Chereads / LOVE CEO / Chapter 5 - Chapter. 3

Chapter 5 - Chapter. 3

William akui nelish memang agak sedikit galak. Informasi yang william dapat dari naura memang begitu adanya tapi dibalik sikap galak nelish, nelish ini adalah tipe orang yang lembut. Naura bilang nelish akan begitu judes dan cuek pada orang yang tidak dia kenal saja, setelah akrab dengan orang yang baru di kenal, nelish akan bersatu dengan mereka.

Yang william katakan tadi pagi itu hanya ucapan yang dia keluarkan saja dari mulutnya, dia tidak akan benar benar serius dengan ucapannya sendiri, nyatanya siang ini dia masih berada diruang manajer keuangan perusahaan AN group.

Niat nelish tadinya akan menanyakan soal saham hari ini, tapi nelish urungkan saat melihat pria itu masih ada disana.

Naas, baru saja nelish akan berbalik meninggalkan ruangan itu, Suara pria itu sudah menggema digendang telinganya dan berhasil mengurungkan niat nelish untuk membalikan badannya. Nelish tidak langsung menghampiri pria itu, tapi nelish menghampiri naya terlebih dahulu barulah nelsih duduk di samping naya.

"Nay bagaimana saham hari ini?" Tanya nelish.

Naya mengangguk. "Semuanya baik baik saja bu, oh iya kebetulan sekarang ada tamu direktur yang kenarin baru saja menanamkan sahamnya diperusahaan AN group." Ucap naya.

Nelish mengangguk, tanpa diberitahu juga nelish sudah tau siapa tamu 'direktur' yang naya maksud. "Istirahatlah, makan siang terlebih dahulu setelahnya terserah kamu mau melakukan pekerjaan apapun." Ucap nelish.

"Baiklah."

Naya tidak bisa berbuat apapun, jika atasannya sendiri yang sudah memberi perintah.

"Baguslah kalau begitu, aku permisi dulu masih ada sedikit urusan dengan naura. Oh iya, kamu tolong buatkan berkasnya untukku, titipkan saja pada naura." Setelah mengatakan itu, nelish pergi keluar ruangan naya.

Perbincangan yang mereka lakukan dari jauh, tak luput dari perhatian seseorang yaitu William. William memperhatikan gerak gerik nelish sedari tadi, entah apa yang membuat william begitu tertarik samapai harus melihat nelish berbincang dengan naya. Yang membuat william aneh adalah, nelish bicara begitu lembut pada naya, sementara pada dirinya, neliah bicara begitu angkuh.

Setelah nelish pergi, barulah william mendekati ruangan naya. "Buatkan berkasnya untukku juga, nanti akan ada yang mengambil kesini. Biarkan sekertarisku yang mengambil berkas ini." Naya mengangguk.

"Baik pak." Jawab naya

William keluar dari ruangan naya untuk kedepan perusahaan AN. William menyuruh alex untuk menjemputnya diperusahaan AN, rencananya sekalian dia akan mengajak nelish dan naura makan siang bersama.

"lex." Teriak william.

Alex yang mendengar teriakan bosnya langsung mendekat. "Sudah kan? Ayo kita makan siang dikantor." Ucap alex.

William menggeleng. "Kita akan makan siang disini, dan tugas kamu ajak nelish dan sekertarisnya makan bersama kita." Perintah william.

Alex menautkan alisnya bingung, ada apa dengan william? tidak biasanya pria itu meminta hal semacam ini.

"lex, aku serius." Alex terkekeh mendengar rengekan william.

"Baiklah." Pasrah alex.

.

Setelah selesai dengan urusan keuangan, william memang bertemu dengan alex diparkiran tadi, tapi dia menyuruh alex duluan sementara dia kembali keruangan nelish. Diusir ataupun tidak, william akan tetap memaksa nelish sampai dia mau.

Pintu ruangan nelish dibuka secara paksa oleh william, william jengah dengan sikap tidak enak yang nelish berikan untuknya.

"Ikut bersama kita makan siang diluar." Lagi lagi nelish mengacuhkan ucapan william, bodo amatlah. Nelish pusing mendengar pria itu terus memaksa.

"Kamu tidak tuli kan? Telingamu masih normal kan, apa kita harus ke dokter telinga untuk memastikan?"

