"Mending mau gua telepon lagi aja deh," ucapku di dalam hati.
Kemudian aku langsung meneleponnya Mas Arsa, tetapi tidak juga di angkat olehnya. Aku semakin merasa khwatir dengannya. Karena terakhir kali Mas Arsa tidak ada kabar, ternyata adiknya Mas Arsa jatuh sakit. Aku takut saat ini sedang terjadi sesuatu dengan keluarganya lagi. Atau bahkan dengan diri Mas Arsa sendiri.
"Aduh. Mas Arsa kemana ya. Ga ada kabarnya juga sampai malam gini."
Aku pun tidak bisa tidur sampai malam ini. Tiba-tiba saja Ibuku masuk ke dalam kamarku dengan membawa segelas susu dan cemilan untukku.
"Nak. Kamu belum tidur? Lagi ngerjain tugas atau gimana?"
"Belum Bu. Engga, aku ga lagi ga ngerjain tugas. Lagi ga ada tugas. Besok aku juga libur."
"Oh gitu. Nih, Ibu bawain susu sama cemilan buat kamu. Supaya kamu bisa gampang ya tidurnya."
"Iya, Bu. Makasih ya Bu."
"Iya nak, sama-sama. Kamu kenap? Kok kayanya lagi ada yang di pikirin gitu si? Kamu lagi mikirin apa si nak? Hmm?"