Tanpa ragu-ragu, Emmelyn berjalan mendekat dan memeluk Nyonya Adler.
Wanita tua itu tertegun ketika Emmelyn memeluknya erat-erat. Ia tidak mendengar Emmelyn menangis atau meneteskan air mata, tapi ia tahu hati sang putri sedang hancur.
Tubuh Emmelyn gemetar, meski tidak ada suara yang keluar dari mulutnya.
Penyihir tua itu membiarkan Emmelyn memeluknya dan mengeluarkan kesedihannya selama yang ia mau. Sebagai orang biasa, ia tidak berani memeluk kembali sang putri. Akan sangat lancang baginya untuk menyentuh Emmelyn.
"Terima kasih sudah datang," akhirnya, Emmelyn menenangkan diri dan melepaskan pelukannya. Ia tidak meneteskan air mata, tetapi ia tampak lebih hancur dibandingkan dengan seorang wanita yang meneteskan seember air mata.
"Aku merasa terhormat karena Yang Mulia bersedia menemuiku," jawab Nyonya Adler. "Aku datang ke sini secepat mungkin."