Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

How can I say it so you'll understand?

🇮🇩savitar26
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.5k
Views
Synopsis
Waktu terus berjalan, dan kita memang tidak akan pernah tau apa yang akan dilakukan oleh waktu pada kita. Memberikan petunjuk mengenai kebenaran atau memang kita yang harus mencari tau akan kebenaran itu sendiri, melawan waktu. Ketika kau hanya diam dan membiarkan waktu yang memberimu jawaban, itu yang dilakukan Nadia selama ini. Nadia tetap melakukan hal itu, meyakinkan dirinya bahwa apa yang dia dengar, dia lihat dan dia alami adalah hanya halusinasinya. Dan Nadia berharap itu hanya imajinasi yang selama ini tidak dia inginkan. Dan pada akhirnya Nadia pun bertaruh pada waktu untuk mendapatkan jawaban pasti.

Table of contents

VIEW MORE

Chapter 1 - The Beginning

Jakarta, September 2014

'Hari ini merupakan hari pertama masuk kuliah di Tahun ke 5. Tahun ke 5!!! Bisa kalian bayangkan kuliah di tahun ke 5. Oh bukan, aku bukan mahasiswa abadi atau mereka yang suka mengulang kuliah lamanya. Aku hanya mengambil cuti selama 1 tahun untuk melakukan reset bersama kakakku di Australia. Alhasil aku harus mengulang kuliah 1 tahun lagi bersama junior juniorku.' Nadia bergumam dan berjalan santai memasuki halaman kampusnya.

Tak ada yang berbeda dihari pertama Nadia memasuki kampusnya. Hanya terlalu banyak wajah wajah baru yang belum ia kenal. Efek cuti 1 tahun. Nadia hanya berjalan santai seperti biasanya. Dengan kemeja putih pas badan yang dia masukkan ke dalam celana jeans denim dan dipadukan dengan cardigan berwarna biru dongker dengan flat shoes skeleton skull dan tas ransel coklat tua kesayangannya. Gaya khas Nadia ini yang selalu menarik perhatian junior di jurusannya dan juga jurusan lain. Dan juga dia.

"yooo Nadia Yasmin Putri sudah kembali. Selamat datang penyihir kampus." Seseorang berteriak dari gedung tinggi didepan Nadia. Tak perlu dilihatpun dia tau suara siapa yang memanggil namanya cukup keras hingga semua orang memperhatikan dirinya.

'aku berharap bukan manusia idiot bernama Noel.' Acuh Nadia.

"Nadia, yang mengambil cuti 1 tahun, yang sedang mencari uang untuk pernikahannya nanti setelah lulus kuliah, yang …"

"Noel!" Nadia akhirnya berhenti dan mengarahkan dua jari ke matanya dan mengarahkannya pada Noel. Yang ditunjuk hanya menyeringai senang melihat sahabatnya termakan pancingannya.

Yohanes Noel atau biasa dipanggil Noel, berkebangsaan Indonesia-Australia. Dia adalah sahabat Nadia semenjak duduk di bangku SMA. Merupakan atlet Taekwondo dan Parkour. Berada di Indonesia dengan alasan kabur dari rumah dan ingin mencari pengalaman sendiri. Dengan bermodalkan keahlian Bahasa Inggris dan sedikit mengetahui tentang Indonesia dari Ayahnya. Noel nekat terbang ke Indonesia dan bertemu dengan Nadia di halaman Kathedral saat dirinya sedang melukis bangunan antik ala Eropa. Dari perkenalan itu Noel menetap dirumah Nadia dan belajar banyak hal mengenai Indonesia.

Tak ingin terlalu merepotkan keluarga Nadia, Noel berusaha mencari nafkah sendiri tanpa sepengetahuan keluarga Nadia. Setidaknya dalam kurang lebih 4 tahun dia bekerja sudah bisa membeli apatement tipe studio dan dapat membiayai kuliahnya. Orang tuanya terkadang berkunjung ke Indonesia dan mendukung kerja keras anaknya karena sepertinya Noel sangat menikmati kehidupan seperti ini.

.