"Pergilah" hanya kata itu yang dikatakan oleh nelish.

William menerbitkan smirik andalannya. "Sekertarismu, naura akan ikut makan siang bersama kita. Ikutlah." William masih berusaha memaks nelish.

Nelish tersenyum. "Oh bagus kalo gitu, pergilah makan siang kalian bertiga, aku masih harus mengerjakan pekerjaan ini." Jawab nelish.

"Cepatlah, aku tidak suka penolakan."

Nelish akui cara memaksa naura dan william hanya berbeda tipis, namun keduanya masih sama sama seorang pemaksa.

Nelish bangkit mendekati william, siapa dia berani beraninya mengatur segala urusan nelish, naura saja yang sudah lama mengenal nelish, dia tidak pernah mengatur hidup nelish sedikitpun. Tapi sekarang pria tidak tau malu ini datang dan langsung seenaknya mengatur hidup orang, atau orang ini memang sengaja diciptakan untuk mengusik hidup orang?. Sekarang, Tepat sekali nelish sudah berada dihadapan william, sama sekali nelish tidak merasa takut malahan senyuman sinisnya mulai keluar.

"Sekali lagi." Ucap nelish.

"Aku tidak suka penolakan, puas!!." Teriak william.

Nelish tersenyum puas. " siapa suruh kamu mengajakku makan siang bersama? Aku tidak menyuruhmu untuk makan siang bersama kan. Jadi pergilah sekarang dari ruanganku." Teriak balik nelish.

William mendekati nelish, "Terserah!!!." Setelah mengatakan kata itu, william langsung memilih keluar dari ruangan nelish, sementara nelish kembali ketempat duduknya untuk fokus kembali pada pekerjaannya.

Alex dan naura heran karena melihat william kembali tanpa nelish disampingnya, mana nelish?.

"Loh? bukannya alex bilang nelish akan makan siang bareng kita juga? tapi nelish mana?" Tanya naura khawatir.

William mendengus. "Nelish akan menyusul." Ucap william cuek.

Naura sedikit curiga dengan raut wajah william, naura khawatir saat william tidak membawa nelish bersamanya.

"Benarkan?." Tanya naura pada alex

Alex hanya bsia menjawab dengan anggukkan.

.

Sudah 30 menit mereka makan di caffe sebrang kantor tapi nelish sama sekali tidak muncul juga, ataukah william berbohong?. Naura terus saja melihat kearah kaca berharap Nelish benar benar akan datang.

Alex menyenggol lengan naura karena gadis itu masih saja melihat kearah sebrang jalan. "Naura, makanan tidak boleh didiamkan saja. Cepatlah makan." Ucap alex.

Setelah alex menyenggol lengannya, barulah naura sadar. " Ah maafkan aku, aku menunggu nelish, jika kalian tidak keberatab, silahkan kalian makan duluan saja." Jawab naura.

"Tidak baik makannyanya dibiarkan dingin."

Naura melihat satu piring makanan yang sudah ada didepannya ini, tapi naura masih menikirkan nelish.

"Tapi aku harus menunggu nelish lex, atau apakah kalian bisa pesankan makanan satu menu untuk nelish?" Tanya naura.

Alex mengangguk. "Baiklah." jawabnya.

Naura mengangguk. "Terimakasih, aku akan telfon nelish dulu, kalian makanlah duluan." Naura sedikit menjauh dari posisi bos WM dan sekertarisnya.

Alex menolehkan pandangannya kearah william, dilihatnya william menampilkan wajah datarnya disaat naura memasang wajah panik. Bosnya ini memang tidak merasakan rasa peduli yang tidak terlalu, william masih terus memakan makanannya, sebeum suara alex terdengar digendang telinganya, dengan terpaksa willim menghentikan acara makannya.

Ingatlah, alex lebih tua dua tahun dari william. jadi wajar jika mereka sedang berdua begini nada bicara mereka akan berbeda, layaknya sahabat bukan layaknya bos dan sekertaris. "Ada apa? Kenapa neliah tidak datang, bukankah kamu sudah menjanjikan untuk dia datang? tapi mana?." Tanya alex penasaran.

