"Sejauh ini aku masih bertahan, masih dengan rasa yang sama meski luka dan kecewa selalu berhasil membuatku hancur. Jika ada yang bertanya mengapa aku selalu bangkit lagi? Entahlah, saat akan menjawab pertanyaan itu mulutku seperti terbungkam namun hatiku berkata "Kamu yang selalu kembali membangkitkanku." alasanya selalu kamu, saat kamu membuat luka maka kamu adalah obatnya. Namun, seringkali aku sulit menemukanmu yang dulu."
-Aletta Zefmora-
"Gesang, makan dulu napa?!" Sang empunya nama yang sedang sibuk bermain game tak menggubris seruan Aletta.
"Ish Gesang!" Lagi, dan tak digubris.
Aletta menggoyangkan tubuh Gesang "GESANG ALARIK!" Aletta mengeraskan suara ditempat umum itu, membuat beberapa pasang mata melihat kearah mereka berdua.
Sadar menjadi tontonan Gesang menutup mulut Aletta dengan tangannya.
"Iyaa aku makan." Bisik Gesang, Aletta yang mendengar ucapan itu tersenyum penuh kemenangan.
Aletta tak bosan-bosannya melihat Gesang melahap makanannya. Baginya melihat pria itu adalah suatu anugerah terindah.
"Kamu mau?" Tanya Gesang saat menatap Aletta yang terus melihatnya.
"Engga, Aletta udah kenyang." Jawab Aletta.
Gesang menaikkan alisnya "Terus ngapain ngeliatin aku?" tanyanya lagi.
"Gakpapa, suka aja ngeliat kamu." Jawab Aletta sambil tersenyum manis. Gesang yang melihatnya-pun ikut tersenyum mencubit pipi Aletta dan hal sederhana itu berhasil membuat Aletta tersipu malu, pipinya berubah menjadi kepiting rebus.
Selesai makan mereka langsung pulang menuju rumah Aletta. Disepanjang perjalanan mereka saling bercanda diiringi lagu "Teman bahagia." rasanya saat itu serasa dunia milik berdua.
"Mampir ga?" Tanya Aletta saat akan turun dari mobil.
"Emmm, mampir ga ya?" Gesang pura-pura berpikir.
Dalam hati Aletta ia berharap sang kekasih berkata iya.
"Engga deh." Namun, sepertinya jawaban Gesang tak sesuai ekspektasi Aletta saat ini.
"Oh yaudah, hati-hati ya!" Ucap Aletta lirih dengan sedikit rasa kecewa karena ekspetasi-nya. Gesang yang mengetahui kekecewaan kekasihnya itu menahan tawa.
Gesang mengusap-usap puncak rambut Aletta "Yauda turun sana! aku liatin dari sini." Aletta mengangguk dan keluar dari mobil, berjalan masuk ke rumah yang berjarak 10 langkah dari mobil yang diparkirkan Gesang.
Sudah tepat didepan pintu, tiba-tiba Aletta merasakan ada yang menggenggam tangannya. Matanya mebelalak kaget jantungnya berdetak lebih kencang mekihat genggaman tangan itu.
"Mau main sama Kaffa." Ucap Gesang, yap Aletta tersenyum lebar kegirangan.
"Kirain gabakal mampir tadi."
"Emang engga, eh terus aku kepikiran kangen jagain Kaffa."
"Halah, bilang aja pengen jagain aku."
"Duh, pede banget pacar aku."
"Emang iyakan?" Aletat menopang kedua tangannya sambil berjalan meninggalkan Gesang.
Waktu terasa begitu cepat, tak terasa Gesang sudah menghabiskan 5 jam waktunya dirumah Aletta.
Gesang melihat jam yang melingkar ditangannya "Aku pulang dulu ya, mau ngerjain tugas." katanya.
"Dih sok banget ngerjain tugas, padahal besok libur." Ejek Aletta.
"Hehe, kan udah kelas duabelas harus rajin beb." Jawab Gesang, ga nyambung huhu.
"Yaudah sana hati-hati! Salam buat Papa sama Mama, bilangin makasi uda minjemin anaknya seharian."
"Iyaaa cantik." Ucap Gesang halus sambil mengelus puncak kepala Aletta.
"Bunda sama Ayah mana? mau pamit."
"BUNDAAA AYAAAH, GESANG PAMIT." Teriak Aletta.
"Kebiasaan banget si pacar aku teriak-teriak."
"Ga teriak ga denger." Aletta melirik sinis Gesang.
"Gesang, makasi ya uda jagain kaffa tadi." Ucap Hariyo, Ayah Aletta.
"Padahal Aletta juga jagain." Haha Aletta iri nii.
"Iya Ayah,"
"Iri ya neng." Sambung Gesang sambil terkekeh.