Noel masih tersenyum kecil mengingat kejadian dimana dirinya pertama kali bertemu Nadia. Tak menyangka jika pertemuan iseng itu berakhir dengan mereka menjadi sahabat.

"apakah harus menyambutnya dengan cara seperti itu?" tanya seorang wanita cantik disebelah Noel. Wanita itu tengah sibuk dengan tumpukan kertas yang dibawanya dan menamni Noel di ruang Himpunan.

"jujur aku hanya menyindir dan sedikit merindukannya, tak apakan?" Noel duduk berhadapan dengan wanita cantik itu dan membantu pekerjannya.

"dan membuat seisi kampus memperhatikan kalian?" Veeny menatap sinis Noel.

"kau taukan siapa Nadia. Seisi kampus pun juga tau siapa Nadia, jadi biarkan mereka merasakan kengeringan ketika mendengar namanya. Dan jangan lupa keinginannku untuk balas dendam padanya. Dengan hilangnya dia selama setahun ini aku harus menjadi ketua mahasiswa dan membebankan kerjaan kampus padaku hingga Tugas Akhir ku tak tersentuh sama sekali." Noel menatap keluar jendela dan memperhatikan beberapa mahasiswa lain sudah siap berkumpul untuk menyambut mahasiswa/i baru.

Nadia melipat tangan dan melihat Noel jengah ketika tau jika sahabatnya marah pada dirinya perihal dia pergi ke Ausi. Karena seingat Nadia, dia sudah memberikan amanat mengani kegiatan kampus dan hal lainya.

"yakin kau mau balas dendam? Aku sehabis dari Australia loh, dan mampir ke rumahmu. Padahal tadi aku berniat mengajakmu ke rumah dan mengambil barang yang orang tuamu titipkan. Tapi jika sahabatku sendiri ingin melakukan kejahatan padaku lebih baik kita tidak bertemu saja dulu." Nadia mengangkat alisnya sebelah dan menantang Noel.

"jangan bilang jika itu adalah sweater yang aku minta? Kau benar pergi ke rumahku dan bertemu mereka?" Nadia hanya mengangkat bahunya malas dan duduk disebelah Veeny.

"ntahlah, aku jadi malas. Mungkin barangnya aku simpan digudang saja karena aku sudah tidak punya sahabat lagi. Sahabat yang aku sayangi mengkhianatiku." Nadia memperhatikan pekerjaan Veeny dan bertanya sedikit perihal keadaan kampus.

"untuk sweater itu, aku mohon jangan. Kau sahabatku kan? Eeeiii sahabatkan memang seperti itu." Noel menghampiri Nadia dan memeluknya dari belakang.

"kak, aku juga membawakanmu beberapa cemilan dari Ausi. Coklat dari sana terkenal enak. Aku baru membawanya sebagian, sisanya kau bisa datang ke rumahku." Nadia mengacuhkan sahabatnya dan memberikan bingkisan kepada Veeny.

"Nad kau bisa membawanya ke ruanganku. Aku harus kembali ke ruangan karena sudah masuk jam kuliah. Kalian juga jangan lupa masuk kelas, jangan karena ini hari pertama dan kalian asik mengganggu anak baru."

Veeny meninggalkan Nadia dan Noel menuju ruang kerjanya. Veeny merupakan Asisten Dosen dibidang Fisika Mekanika untuk Jurusan Sipil, Elektro dan Industri. Belum ada rencana mencari pekerjaan lain, karenanya Veeny menerima tawaran bekerja di Kampusnya, dan mungkin untuk mengawasi sifat flower boy dari kekasihnya, Noel.

Nadia bercerita banyak mengenai pekerjannya bersama kakak perempuannya selama di Australia. Tak bisa dipungkiri jika Noel begitu merindukan sahabatnya. Walau Veeny adalah kekasih dari Noel, tapi dirinya tak pernah cemburu melihat Noel begitu dekat dengan Nadia. Dan Noel sendiri tidak pernah menyembunyikan apapun pada Veeny bahkan ketika dirinya pernah tinggal bersama Nadia. Veeny sangat ingin bertemu dengan Nadia, sahabat yang selalu dikagumi Noel sehingga membuatnya menjadi seperti saat ini. Dari kekagumannya ini akhirnya Veeny mengerti jika sayang dan rindu yang Noel berikan kepada Nadia yang ditinggal selama satu tahun ke Australia akan berbeda dengan sayang dan rindu Noel kepada Veeny yang hanya ditinggal 2 minggu ke Amerika. Dan Veeny bisa merasakannya. Mereka berdua seperti saudara kembar berbeda inang.

