Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

LE PRINCE

RaisaFadhilah_06
--
chs / week
--
NOT RATINGS
2.1k
Views
Synopsis
Anak raja yang tertukar dengan anak rakyat biasa. Raash, anak kerajaan yang harus tertukar dengan anak rakyat biasa, hidup susah dan harus banting tulang walaupun itu bukan hal yang ia inginkan. Selalu berkhayal akan menjadi seorang pangeran di sebuah kerajaan, dengan memanfaatkan wajahnya yang mirip dengan sang pangeran. Hingga ia bertekad menjadi sahabat William, si pangeran yang sebenarnya bukan anggota kerajaan. Lantas apakah Raash akan berhasil menjadi pangeran kembali? Apakah dia akan kembali ke pangkuan ayahnya yang merupakan seorang raja?

Table of contents

Latest Update1
14 years ago
VIEW MORE

Chapter 1 - 1

Seorang anak tampak tengah menikmati angin sore di sebuah jembatan kayu tak berbatas yang menjadi tempat penyeberangan dua jalan yang dipisahkan oleh sebuah sungai.

Selalu seperti itu sebelum akhirnya kembali ke rumahnya yang ada di desa, bersiul seperti seorang peternak burung.

'' Hey nak! Menyingkirlah dari sana, aku ingin lewat..''

Teriak seorang lelaki kepada anak itu, lelaki yang membawa beberapa karung gandum menggunakan gerobak dorong.

Anak itu masih setia dengan jaket kuning nya, memasuki tangannya ke dalam saku jaket dan berjalan meninggalkan sungai. Menendang nendang jalanan yang sedikit berkerikil.

Memandang jauh ke atas sana, tepat di dekat bukit. Berdiri megah sebuah kerajaan yang menjadi tempat khayalnya, akan menjadi seorang pangeran karena wajahnya mirip dengan anak sang raja.

'' Raash! Ibumu mencarimu, kemana saja?! Katanya mau mengeringkan pakaian?'' ujar seorang anak.

Raash nama anak itu, anak tampan yang hanya bisa berkhayal akan menjadi seorang anggota kerajaan.

Dengan sedikit berlari ia menuju rumahnya yang kecil, tapi cukup untuk 4 orang.

'' Ibu pasti akan memarahiku lagi.. Ah, pantatku akan dipukul lagi,''

****

Sementara itu, William. Si pangeran tengah menikmati kegiatan berkuda dengan sang ayah. Mneyusuri bukit dan melihat desa di bawahnya, dimana rakyatnya tengah bekerja keras agar hasil panen bisa dirukarkan dengan uang di kerajaan.

'' Besok kau akan rasakan, bagaimana mengurus desa dan rakyat sebanyak itu..''

William tak membalas apa apa, yang ia tau hanyalah, dia sedikit tak bisa dengan kemewahan yang ada padanya. Berharap bisa merasakan rasanya bekerja keras.

'' Aku ingin bekerja seperti mereka, Ayah..''

Sang Raja tak menggubris, malah hanya tersenyum.

'' Pangeran itu terhormat, tidak menyentuh pekerjaan bawah seperti orang orang desa itu, kau anak terpilih yang menjadi orang paling disegani dan paling berbeda dari anak anak yang lain,''

Raja mengendalikan kudanya untuk berbalik ke arah kerajaan nya, diikuti oleh anaknya yang masih tidak menjawab. William memang anak yang tak banyak omong, dia hanya akan diam sambil memikirkan orang lain.

Tak suka kemewahan dan pangkat, berbeda dari anak anak yang lain. Bertolak belakang dengan Raash, yang menginginkan semua itu walaupun ia sadar bahwa dia hanya rakyat bawahan biasa.

.

.

'' Anak nakal! Kubilang jangan bermain terus menerus, tidak kapok?!''

Raash hanya menjemur pakaian nya di senja itu, tidak peduli kalau malam akan hujan dan kain tidak kering. Untung ayahnya tidak dirumah, dia tidak jadi dipukul dengan rotan.

Lagipula kasihan pantat nya yang lama kelamaan makin datar karena dipukuli terus.

Ibunya hanyalah seorang peternak sapi bayaran dan ayahnya adalah kuli yang akan pulang dini hari. Tak ada yang istimewa di keluarga dan hidupnya.

Setiap hari hanya akan makan gandum, semangkuk berempat dan harus dicukupkan untuk 1 hari.

'' Kerajaan pelit sekali, kau tidak tau betapa mahalnya untuk tukar uang disana, harus banyak barang yang ditukarkan!''

'' Bukankah aku mirip dengan William? Aku juga pangeran?''

Ibunya memukuli buntut anak itu sekali,

'' Aku tidak tuli kan? Jangan berkhayal terlalu berlebihan, jika sama sekali tak bisa dikabulkan!''

'' Lihat saja nanti..''

Ibunya hanya menggeleng, mengemasi beberapa gandum yang ia ambil dari gudang milik kerajaan, hanya sedikit tapi cukup untuk satu hari.

