Adelia mendorong pintu kamar hotel dengan sekali tendangan. Kemudian menutupnya dengan sangat keras. Mengalungkan tangannya di leher Riski. Bibirnya tak henti mencium laki-laki itu dengan sangat bergairah. Sementara Riski membalasnya dengan ragu-ragu dan kaku, seolah tidak pernah berciuman sebelumnya.
Tapi Adelia tidak memedulikan itu. Rasa manis bibir Riski, sudah membuatnya lupa diri dan mabuk kepayang. Hingga suhu tubuhnya langsung terbakar dan panas seketika. Bahkan ciuman laki-laki ini, sangat berbeda dengan kekasihnya.
Riski membawa Adelia menuju ranjang. Menurunkan tubuh wanita di depannya dengan perlahan tanpa melepaskan pagutan bibir mereka sedikitpun. Membuka helai demi helai pakaian yang melekat di tubuhnya sampai tak bersisa satupun. Begitu pula dengan Adelia, yang tanpa malu melepaskan semua pakaiannya.
Bagai dua orang yang tengah dimabuk asmara, Adelia menarik leher Riski dan menciumnya kembali. Melumatnya dengan sangat bergairah. Membiarkan saat tangan laki-laki itu meraba-raba tubuhnya. Menyentuh bahkan meremas buah dadanya yang membusung. Membuat desahan, dan lenguhan panjang keluar dari mulutnya.
Riski memandang wanita di bawahnya dengan gairah membara, bibirnya langsung turun menggantikan tangan yang sedari tadi tak berhenti menggerayangi Adelia. Sungguh malam yang sangat luar biasa jika dia berhasil menerobos masuk ke dalam pertahanan wanita itu. Tentu karena Riski sudah menantikan saat-saat seperti ini. Dia ingin menyentuh titik terdalam dari Adelia.
Fokus Riski sepenuhnya menatap ke arah Adelia. Bibirnya mencium mata, hidung, pipi dan bibirnya. Mencumbui dengan tangan yang asik menggoda area sensitif wanita itu. Hingga tubuh Adelia menggelinjang hebat.
"Adelia ...." Riski mendesah melihat tubuh wanita itu bergerak sexy, hingga akhirnya Adelia langsung membalik posisi mereka. Menjadikan Riski ada di bawahnya.
Dengan mengulum senyum penuh godaan, mata Adelia menelusuri tubuh polos dan berotot milik Riski. Merangsang laki-laki itu dengan sentuhan tangannya. Entah kenapa, Adelia tidak pernah melihat laki-laki yang sangat menggoda seperti ini. Tidak juga untuk Arjun, kekasihnya. Membuat fantasi liarnya langsung bekerja sangat cepat.
Tangan Adelia tanpa diduga langsung mengambil tas miliknya dan mengeluarkan sebuah tali dari saja. Menyatukan kedua pergelangan tangan Riski, kemudian mengikatnya kuat dan mengaitkannya di kepala ranjang. Dia menatap laki-laki yang kini tengah kebingungan dengan senyum culas.
"A-apa ini? Kenapa a-aku harus diikat?"
Tak ada jawaban dari Adelia atas pertanyaan Riski yang sarat kebingungan, selain tatapan penuh hasrat yang terlihat di matanya. Dia menyadari kalau laki-laki itu tampak gugup dan sedikit ketakutan.
"Kau akan tahu nanti," jawab Adelia dengan misterius. Sebelum sesaat kemudian, melucuti celana dalam terakhir milik Riski. Membukanya dengan pelan dan sangat menggoda. Sampai-sampai laki-laki itu harus menahan napas karena merasa bergairah hanya dengan melihat gerak-gerik Adelia.
Adelia menurunkan kepalanya, tepat di antara kedua paha Riski. Menyentuh milik laki-laki itu dengan tangannya. Menggodanya hingga Riski dibuat mengejang dan menguatkan pegangannya pada kedua tangannya yang saling terikat. Berteriak keras saat godaan Adelia semakin menjadi, hingga lolongan panjang keluar dari bibirnya.
"Aakkhh A-ade-hh ...."
Adelia mengentikan gerakan tangannya. Dia tersenyum saat laki-laki sampai pada puncaknya. "Ini masih belum berakhir. Aku tidak mengizinkanmu untuk tidur," perintahnya dengan suara serak.
Mata Riski yang tadinya hendak terpejam, kembali terbuka saat menangkap ucapan wanita itu. Napasnya terdengar saat memburu dan tatapan matanya tidak begitu fokus. Keringat karena rasa nikmat juga menghiasai tubuh berototnya. Membuat Riski tampak lebih menawan dengan tubuhnya yang basah. Tenaganya sudah habis, dia lelah saat ini. Tapi wanita itu tampak baru saja akan memulainya.
