Chereads / 12.12 | END | / Chapter 62 - Story 62 : Flashback

Chapter 62 - Story 62 : Flashback

5 tahun yang lalu, 12 Desember.

Andara mengedarkan pandangannya sejenak, tiba-tiba saja sebuah tangan menariknya dan menutup mulutnya. Situasi sudah terlalu gelap sehingga Andara tidak bisa melihat siapa yang sudah menariknya. Andara merasakan sesak napas, selanjutnya perempuan itu tidak tahu apa yang terjadi karena pandangannya yang mulai gelap.

Setelah itu, Andara perlahan membuka kedua matanya perlahan. Andara yang tersadar dengan kejadian tadi langsung panik dan terkejut ketika kedua tangannya yang sudah diikat ke belakang. Andara berusaha melepaskan diri karena ia harus balik ke perkemahan, kalau tidak, Algar dan guru-guru pasti akan panik.

Setelah 5 menit sibuk mencari cara untuk melepaskan ikatannya, Andara akhirnya menyerah dan melihat sekelilingnya. Apakah di hutan ada rumah gubuk seperti ini? Rasanya Andara tidak pernah melihatnya. Rumah ini sangat kumuh dan gelap, untunglah masih ada cahaya walaupun sangat redup.

"Apa ada orang di sini?! Tolongg!!" pekik Andara kencang.

Andara tertegun karena dirinya mendengar langkah kaki seseorang mendekatinya. Andara membulatkan kedua matanya ketika seseorang itu sudah berdiri tepat di depannya, seseorang itu menyunggingkan senyum miringnya.

"Tidak akan ada yang mendengar permintaan tolongmu itu, Andara. Apa kau melupakan sesuatu? Kita sedang ada di hutan dan letak gubuk ini sangat jauh dari lokasi perkemahan sekolahmu. Ah, untunglah aku mengetahui tentang ini semua, sehingga aku bisa mendapatkanmu dengan mudah," ucapnya seraya membelai satu pipi Andara. Andara benar-benar kesal dengan lelaki itu. Kenapa ia selalu mengganggu hidup Andara?

"Kenapa lo ada di sini?" Lelaki itu berpikir sejenak kemudian terkekeh kecil.

"Tantu saja itu rahasia. Yang terpenting sekarang kamu sudah dalam genggamanku, Andara." Andara berdecih kesal.

"Apa lo belum puas setelah lo bunuh bunda gue?" Elvan menaikkan satu alisnya.

"Semuanya belum berakhir, Andara. Permainan baru saja akan dimulai." Andara terdiam.

"Semua orang di lokasi perkemahan akan sibuk mencarimu. Karena takutnya korban hilang yang bertambah, sekolah memutuskan untuk membatalkan acara perkemahan ini. Dengan begitu seluruh siswa dipulangkan kembali kecuali kamu yang akan terus bersamaku, Andara."

"Gue yakin sekolah akan tanggung jawab dengan memanggil bantuan," jawab Andara tenang.

"Benarkah? Apa kamu masih akan hidup saat itu?" Andara tertegun.

"Aku penasaran bagaimana wajah frustasi kekasihmu itu ketika mengetahui pujaan hatinya sudah tiada." Andara menundukkan wajahnya. Sial, Andara harus mencari cara untuk segera kabur dari sini dan bergabung bersama siswa yang lainnya. Algar sudah berjanji akan terus berada di sisinya, begitupun dengan Andara yang akan selalu mendukung lelaki itu. Andara tidak akan membiarkan semuanya berakhir di sini.

Andara menatap atap gubuk yang mulai dimasuki sinar mentari. Sudah berapa jam Andara ada di sini? Sepertinya sekarang sudah terbit fajar. Andara berdoa semoga ada yang menemukan gubuk ini dan segera menolongnya.

"Oh, sepertinya fajar sudah terbit dan orang-orang mulai sibuk mencarimu, Andara." Andara mengepalkan tangannya. Andara terus menggesekkan tali pada bangku yang sedang ia duduki sekarang.

Elvan terus mengoceh, Andara tidak mempedulikan itu semua. Yang ada di pikiran Andara saat ini adalah ia harus kabur dan bergabung dengan teman-temannya yang lain.

Setelah berusaha beberapa menit, Andara akhirnya berhasil melepaskan ikatan itu dari kedua tangannya, namun Andara masih berpura-pura seakan masih terikat.