William menghembuskan nafasnya. "Nelish menolak ajakanku." Jawab william datar.

alex memutar bolamatanya malas. "Ck, kamu bilang kamu sendiri bisa membawa nelish kesini. Tapi apa ini yang kamu maksud?." Ucap alex.

William menyimpan sendoknya asal. "Lex, aku sudah tidak nafsu makan." William meninggalkan area restoran. Sebelum alex keluar dari restoran itu, alex ke kasir terlebih dahulu dan mengambil pesanan yang naura suruh tadi..

°°°

Sebelum mereka (William dan Alex) benar benar keluar dari restoran itu, naura kembali muncul. Naura bingung harus memulai pembicaraannya dari mana dulu, ini menyangkut soal nelish. Naura tau william pasti akan menyebutnya terlalu lebay, tapi itu kenyataannya, nelish butuh bantuan william sekarang.

Alex menyodorkan satu kantong makanan pada naura. "Naura ini satu menu yang anda minta tadi, kami akan langsung pulang." Ucap alex. "Soal bayarannya tidak usah khawatir kami sudah membayarnya, kasihkan saja ini pada nelish." melihat raut wajah bingung naura, tanpa kata lagi alex langsung melanjutkan ucapannya.

william masih mematung ditempat meteka mengobrol, menyaksikan sekertarisnya memberikan kantong makanan pada sekertaris AN group.

Naura melihat kantong makanan itu yang ada ditangannya itu. "Aduh gitu ya, tapi saya mau minta tolong sesuatu apakah anda bisa membantu saya?." Ucap naura.

william yang semula tidak bereaksi sama sekali, tapi kali ini dia mulai tertarik dengan perkataan naura.

Dengan perintah yang william gambarkan lewat dagunya, william meminta alex untuk menanyakan apa yang mau naura bantu.

Alex mengangguk. "Bantuan apa katakan!" Jawab alex.

Naura tersenyum. "Tolong kasihkan makanan ini kepada nelish, siapapun diantara kalian berdua yang mau mengasihkan ini pada nelish. Bukannya saya tidak mau mengantar makanannya, tapi aku ada urusan darurat. Mau kan kalian membantu saya, pliss nelish sangat membutuhkan makanan ini." Naura mengangkat pandangannya untuk melihat bagaimana reaksi mereka berdua.

William maju selangkah dari tempatnya berdiri. "Saya yang akan mengantarkannya." Jawab william pada akhirnya.

Naura sedikit kaget karena sentakan william, tapi sedetik kemudian naura menerbitkan senyumannya. "Baiklah, setelah nelish makan, tolong antarkan nelish ke alamat rumah yang saya kirimkan. Terimakasih atas bantuannya." Naura tersenyum dan pergi pamit untuk menyelesaikan urusannya.

Mereka bertiga jalan kearah yang berbeda, naura kearah parkiran, alex juga sama tapi dengan tujuan yang beda, yaitu perusahaan WM. Lalu william pergi menuju ke perusahaan nelish.

Sesampainya di perusahaan AN, william langsung menuju keruangan nelish. Tanpa diantarpun, karyawan disini sudah tau william ini siapa, tapi sebelum ke ruangan nelish, william mampir dulu keruangan manajer keuangan perusahaan AN.

"Oh direktur?" Ucap naya.

Wlliam tersenyum simpul. "Hanya melihat saja, nelish ada kan?" Tanya william.

Naya mengangguk faham. "Mungkin ada, saya tidak melihat ibu nelish keluar dari ruangannya hari ini, bahkan sampai malampun sepertinya dia tidak akan kleuar. Ya, tidak akan keluar sampai pekerjaannya selesai." Jawab naya.

William sedikit kaget atas apa pernyataan yang baru saja dia tahu tentang nelish, kenapa nelish berkepala batu sih? pantas saja sangat naura khawatir, jadi ini alasan mengapa naura sangat menghawatirkan nelish.

"Baiklah, lanjutkan pekerjaan anda. Saya permisi" Pamit william

.

Cklekk.

Bunyi pintu yang william timbulkan mampu membuat nelish menglihkan pandangnnya sebentar, ternyata pelaku yang membuka pintu ruangannya adalah si pria pemaksa!. Mati matian nelish menghindari pria pemaksa itu, tapi nyatanya pria itu memang selalu datang kapanpun. Nelish muak pada sikap sok baiknya, walaupun pada kenyataan william adalah pria baik.