Dari tangga atas terdengar suara berjalan Denia, Bunda Aletta tergesa.
"GESANG! TUNGGU BUNDAAA!" Teriakan Denia mengglegar.
Sontak membuat Aletta, Gesang, dan Hariyo kaget.
"Hish Bunda." Decih Aletta.
"Maaf-maaf hii, Gesang ini buat Mama ya." Denia menyodorkan totebag transparan berisi tas dan alat make up.
"Loh buat apa Bund?" Tanya Gesang kebingungan.
"Gabuat apa-apa oleh-oleh Ayah dari Singapura, bilangin maaf ke Mama gabisa nganterin langsung."
"Yaampun Bunda repot-repot."
"Ngapain repot ini belum seberapa, Mama sama Papa kamu ngapain juga ngirimin Lemari." Jawab Hariyo.
Gesang tertawa "Gatau juga, emang aneh keluarga kita Yah. Oh iya makasih ya Bunda Ayah."
"Iyaa ganteng. Hati-hati ya dijalan!"
"SIYAAAP." Gesang bergaya hormat.
"Daaa Aletta jangan kangen yaaa." Gesang terkekeh dengan ucapannya sendiri.
"Gapulang aku tampol nih." Aletta sudah bersiap mengangkat tangan kananya.
"Kalian ni brantem terus." Sela Hariyo.
"Dia iri Yah sama aku yang dimanjain Ayah sama Bunda, wle." Gesang menjulurkan lidah pada Aletta.
Aletta berdiri bersiap menerkam Gesang namun Gesang sepertinya sudah bersiap terlebih dulu untuk kabur. Haha, kek kucing sama tikus. Hariyo dan Dania hanya tertawa melihat tingkah Aletta dan Gesang.
Gesang dan Aletta berlari hingga sampailah didepan mobil Gesang.
"Auah Gesang aku capek." Ucap Aletta sambil ngos-ngosan.
"Gesang kok dilawan." Kan sombong Gesang haha.
"Ges-s-sang su-sshu-sah naffass." Aletta dengan sengaja dlosoran dibawah karena nafasnya tak beraturan.
Melihat Aletta Gesang pun merasa khawatur dan mendekati Gadisnya.
"Kamu gapapa kan?" Gesang memegang kedua pipi Aletta dengan tangannya, tampak wajah Aletta yang terlihat lemas.
"G-ga pa-pa Al-letta ca-pek aja." Suara Aletta terdengar masih ngos²an. Membuat Gesang semakin kawatir, dengan spontan Gesang membawa tubuh Aletta kedalam pelukannya dan mengelus-elus pungung Aletta.
Deg, entah kenapa rasanya tenang saat Aletta dipelukan Gesang. Nyaman, rindu, tenang yang dirasakan Aletta saat ini. Tiba-tiba air mata Aletta menetes perlahan, namun rupanya Aletta tak mau berdusta menyembunyikan air matanya, perlahan air matanya menjadi lebih deras membuat kaos bagian dada Gesang sedikit basah.
Gesang yang menyadari, melepas pelukannya untuk melihat Aletta.
"Loh kok nangis? Kamu kenapa?" Tanyanya lembut.
Aletta hanya menggeleng sambil menundukkan kepalanya.
"Kenapa? Cerita dong Aletta!" Entah kenapa saat ini suara Gesang terdengar lebih lembut.
Aletta masih menggeleng dan dengan sengaja kembali kepelukan Gesang untuk menangis lagi.
"Aletta kangen Gesang."
"Loh, kan Gesang ga kemana-mana." Jawab Gesang kebingungan dengan tingkah kekasihnya itu.
"Sifat Gesang hilang, Aletta cuma nemuin tubuhnya aja." Airmatanya kembali deras.
"Kok bilang gitu si?" Tanya Gesang lagi.
"Gapapa Aletta kangen meluk Gesang aja, udah lama ga peluk hampir sebulan." Pelukan Aletta sangat erat dibalas dengan Gesang, meski Gesnag masih hingung dengan ucapan Aletta.
"Udah ya, gaboleh nangis. Aku gamau liat kamu nangis lagi!" Gesang melepaskan pelukannya dan membersihkan sisa airmata, Aletta hanya mengangguk-angguk saja.
"Gesang pulangya hati-hati ya, jangan ngebut-ngebut, jangan mampir-mampir!"
"Iya cantik." Gesang masuk kedalam mobilnya lalu melaju meninggalkan rumah Aletta dengan kecepatan sedang.
Aletta masih ditempat, melihat mobil Gesang hingga tak terlihat, tak lama kemudian.
Tin tin,
suara bel mobil Gesang kembali tepat didepan Aletta, membuatnya kebingungan.
Danu membuka kaca mobilnya.
"Loh, apa lagi?" Tanya Aletta kebingungan.