Tangan Adelia mengusap keringat Riski dengan sensual. Menggigit bibirnya menggoda, dengan meregangkan kedua kakinya. Menurunkan bokongnya, hendak menyatukan tubuh mereka. Hingga suara pekikan kecil, keluar dari mulutnya. Begitu juga Riski yang mendesah hebat, saat Adelia menggerakkan pinggulnya.
Dari bawah, Riski menatap sayu pada Adelia. Wanita itu tampak sangat sexy dan menggairahkan dengan keringat yang keluar dari tubuhnya. Membuat siapapun akan beruntung karena bisa mencicipi tubuh sensual yang begitu menggoda.
Tak sia-sia Riski pergi ke klub untuk mencari tahu siapa Adelia. Dia beruntung, bisa bertemu dengan wanita itu. Berakhir dengan tubuh keduanya yang menyatu. Dia jelas sangat menikmati malam ini. Membiarkan apa yang Adelia lakukan. Mengikat, bahkan menyiksanya dalam kenikmatan.
Keduanya langsung mendesah panjang saat mereka akhirnya mencapai puncak. Menegaskan kalau pergulatan panas itu telah berakhir.
Adelia terjatuh di tubuh Riski dengan napas memburu dan tubuh basahnya. Memeluk laki-laki itu dengan erat. Sedang Riski menciptakan senyum simpul yang mampu membuat Adelia terpana beberapa saat. Hanya sesaat, karena tiba-tiba, suara dering ponsel milik wanita itu berbunyi.
Sambil mendengus kesal, Adelia beranjak dari tubuh Riski. Melepaskan ikatan tangan laki-laki itu yang menimbulkan memar. Mengusapnya pelan. Kemudian, Adelia langsung saja mengambil ponsel miliknya yang ada di tas. Berbaring sambil mengangkat telepon yang ternyata datang dari sang kekasih.
"Ada apa?" tanya Adelia tanpa basa-basi. Dia masih mengatur napasnya agar kembali normal. Sementara dari sampingnya, Riski menatap tubuh Adelia.
"Sayang, kamu ada di mana?" Arjun bertanya di balik telepon.
"Aku sedang berada di luar." Adelia berdecak malas mendengar pertanyaan kekasihnya. Dia sedang tidak mau bertemu dengan laki-laki itu.
"Apa? Di mana? Aku akan ke sana sekarang,"
"Tidak. Kamu tidak perlu, akhh ...."
Adelia mendesah kecil saat tanpa disangka, tangan Riski berani menyentuh tubuh bagian atasnya, dengan bibir laki-laki itu yang menggoda lehernya. Tidak sekarang. Adelia tidak mungkin meladeni keinginan laki-laki itu saat dia sedang bertelepon ria bersama sang kekasih. Dia langsung menyingkirkan tangan Riski.
"Sayang, kamu kenapa?"
"Tidak apa-apa. Jangan hubungi aku!"
Tanpa menunggu perkataan Arjun selanjutnya, Adelia langsung memutus sambungan telepon dan memasukan benda pipih itu kembali ke dalam tas.
Membalikkan tubuhnya ke arah Riski dan menatap laki-laki itu tajam. "Berhenti menyentuhku," ucap Adelia sambil mendesis. Menyingkirkan tangan Riski dan bangun dari ranjang.
Adelia kembali memungut pakaiannya dan memakainya kembali. Menghiraukan tatapan bingung di wajah Riski karena melihat perbedaan yang begitu kentara pada Adelia.
"K-kenapa?" Riski menatap tak percaya ke arah Adelia saat tangannya langsung ditepis kasar oleh wanita itu.
Adelia mendelik sinis, "Aku tidak suka disentuh untuk yang kedua kalinya."
Setelah mengatakan itu, Adelia langsung berlalu meninggalkan Riski di kamar hotel itu sendiri. Dia tentu tidak berniat untuk tidur atau melakukan itu semalam. Jelas tidak.
Adelia punya prinsip, dia hanya akan bercinta satu kali untuk laki-laki yang sama. Tidak yang kedua atau ketiganya. Ini hanya mainan, apa yang dilakukannya adalah untuk mencari kesenangan semata dan melepas stress atas semua masalahnya. Tapi tentu sedikit berbeda dengan kekasihnya. Dan jangan harap, ada romansa yang terjalin setelahnya. Dia hanya menganggap apa yang dilakukannya adalah one night stand.