William mengetuk meja kerja nelish, tapi masih tetap nelish abaikan. "Jam berap sekarang noan?" Ucapan william.

William paham dengan arti nelish tidak menjawabnya, tapi ya william tetap william. william masih tetap seorang pria pemaksa.

"Nona Arnelish aku tanya padamu sekali lagi, jam berapa sekarang?" Ucap william lagi

Nelish mendengus. "Mau jam berapapun sekarang, waktuku tidak ada urusannya dengan anda sama sekali, jadi pergilah." jawab nelish. Mulutnya mengeluarkan kata seperti itu, tapi pandangnnya masih tetap pada layar laptopnya.

Seseorang tolong jangan biarkan william mengamuk sekarang, bantulah nelish. "Pulang sekarang." Bentak william.

Nelish menghempaskan tangan william yang sempat memegang tangannya. "Tidak mau, pergilah" perintah nelish

Dengan lancangnya, william langsung menutup laptop nelish dengan paksa. "Aku tidak mau menerima penolakan." Ucap william. Lalu william membawa nelish keluar dari ruangannya.

Pekerjaan seorang perempuan bukan hanya dikantor saja, ingat itu!!

Ada apa dengan william hey? nelish belum tentu menerima kontrak kerjasama perusahan mereka tapi bosnya sendiri sudah mulai seenaknya keluar masuk perusahaan AN.

William membuka buku menu restoran. "Mau pesan apa?" Tanya william.

"Ice americano." Jawab nelish cuek.

William mendengus. "Pantesan badannya segitu gitu aja, makanannya juga cuma kayak gitu." Ledek william.

Nelish tidak sanggup jika terus disandingkan dengan pria ini lebih lama lagi, selain pemaksa, ternyata pria ini juga punya sikap cerewet.

"Cepatlah, saya sibuk dan saya juga lelah. Stop mengomentari hidup orang lain." Jawab nelish

"Tenanglah." Jawab william datar.

Ice americano yang nelish pesan sudah datang, william juga nyatanya hanya memesan satu menu tapi sudah mengejek nelish.

Setelah minumannya datang, neish sama sekali tidak meminumnya terlebih dahulu. malahan neliash lebih memilih kembali sibuk dengan ponselnya, sementara william sibuk pada makanannya. Jika pasangn lain mungkin si perempuanlah yang akan makan dan si pria yang menunggui siperempuan itu makan, tapi berbeda dengan mereka. Mereka kebalikannya dari pasangan lain, aneh memang.

Nelish memijit kepalanya yang sudah terasa sangat pusing, entah pusing karena banyak pekerjaan atau pusing karena penyakitnya kembali kambuh.

Nelish membuka kontak naura dan langsung menanyakan obatnya, hanya naura yang tau tentang obat yang nelish konsumsi dan satu orang lagi yang tau, yaitu pelayan setia mama dan papanya di rumah, siapa lagi kalo bukan bibi shin.

Saat itu, saat dimana orang tuanya kecelakaan. Nelish pingsan dengan jangka waktu yang lumyan lama, tapi tidak koma. Setelah diketahui pingsan ternyata nelish memiliki penyakit mudah lelah jika terlalu banyak berktivitas, padahal sebelumnya nelish sama sekali tidak merasakan itu, tidak didiagnosa mudah lelah. Namun siapa sangka kepergian orangtuanya malah membuat dirinya sendiri down sampai sekarang.

Tenang saja, penykit itu tidak bahanya kecuali jika memang dibiarkan. Akan bahaya jika nelish tidak dibantu dengan obat obatan seperti sekarang, obat itu hanya bisa mengurangi rasa nyeri dikepalanya hilang dan membuat tubuh agak relaks

Nelish mendengus kasar saat mengetahui bahwa obatnya ketinggalan dilaci meja kerjanya. Stok obat lainnya hanya ada di rumah, sementara pusingnya sudah mulai sangat terasa. mau tidak mau nelish harus menahan rasa sakitnya sampai william selesai makan, demi apapun nelish tidak kuat jika harus berjalan keluar sendiri.

"Percepatlah, makan seorang pria tidak lelet seperti anda." Ucap nelish datar, mencoba untuk menahan suaranya.