Andara menunggu kesempatan untuk ia menyerang Elvan saat ia sedang lengah. Andara sudah memiliki rencana. Andara tidak peduli jika itu akan membunuhnya atau melukainya dengan parah, yang penting ia bisa kabur kemudian melaporkannya kembali ke polisi.

Ketika Elvan membelakanginya, Andara dengan hati-hati berdiri dan mengambil bangku yang ia sepat duduki tadi. Dengan cepat, sebelum Elvan menyadarinya, Andara langsung menghantam kepala Elvan dengan bangku. Andara langsung melempar bangku itu ketika mendapati tubuh Elvan terhuyung ke depan.

Andara kembali mengatur napasnya kemudian segera meninggalkan gubuk itu. Syukurlah Andara bisa melarikan diri walaupun sudah lumayan siang. Andara menatap arloji yang melingkar di pergelangan tangannya.

09.30.

Andara kembali ke lokasi perkemahannya, untunglah perempuan itu masih ingat.

Andara membulatkan kedua matanya ketika tidak lagi mendapatkan apa pun di sana. Apa mereka meninggalkannya sendirian di hutan ini?

Andara merasakan lututnya yang lemas kemudian terjatuh di atas tanah. Mana mungkin ia bisa hidup di hutan sendirian? Kenapa mereka semua meninggalkannya? Andara tidak mungkin bertahan lama tanpa bekal makanan atau minuman. Andara harus segera mencari bantuan!

Setelah 20 menit memutari hutan, Andara tidak menemukan siapa pun, lagi pula, mana ada seseorang yang tinggal di dalam hutan, kan? Andara menghentakkan kakinya kesal kemudian merasakan air matanya yang perlahan mulai turun. Seandainya saat itu Andara tidak lengah, kejadian seperti ini pasti tidak akan terjadi.

Andara menangis sekencang-kencangnya sampai ia mendapatkan sepasang sepatu berhenti tepat di depannya. Andara tertegun, ia takut jika itu adalah Elvan, Andara menundukkan wajahnya. Andara terus memohon kepada Tuhan agar tidak terjadi apa-apa pada dirinya.

"Apa kamu tersesat?" Andara terkejut kemudian mendongakkan wajahnya secara tiba-tiba. Andara membulatkan kedua matanya ketika ia mendapatkan seorang lelaki yang tidak terlalu tua, mungkin umurnya Kisaran 30 tahunan.

Andara tidak menjawab apa pun, perempuan itu hanya terdiam menatap sang lelaki.

"Apa kamu baik-baik saja?" tanyanya lagi. Andara tersadar kemudian mengangguk kecil.

"Aku baik-baik saja. Maaf, tapi anda siapa? Kenapa anda ada di hutan ini? Saya sudah berjalan selama 20 menit dan saya tidak menemukan apa pun. Kenapa anda tiba-tiba ada di sini?" Lelaki itu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Saya baru saja sampai di hutan ini. Tujuan saya hanya untuk mencari bahan penelitian saya." Andara menaikkan satu alisnya.

"Penelitian? Sebenernya anda siapa?" Lelaki itu terdiam sejenak.

"Saya dosen dari perguruan tinggi kota seberang. Kamu sendiri siapa? Kenapa kamu bisa tersesat?" Andara menundukkan wajahnya.

"Saya siswa SMA dari kota yang lumayan jauh dari sini. Saya dan sekolah mengadakan acara perpisahan di sini, kemudian sesuatu yang tidak bisa saya jelaskan terjadi. Saat saya kembali ke lokasi perkemahan kami semuanya sudah tidak ada seakan mereka meninggalkan saya sendirian." Lelaki itu menatap Andara dengan iba.

"Apa kamu memiliki anggota keluarga? Saya bisa bantu menghubungi anggota keluarga kamu," balas sang lelaki.

"Saya sudah tidak memiliki siapa-siapa lagi. Bunda dan ayah saya sudah pergi," balas Andara membuat lelaki itu terdiam.

Sang lelaki kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Andara berdiri. Andara terdiam sebentar kemudian menyambut tangan lelaki itu.

Lelaki itu tersenyum pada Andara. Andara sangat bersyukur bisa bertemu dengan orang baik sepertinya. Andara masih memiliki harapan untuk bertemu kembali dengan Algar.

Entah sampai kapan, Andara pasti akan mencari dan menemui Algar.

"Bagaimana jika kamu menjadi anak angkat saya? Kebetulan sekali, saya dan istri saya belum diberikan momongan. Kamu bisa melanjutkan kuliah kamu di perguruan tinggi tempat saya mengajar. Apa kamu mau?"