Lagi-lagi Aldy harus mengendarai kuda besinya dengan pikiran yang tak sejalan dengan tubuhnya. Aldy berusaha tetap bersikap tenang dan baik-baik saja. Tapi, tidak dengan pikirannya. Pikirannya terus saja berkecamuk. Di satu sisi ia sangat ingin terus ada di sisi Rea. Namun, di sisi lain ia juga mengkhawatirkan keadaan Angel. Terlebih Angel sedang menangis seperti itu. Aldy sungguh lemah dengan gadis yang sedang menangis.
Aldy melirik arloji yang kini sedang melingkar manis di pergelangan tangan kanannya. Ah… sudah hampir subuh.
Aldy menginjak pedal gasnya supaya cepat sampai ke rumah Angel lalu kembali lagi ke rumah sakit sebelum matahari terbit.
Aldy menyusun rencana ini agar jika sewaktu-waktu Mama dan Papa Rea datang, dia tetap ada disana. Aldy sungguh tak ingi mengecewakan kesempatan yang sudah di berikan kedua orang tua Rea sebenarnya.