William mencibik. "satu suapan lagi, kenapa buru buru? Kita bisa santai dulu kan, menikmati langit sore disini" Ucapan william sukses membuat nelish terus membuang nafasnya kasar, william sama sekali tidak mengetahui keadaan lisa sekarang. Ingin berteriakpun rasanya susah karena rasa pusingnya lebih mendominasi.

"Saya pulang sendiri kalo gitu." Saat akan bangkit dari posisi duduknya, tangan nelish sukses langsung ditahan oleh william.

"Baiklah!"

Suara lembut william barusaja nelish dengar, pertama kalinya orang ini melembutkan suaranya didepan nelish. Tapi itu hanya berlaku untuk nelish saja, ada apa? kenapa?

°°°

Nelish sampai dirumahnya pukul 7 malam, saat baru saja nelish memasuki rumahnha, nelish sudah langsung di sambut oleh bibi shin.

Bibi shin adalah orang yang udah menjadi kepercayaan mama dan papanya, bibi shin tau semua yang terjadi dirumah ini sampai nelish lahir pun bibi shin sudah bekerja dimansion ini.

Bibi shin tidak sekuat yang kalian lihat, usianya sudah tua jadi itu sedikit berpengaruh pada tubuhnya. Tubuhnya akan limbung jika terlalu capek, sama seperti apa yang nelish rasakan..

Bukan hanya bibi shin saja yang bekerja di rumah besar itu, ada 10 pelayan lainnya yang dipekerjakan hanya sampai jam 6 sore, itu semua kemauan bibi shin, padahal nelish sudah mencoba melarang dengan usahanya sendiri, tapi bibi shin menanglah keras kepala.

"Nelish, ada yang kamu butuhkan nak?" Tanya bibi shin.

Nelish menggeleng. "nelish hanya butuh istirahat dan meminum obat, setelahnya pasti tubuh nelish akan seperti semula." Jawab nelish diiringi dengan senyuman manisnya.

"Baiklah, istirahatlah dikamarmu. Bibi akan mengerjakan itu dulu sebentar." Ucap bibi shin

Nelish mengangguk patuh. "Jangan terlalu lelah bi, serahkan tugas itu pada pelayan yang lainnya." Bibi shin hanya tersenyum sebagai jawabannya.

Merasa sudah dijawab, nelish membalikan badannya untuk kembali menuju kamarnya.

"Bahkan jika nyonya masih hidup, pasti nyonya akan melihat bagaimana perkembangan nona Nelish sekarang. Nona tumbuh menjadi gadis cantik dan pintar sama seperti nyonya dulu, andai nyonya masih bersamanya pasti noona tidak akan serapuh sekarang ini. Tenanglah disana nyonya, tuan. Nona akan aman disini, sebab masih banyak orang yang menyayangi nona, termasuk saya." Gumaman panjang bini shin diiringi dengan tangis harunya, melihat nonanya masih bertahan sampai titik ini.

.

'Sebelum kamu lahir, seharusnya kamu mempunyai seorang kakak. Tapi tuhan berkata lain, mungkin tuhan lebih sayang kepada kakakmu yang baru diberi nyawa itu. Mamamu terpeleset di kamar mandi yang mengharuskan mamamu kehilangan anak pertmanya, nyonya sangat terpukul atas apa yang baru menimpanya saat itu. Sampailah sudah beberapa minggu berlalu, nyonya diberi kepercayaan lagi untuk menagndung kamu nak. Sedih yang nyonya rasakan hilang seketika saat mendengar nyonya mengandung lagi, sampai kamu lahir nyonya selalu memikirkan kakakmu. Nyonya merasa bersalah atas keteledoran dia dalam menjaga kandungannya, tapi nyonya selalu memaafkan dirinya sendiri tapi hatinya berkata lain. Jadi nak, mamamu seharusnya mempunyai dua anak, anak yang pertama diketahui berjenis kelamin laki laki dan yang kedua kamu. Mama kamu menyayangi kalian berdua sampai pada puncaknya kedua orang tua kalian mengalami kecelakaan dan mama kamu menitipkan kamu kepada bibi'

Ucapan bibi shin sampai terbawa kedalam mimpinya, apakah sekarang ini nelish sedang merindukan kedua orang tuanya?.

°°°

Bersambung...