'' Lagipula aku tampan, aku juga seperti pangeran, aku mirip dengannya, semua orang pasti percaya bahwa aku kembaran pangeran..''

***

'' Han... kenapa William bisa menjadi seorang pangeran yang dikagumi semua orang.. Kau lihat wajahku, serupa dengannya, kenapa aku tidak dikagumi?''

Han, nama salah satu teman Raash yang merupakan anak turunan Mongolia. Wajahnya yang sangat sangat asia sekali menjadi ciri khas utama, belum lagi kata kata cerewetnya yang mampu memekakkan telinga.

'' Raash, kau dikagumi, oleh anak anak gadis desa. Kau tidak lihat banyak yang cerai demi bisa memilikimu di rumahnya? Mereka ingin mengangkatmu menjadi anak lalu menikahimu di usia 20-an..'' ucap Han sambil sibuk menyusun kerikil di bawah kakinya.

'' Bukan itu maksudku, aku ingin dikagumi dan dipandang dengan cara yang sama seperti William, aku sangat resah hidup begini terus..''

'' Kau berbicara layaknya kau adalah anak yang tertukar, beginilah hidupmu.. Dengar, hidup itu mengajarkan banyak hal, jikalau kau kaya, kau akan belajar bagaimana memanfaatkan hartamu. Jika kau hidup susah seperti sekarang, kau akan belajar bagaimana memanfaatkan setiap kesabaran dan kemandirianmu, itu juga untuk pemantasan diri, pantas tidak kau itu disebut orang yang kuat?''

Raash termenung, mencerna kata kata Han. Benar juga, selama ini dia hanya mengeluh saja tanpa memikirkan bagaimana orang yang masih ada di bawahnya.

Ada memang? Ada! Itu Si Kasas.

Hidupnya susah melebihi Raash, beruntung jikalau diberi gandum secara Cuma Cuma, kalau tidak sudah matilah dia minggu lalu di saat musim dingin.

Hah sudahlah, hari juga sudah beranjak malam, sebaiknya Raash masuk dan tidur. Walaupun dia masih sangat ingin bermain dengan teman temannya di perkemahan timur, tapi jika ayahnya pulang saat itu juga, habislah dia.

.

.

'' Ayah, jikalau kita nanti tidak punya apa apalagi, apakah aku masih tetap William yang disanjung sanjung?''

Sang Raja terbahak mendengar pertanyaan polos dari anaknya, William benar benat memandang rendah kedudukan pangeran nya.

'' Sejauh apapun kau pergi, seluruh penjuru tau bahwa kau anakku, William, mereka akan merawatmu untukku..''

William hanya terdiam, tidak banyak omong lagi. Dia hanya memperhatikan ayahnya yang tengah mengelus pakaian emasnya, William sadar kalau dia adalah anak yang diinginkan dimanapun.

'' Tapi jikalau mereka merawatku,mereka minta imbalan tidak?''

'' Tentu, karena mereka merawat anak semata wayangku, maka pantas diberi imbalan. Tapi memang seperti itu, mereka selalu minta imbalan untuk hal kecil,''

William menumpu dagunya di kedua tangan, bosan? Ya!

Dia ingin bermain seperti anak anak rakyat ayahnya, dia ingin berenang di sungai dengan bebas dan tidak ingin dikekang atau dijaga terus menerus.

''Kalau ada satu anak yang mirip denganku, dan ayah tak bisa membedakan, apakah ayah juga akan menjadikannya pangeran?''

Sang Raja berbalik dengan wajah berpikirnya, '' Cari saja , jika ada aku berjanji akan menjadikannya teman kerajaan untukmu..''

Setelahnya, Raja keluar dari kamar sang putra sembari berpesan,

'' Ingatlah, kau hanya satu di penjuru, tak akan ada yang menyerupaimu.. itu mustahil sekali..''

*****

Kehidupan sempurna itu tidak ada bukan? Hanya khayalan yang tidak bisa direalisasikan.

Berkhayal-lah selagi itu membuatmu bahagia, bayangkanlah selagi itu membuatmu tersenyum, dan gapailah jika kamu yakin bisa menjadikannya nyata.

Namun, dengan satu gapaian, semua itu bisa menjadi sia sia jikalau tidak ada yang membentengi dasar hatimu, maka kuatkanlah dahulu hatimu untuk semua itu.

Raash menutup buku bacaan sederhana itu sambil terpukau, kata kata yang mungkin tak akan bisa ia pikirikan secara rasional. Hanya satu kata yang ia mengerti, Khayalan dan Capai.

'' Bukankah aku bisa mencapai khayalanku jika aku terus menerus berusaha? Bukankah aku bisa?'' gumamnya pelan.

Sepersekian detik, dia tersenyum dan melompat lompat. Merebahkan dirinya kemudian, masih menatap ke atap rumahnya dan memikirkan semua kemungkinan dan khayalan yang ingin ia gapai menjadi sebuah kenyataan yang bisa ia banggakan pada semua orang, itu pasti!