"Tuh. Ngeselin deh. Kamu yang ga bisa nemanin aku, tapi aku yang ngerasa bersalah."
"Haha. Iya aku minta maaf. Yaudah kamu tidur gih."
"Iya."
"Assalamualaikum."
"Waalaikumsallam."
Masalah yang tidak terselesaikan. Masalah jika aku sedang ngambek karena dia tidak bisa ke sini saja belum selesai. Di tambah masalah dia yang berkata seperti mau meninggalkab aku. Sekarang dengan mudahnya dia menyuruh aku untuk tidur. Bahkan di saat keadaan Ibuku sedang masuk ICU. Aku benar-benar tidak mood untuk saat ini.
Setelah aku teleponan dengan Mas Arsa, aku kembali untuk menemui Ayah dan juga Randi. Ternyata kini Ibuku sudah bisa di jenguki. Aku langsung masuk ke ruang ICU tersebut.
"Ibu. Ibu udah sadar?"
"Alhamdulillah udah nak."
"Alhamdulillah. Ibu ga kenapa-kenapa?"
"Ga apa-apa kok. Ibu udah merasa enakan."
"Ibu habis di ambil darah ya?"
"Iya. Takutnya ada penyakit dalam. Itu ada roti bakar tadi di beliin sama Randi. Kamu mau Ki?"
"Engga Bu. Ga usah. Buat Ibu aja. Aku mah gampang."