Nala terkekeh kecil mendengar seruan papanya dari luar. Sementara sang Mama yang sudah mengunci pintu kamarnya itu tampak sudah duduk di ranjang. Rea menepuk ranjangnya sambil menatap hangat ke arah putrinya.
"Sini, Sayang. Duduk sini," ujar Rea sambil menepuk-nepuk sisi ranjang di sebelahnya.
Nala pun duduk di samping Rea lalu mengambil guling untuk dijadikan bantalan di atas kedua kakinya yang tengah dislakan.
"Jadi, ada apa?" tanya Rea yang tampak langsung ke intinya.
"Hm, itu... apa Papa tidak apa dibiarkan teriak-teriak seperti itu, Ma?" tanya Nala alih-alih bercerita, justru menanyakan perihal sang Papa yang masih berteriak meminta Mama membukakan pintu kamar karena ingin ikut dalam obrolan.
Rea tersenyum.
"Biarkan saja. Nanti juga kalau Papa kamu capek, dia akan berhenti sendiri. Sekarang, coba cerita sama Mama. Ada apa dengan hubungan kamu dengan Denis? Bukannya tadi pagi kalian masih baik-baik saja?"
Nala menunduk sambil meremas-remas kesepuluh jarinya.