Chereads / My Sexy Writer / Chapter 2 - Laki-laki Menggairahkan

Chapter 2 - Laki-laki Menggairahkan

Adelia menatap kerumunan orang yang ada di klub malam itu tanpa minat. Sesekali, dia mendesah kasar sambil memutar segelas wine yang ada di tangannya. Di samping wanita itu, ada seorang wanita lainnya yang merupakan teman Adelia, Tasya.

"Del, tumben kau datang ke sini? Bukannya kemarin Arjun baru aja pulang ya?" tanya Tasya penasaran.

Dia sedikit mencondongkan tubuhnya ke arah temannya. Pakaian sexy berwarna merah itu, tampak tidak bisa menampung dadanya yang besar dan menonjol. Membuat para lelaki di sekitar mereka menatap Tasya dengan air liur menetes. Tergoda untuk menjamah tubuh wanita panas itu.

"Lalu? Apa urusannya?" Adelia memutar bola matanya jengah. Dia terlalu malas untuk membahas Arjun saat ini. Karena kekasihnya itu, dia sampai tidak mood lagi untuk menulis. Dasar sialan!

"Aku kira kalian sedang panas-panasnya bercinta. Kau itu kan seorang hyper, Del," celetuk Tasya. Tawa renyah keluar dari bibir merah sensualnya. Membuat Adelia langsung menyikut keras perut temannya, karena bicara sembarangan.

Apa yang dikatakan Tasya tentu tidak sepenuhnya salah. Adelia seringkali pergi ke klub malam untuk tidur dengan laki-laki, tanpa sepengetahuan Arjun. Tapi itu hanya sesekali, tidak lebih saling memuaskan saja. Adelia juga termasuk pilih-pilih pada laki-laki yang akan tidur dengannya. Dia tidak mau tidur dengan laki-laki mesum yang sering tebar benih sana-sini. Paling penting, laki-laki itu harus tampan dan memiliki tubuh berotot.

Semua tak lepas untuk bahan riset bukunya. Dia membutuhkan pengalaman yang sangat nyata, agar apa yang dia tulis juga terasa sangat nyata.

Dan sekarang, Adelia sedang membutuhkan laki-laki untuk tidur dengannya. Bisa saja sebenarnya dia meminta pada Arjun, tapi Adelia sedang tidak berselera pada laki-laki itu. Dia bosan. Lambat laun, hubungan yang mereka jalani, juga terkesan sangat monoton.

"Kau benar. Dan sekarang, aku membutuhkan sentuhan laki-laki untuk kisah yang harus ku tulis," desah Adelia dengan wajah frustasi.

Writer block. Itulah yang saat ini tengah Adelia alami. Dia sama sekali tidak ada ide untuk menulis. Sangat menyusahkan sekali tentunya, sementara deadline-nya sangat padat merayap.

Tasya terkekeh pelan melihat temannya yang sedang dalam masalah. Meski mereka tidak dalam bidang yang sama, tapi dia ikut prihatin melihatnya. Matanya kemudian melihat ke sekeliling, mencoba mencari sesuatu yang menarik. Dan tanpa sengaja, dia menangkap basah seorang laki-laki yang tengah menatap temannya. "Del, kau lihat? Dia menatapmu sedari tadi?"

Tasya menunjuk seorang laki-laki yang duduk di sofa pojok sendirian, dengan tatapan matanya. Membuat Adelia spontan melirik, mengikuti arah pandang yang temannya maksud. Keningnya berkerut, "Lalu?"

"Sepertinya dia menyukaimu," kata Tasya sambil mengedikan bahunya. Hingga tak lama kemudian, wanita itu beranjak dari duduknya. "Tunggu sebentar, aku akan membawanya kemari!"

"Hei! Kau mau ke mana?" seru Adelia di tengah kebisingan musik yang kini dimainkan oleh seorang DJ.

Adelia hanya bisa menatap kepergian temannya yang berjalan menghampiri laki-laki tadi. Menggeleng pelan melihat kelakuan menyebalkan temannya. Meninggalkan Adelia sendirian di meja bar bersama sang bartender.

Adelia menghembuskan napasnya kasar sambil kembali menenggak cairan merah memabukkan di tangannya. Kakinya menyilang, memperlihatkan paha mulus yang dibalut oleh dress hitam ketat tanpa lengan. Rambut hitamnya terurai bergelombang, sebatas punggung.

Tubuh Adelia, tak beda jauh dengan Tasya yang menggoda. Bahkan lebih menggoda, karena menonjolkan bagian-bagian tertentu. Bedanya, wanita ini memiliki tatapan tajam, yang kadangkala membuat para lelaki takut. Aura dominan dan keras juga begitu kuat di sana.