Ketika gilirannya Noel yang yang bercerita, Nadia begitu kesal dan lelah melihat tingkah yang terlalu aktif pada diri Noel. Terkadang Nadia berpikir, apa menariknya Noel sampai seniornya Veeny bisa jatuh cinta pada pria idiot yang katanya-kabur-dari-rumah-ini. Kesal dengan pemikirannya sendiri, Nadia mengalihkannya dengan memperhatikan jadwal dirinya untuk ke depannya.

"kau mengambil kelas anak baru?" Noel mengambil beberapa lembar kegiatan milik Nadia.

"aku diminta Prof. Charles untuk lebih mendalaminya bukan untuk mengulang kembali. Beliau ingin saat presentasi Tugas Akhir aku bisa mengaplikasikannya secara terperinci, karena akan ada beberapa perusahaan asing yang akan merekrutku. Jadi ya begitu." Jawab Nadia santai.

"lalu? Bisnis orang tuamu bagaimana? Untuk apa kau ke Ausi kemarin?" Noel bertanya dengan melihat ke bawah, dimana para Mahasiswa baru di kumpulkan.

"Australia itu tempat riset kakakku. Dia hanya kekurangan orang, jadinya aku yang dimintai tolong olehnya. Jika aku bisa mendapat perusahaan asing, aku akan memilih Jerman. Aku ingin menyusul kakak itu ke sana." Terdengar tawa renyah dari Nadia saat menyebut 'Kakak'. Noel yang mengerti hanya memutar bola matanya malas. Pasti si pria kekar sebelah rumahnya Nadia.

"oh dia, kau masih berhubungan dengannya?"

"terakhir dia hanya bilang 'hati hati dijalan. Jika sudah sampai Indonesia kabari secepatnya.' Begitu saja sudah membuatku bahagia." Cerita Nadia sambil mencari recent history percekapan dia dengan kakaknya itu.

"lalu bagaimana dengan Mas Ijal? kau tidak melupakan dia kan?" tanya Noel hati hati.

"aku dengar dari Mas Ane jika Mas Ijal sudah bertunangan dan bulan depan dia akan menikah." Nadia tersenyum dan menatap Noel.

"maaf aku tak tau. Tapi sepertinya kau sudah benar bener melupakan Mas Ijal?" Noel duduk disebelah Nadia, mencoba menenangkan sahabatnya.

"aku tak apa, sungguh. Toh memang kita tak mempunyai hubungan apapun. Jadi untuk apa aku …" perkataan Nadia terputus saat terdengar suara ketukan pintu diruang Himpunan.

"maaf kakak senior. Saya dimintra oleh Dosen Senna untuk memanggil senior Nadia Yasmin dari bagian kemahasiswaan untuk segera turun ke bawah memberi kata sambutan kepada mahasiswa baru." Jelas mahasiswa itu.

"aku? Bukankah masa jabatanku sudah selesai?" Nadia bertanya kepada Noel.

"kalau masa jabatanmu sudah selasai, kenapa kau ada disini?" Noel balik bertanya kepada Nadia.

"aku pikir kau yang menjadi ketuanya saat ini, karena aku melihat dari bawah kau berada di ruangan ini." Jawab Nadia.

"bodohnya sahabatku ini. Kau dan aku kan 1 angkatan. Aku ada disini karena kau tiba tiba menghilang dan aku secara terpaksa menjadi ketua sementara sampai kau kembali. Dan gara gara kau, aku harus mengurus semua kegiatan kampus dan meninggalkan Tugas Akhirku demi akreditasi kampus. Dan semua gara gara kau Nadia Yasmin Putri, makanya aku ingin balas dendam denganmu, ijit!" kesal Noel pada Nadia.

