bisa gajinya dipotong dan itu artinya pendapatan ia perbulan pun akan berkurang.
Sophie yang melihat temannya kebingungan hanya mendesah pelan, "Aku tahu kau tengah bingung dengan pekerjaanmu Nov. Tetapi, kapan lagi kau bisa melakukan ini? Ini tidak setiap hari ada seperti jam kerja mu Nov! Ayolah realistis Nova! Kehilangan satu hari kerja tak akan membuatmu menyesal karena mendapat kebahagiaan kan? Ayolah~" bujuk Sophie yang membuat Ivanka menghela nafasnya. "Kau memintaku untuk berfikir realistis kan? Oke! Kita lihat secara realistis! Bagaimana jika aku tidak memenangkan kontes itu? Bagaimana jika aku kalah, Soph? Aku kehilangan gajiku dan aku tidak menang. Realistiskan? Soph, kau tau aku sedang membutuhkan uang untuk aku ujian akhir bulan depan dan mendaftar kuliah. Bagiku, kehilangan gaji satu hari itu bagaikan aku harus berpuasa seminggu!" jawab Ivanka. Sejujurnya, Ia benar-benar ingin mendaftar. Tetapi, mau bagaimana pun Ia tidak bisa. Bukankah Ia harus membawa peralatannya sendiri? Jujur saja, ia mau tetapi ia terlalu takut untuk memulai. Sudah lama baginya tak memegang peralatan gambar miliknya, pasti rasanya pun sudah berbeda.
Melihat temannya ketakutan, Sophie merasa gemas bercampur kesal. Lagian apa salahnya kalau Ia kalah? Ia akan bahagia karena itu minatnya sedari dulu. Sophie pun membujuknya dengan pelan, Ia pun tahu keadaan sahabatnya itu. "Nov! Kalau kau berfikir sedih bukankah kau akan sedih? Kalau kau berfikir kalah bukankah kau kalah? Coba ubah mindsetmu. Berfikirlah kalau kau bisa, kau akan menang. Kalaupun kau kalah nantinya setidaknya kau akan bahagia. Bukankah kau pernah bercerita kepadaku kalau kau bercita-cita menjadi seorang designer handal? Lalu, kenapa kau tidak mau mencoba kembali? Bahkan kudengar kau ingin kuliah jurusan manajemen, benar?" tanya Sophie yang segera diangguki oleh Ivanka.
"Dulu, awal kita bertemu kau pernah bercerita ingin membuktikan kepada kedua orang tuamu bahwa kau akan sukses dengan caramu kan? Tunjukkan Nov! Akhir-akhir ini, aku melihat bahwa kau sudah mulai mencoba cara kesuksesan ayahmu, kesuksesan keluargamu, itukah caramu sukses Soph? Lalu, kenapa kau justru kabur dari orang tuamu?" ucap Sophie yang membuat Ivanka terbungkam. Benar! Kenapa Ia berubah disaat seperti ini? Kenapa justru Ia mencoba kesuksesan jalan semua orang? Baginya kesuksesan adalah mencapai kebahagiaan, tetapi setelah Ia kabur mengapa justru Ia tidak mendapatkan kebahagiaan? Atau memang justru menghindari kebahagiaan tersebut? Sophie benar, inilah saatnya Ivanka Risanova, sang ratu design dari sekolahnya dulu memulai kembali karirnya di London! Ayo Ivanka Risanova, kau pasti bisa! Fighting!
###############
Setelah memikirkan semalaman, akhirnya Ivanka memulai kembali dirinya sebagai ratu design. Entahlah julukan itu masih akan tersemat atau tidaknya, Ia tidak peduli. Ia akan memulai menata kembali dirinya! Dengan segera Ia menghubungi sahabatnya, Sophie.
"Hallo Soph! Bagaimana caranya mendaftar lomba itu?" tanya Ivanka dari ponselnya. Mendengar pertanyaan sahabatnya itu, Sophie langsung memekik keras dan berloncat senang. Akhirnya, Ia akan melihat sahabatnya kembali mengejar impiannya.
Dengan segera Sophie menjelaskan apa saja yang harus dipersiapkan sahabatnya itu untuk mengikuti kontes design pakaian musim dingin itu. Awalnya Sophie lah yang hendak mendaftarkan Ivanka namun segera ditolak oleh sahabatnya itu.
"Tidak Soph, jika memang aku yang ingin memulai maka harus dilakukan dari awal. Biarkan aku saja yang mendaftar Soph, kau cukup membantuku menangani hal-hal yang tak sempat kulakukan nantinya saja. Kumohon~" ucap Ivanka yang membuat Sophie akhirnya mengiyakan.
Persiapan lomba sudah disiapkan dengan matang, Ivanka tak ingin dihari pertamanya memulai justru meninggalkan kesan yang buruk. Ia ingin kesan pertamanya tak terlupakan dan harus berkesan. Yups! Ini adalah comebacknya di dunia gambar-menggambar!
############
Akhir pekan, Ia dan Sophie sudah berada di tempat perlombaan. Ivanka merupakan tipe manusia yang tidak suka terlambat, lebih baik Ia lah yang menunggu daripada orang lain yang menunggu kehadirannya. Pendaftaran sudah, peralatan sudah, dan kini perlombaan akan dimulai. Ivanka yang merasa gugup karena akhirnya Ia memulai karirnya kembali hanya bisa menggenggam kedua tangannya yang merasa dingin dan menatap sahabatnya yang mendukungnya.
Jujur saja, Ia merasa beruntung dengan sahabatnya itu. Ia beruntung karena memiliki sahabat yang mendukungnya dalam keadaan apapun, selalu ada saat Ia hendak membutuhkan tempat bercerita, dan selalu ada disaat Ia kesepian. Thanks Sophie. God bless you!
Perlombaan dimulai, dengan terampil dan cekatan tangan kecil Ivanka pun mulai menggoreskan pensil diatas kertas yang sudah disiapkan sebagai media menggambar design mereka. "Wahhh~ wanita itu siapa? Lihatlah! Tangannya sungguh cekatan dan terampil. Wajahnya juga sangat cantik! Siapa namanya?". "Wah~ gambarannya bagus sekali!". "Wahhhh~ hebat sekali dia"....... Begitulah sekiranya pujian yang Ivanka dapat dari para penonton.
#############
Tak lama waktu yang diberikan pun sudah habis. Saatnya penjurian, namun saat melakukan penilaian entah mengapa Ivanka merasa ada yang tidak asing dengan wajah dari salah satu penonton VIP itu.
"Tunggu dulu! Itu... Oh God! dia kan? Bagaimana bisa???????"