"Del," panggil sebuah suara.

Adelia spontan menoleh. Matanya langsung terkejut tatkala yang memanggilnya adalah Tasya. Lebih mengejutkan, saat tahu kalau temannya, membawa laki-laki tadi ke padanya. Sontak saja Adelia mendecih. Apa maksudnya ini? Wanita itu benar-benar membawa laki-laki tadi?

Adelia mencedih sinis, dia memutar bola matanya malas. Namun, tanpa sadar, mata Adelia justru menatap laki-laki muda itu. Memperhatikannya dengan tatapan menilai.

Laki-laki itu, memiliki wajah sangat tampan, ah tidak, tapi manis. Hidungnya mancung, bibirnya merah tipis, dengan mata kecil namun mampu menghipnotisnya. Kulitnya putih, dengan rambut berwarna dark brown.

Mata Adelia, turun menjelajah ke bagian leher, lalu pada tubuhnya yang berbalut oleh pakaian kasual. Membuat Adelia harus menenggak ludahnya kasar saat membayangkan apa yang ada di balik pakaian itu. Laki-laki itu sungguh menggodanya.

"Kau lihat ke mana, Del?" tanya Tasya dengan senyum geli.

Ucapan yang langsung membuat Adelia salah tingkah dan memerah. Matanya melirik ke arah laki-laki muda yang sedari tadi menatap ke arahnya penuh minat. Tak berpaling sedikitpun darinya. Bahkan secara terang-terangan, tersenyum penuh arti padanya.

"Tidak. Maafkan aku." Adelia langsung merutuk dalam hati saat pikirannya yang liar, berkeliaran di otaknya.

Spontan, Tasya terkekeh. Tahu saat temannya memiliki hasrat pada laki-laki di sampingnya itu. Membuat Tasya kemudian langsung mendekatkan kepalanya ke telinga Adelia. Dia membisikkan sebaris kalimat, yang mampu membuat tubuh Adelia tersulut gairah dalam sekejap.

Hingga tak kemudian, kembali menjauhkan tubuhnya sambil mengulum senyum menggoda pada temannya. Dia bisa mendengar umpatan pelan yang terlontar dari bibir Adelia.

"Ok, berhubung aku sudah ada janji. Kalian bersenang-senanglah," ucap Tasya sambil mengedipkan salah satu matanya pada Adelia. Berlalu begitu saja meninggalkan dia berdua dengan laki-laki bernama Riski itu.

Adelia kembali melirik Riski yang ikut duduk di sebelahnya. "Siapa namamu?"

"Riski, aku Riski," jawabnya sambil tersenyum manis. Tidak ada perkataan atau kalimat selanjutnya. Sangat singkat, padat dan jelas.

"Kau tidak bertanya siapa namaku?" tanya Adelia sedikit penasaran. Meskipun sebenarnya dia tidak peduli apakah laki-laki itu tahu namanya atau tidak.

Riski hanya tersenyum, lalu menggeleng, "Tidak, aku sudah tahu."

Adelia mengangguk. Berpikir jika mungkin Tasya lah yang mengatakannya. Tapi, entah kenapa percakapan mereka terkesan sangat kaku. Adelia menebak, kalau laki-laki di sampingnya itu, sama sekali tidak berpengalaman merayu wanita. Terlihat dari tidak ada lagi percakapan di antara mereka.

Shit! Luntur sudah semua perasaan kagum yang beberapa saat tadi hadir. Adelia menjadi enggan untuk berbincang dengan laki-laki itu. Lebih baik, dia cari yang lain saja untuk targetnya malam ini.

"Maaf, sepertinya aku harus pergi," ucap Adelia sambil beranjak dari duduknya. Hendak berjalan keluar, sebelum sebuah tangan menahannya. Membuat tubuhnya tertarik kembali ke belakang dan terjatuh di pangkuan seseorang.

"Apa kau pergi karena aku tidak menarik?" tanya orang itu dengan suara sedihnya.

Mata Adelia spontan berkedip beberapa saat. Menyadari keintiman yang terjadi antara dia dan laki-laki bernama Riski. Wajah mereka bahkan sangat dekat, hingga bibir keduanya nyaris bersentuhan.

Sialnya, kenapa di saat seperti ini wajah laki-laki itu sangat menggoda? Gairah Adelia langsung bangkit saat melihat wajah sedih yang menatapnya. Membuatnya, ingin menguasai laki-laki itu untuk malam ini.

Adelia mendesis, "Tidak. Kau justru sangat menarik."