Noel pikir Nadia tau akan kesalahannya. Dia sangat lupa, walaupun Nadia pintar, baik hati, kaya dan banyak beranggapan kehidupan Nadia adalah yang diinginkan kebanyakan orang tapi pasti ada kekurangan dari sosoknya yang sempurna. Nadia mempunyai sifat tidak peduli terhadap lingkungannya, dia terlalu naif untuk mengetahui apa yang ada disekitarnya. Karena dia pikir semua akan baik baik saja. Nyatanya sifatnya itu yang sering kali merugikan orang disekelilingnya.

"maaf kak, apakah kakak bisa mengikuti acara pembukaan saat ini? Karena sepertinya kita terlalu lama berada disini." Mahasiswa baru itu masih menunggu Nadia untuk turun ke bawah.

"baiklah aku turun. Kau tak mau ikut mandu?"

"aku melihatmu dari sini saja. Aku harus mengurus proposal pergantian anggota kemahasiswaan dulu." Noel membuka laptop dan laporan yang harus dia kerjakan.

"baiklah aku turun yah. Di tas kecil itu ada 1 kotak teh hijau jika kau mau meminumnya." Dan Nadia menghilang di balik pintu.

"tangyu my Hippo~." Teriak Noel senang.

Selama didalam lift, Nadia memikirkan kata sambutan untuk acara pembuka. Karena sudah lama bagi dirinya untuk berdiri dihadapan orang banyak, karena selama di Australia dia hanya duduk didalam ruangan bersama komputer dan dokumen lainnya. Mahasiswa junior yang mengikuti Nadia dari belakang hanya tersenyum kecil memperhatikan gerak gerik Nadia.

"maaf kak jika saya lancang bertanya ini, apakah Bang Noel tadi pacar Kakak?" tanya mahasiswa baru disamping Nadia.

Nadia menatap juniornya bingung. Ingin menjawab pertanyaan itu tapi diurungkan niatnya. Memperhatikan wajah si junior terlalu lama malah membuat pipinya memanas. "jurusan apa?" Nadia mengalihkan pandangannya dan menunggu pintu lift terbuka. Mengalihkan pembicaraan dan pandangan agar tidak terlalu lama menatap juniornya. 'Nadia tenang, ada Kak Abi beruang kesayanganmu.' Nadia tersenyum kecil setiap kali menyebut nama Abimayu.

"maaf kak sebelumnya, nama saya Danniel Arovi dan saya berada di jurusan Teknik Sipil tahun kedua." Dengan bangganya Daniel menunjukkan pelakat berwarna kuning dipundak kanannya. "dan jika tidak salah menebak kakak adalah senior saya, terlihat dari pelakat kuning dipundak kakak juga." Jawab Danniel dengan tersenyum senang.

"kau mengamati kami hingga beranggapan bahwa aku dan Noel pacaran?" Rona merah Nadia masih terlihat jelas saat menatap Danniel yang menunggu jawabannya. Dan rona merah itu di salah artikan oleh Danniel yang mengira jika Nadia malu ketahuan sedang berpacaran di ruangan kemahasiswaan. Dan senyum kecut itu tanpa sadar terlihat dari bibir Danniel.

"Maaf jika saya menggagu kalian tadi. Saya hanya mendapat perintah dari Pak Senna saja." Danniel mencoba tersenyum.

"tak apa, jangan dipermasalahkan hal tadi. Ayo kita ke segera ke lapangan, sepertinya mereka sudah lama menunggu." Nadia berusaha berjalan lebih dulu agar tak terjadi kontak mata dengan juniornya.

.

'sial kenapa anak itu terlihat lebih tampan dari Kak Abi. No no Big No, aku tidak mungkin menyukai pria yang lebih muda dariku. Mereka masih anak anak, pemikiran mereka belum dewasa. Ingat Nadia ingat, ada Kak Abi.'

'ternyata kakak itu sudah punya pacar, lalu untuk apa aku kuliah disini. Untuk apa aku menunggunya selama dua tahun ini.

.

.

.

.

.

tbc