Chereads / 12.12 | END | / Chapter 15 - Story 15 : Tanding Basket.

Chapter 15 - Story 15 : Tanding Basket.

Andara melangkahkan kakinya menuju perpustakaan setelah ia selesai berbicara dengan Algar. Andara pikir, Algar membicarakan sesuatu yang penting, ternyata hanya masalah tanding basket. Mungkin Andara yang terlalu berharap.

Andara menyetujui ajakan Algar untuk melihatnya tanding basket besok. Hal itu Andara lakukan karena Andara juga merasa bosan jika harus di rumah terus.

Andara berharap pertandingan besok bisa lancar. Kira-kira Algar akan melawan sekolah mana, ya?

Ya, siapa pun lawannya Andara sangat yakin bahwa Algar akan menang, lelaki itu cukup terkenal akan kehebatannya saat bermain basket. Sudah seperti cerita-cerita di novel saja.

Sesampainya di perpustakaan, Andara menghentikan langkahnya ketika mendapati Tasya berdiri tepat di hadapannya. Andara hanya memasang wajah datarnya. Andara melirik Tasya yang mengepalkan tangannya, sepertinya perempuan itu sangat kesal.

"Gara-gara lo ..." Andara menaikkan satu alisnya.

"Gara-gara lo Algar jadi benci sama gue!!" Andara terkejut ketika satu tamparan mendarat mulus di pipinya. Andara mengusap pipinya yang masih terasa panas.

Andara masih terdiam dan menatap Tasya dengan wajah datarnya, membiarkan perempuan itu berkoar sesuka hatinya.

"Gara-gara lo Algar jadi ngacuhin gue! Semuanya gara-gara lo! Liat aja, gue gak akan biarin hidup kalian tenang!" Ketika Tasya kembali mengayunkan tangannya untuk menampar Andara kembali, Andara berhasil menahannya. Andara menatap Tasya dengan tatapan elangnya.

"Segitunya lo ingin Algar? Lo gak perlu ngejar Algar sampai segila itu, kalau memang takdir Algar adalah lo, kalian akan bersatu. Lo dilahirkan memiliki sayap, kenapa lo lebih memilih hidup merangkak?" Tasya tertegun dengan ucapan Andara.

"Satu lagi, rasa lo ke Algar itu bukan rasa suka atau cinta, itu adalah rasa obsesi. Ingat, obsesi adalah hasrat negatif. Gue harap lo paham maksud gue."

♡♡♡

Keesokan harinya, pukul 14.00. Andara masih memilih pakaian apa yang harus ia pakai untuk menyaksikan pertandingan basket Algar. Andara menatap jejeran baju di depannya, berpikir sebentar.

Andara mendengar suara pintu kamarnya terbuka, perempuan itu langsung menoleh dan mendapatkan bundanya. Bundanya menyentuh bahu Andara.

"Kamu mau ke mana? Mau jalan ya sama Algar?" Andara terkejut dengan perkataan bundanya. Andara gugup saat ingin menjawab.

"Eh? Em, enggak kok, bun. Aku gak jalan sama Algar." Bunda Andara tersenyum menggoda. Andara mendengus kesal dengan wajah bundanya saat ini.

"Aku cuma diajak Algar untuk nonton pertandingan basketnya aja, bun." Bunda Andara mengangguk paham kemudian menaikkan satu alisnya ketika melihat jejeran baju yang terpampang jelas di depannya.

"Terus, baju sebanyak ini untuk apa?" Andara mengeluarkan cengiran polosnya.

"Aku masih bingung, bun. Kira-kira aku harus pake baju apa, ya?" tanya Andara. Bunda Andara memerhatikan satu persatu pakaian yang Andara jejerkan. Menurutnya, semuanya cocok dan tidak ada masalah. Karena tubuh Andara bagus, semua pakaian akan terlihat cocok ketika dipakainya.

10 menit berlalu dan kini Andara sudah siap dengan setelah casual-nya. Bunda Andara menata rambut putrinya itu dengan gaya yang baru. Andara menatap pantulan dirinya di cermin, perempuan itu terkagum dengan penampilannya sendiri.

"Anak bunda cantik banget, sih. Mau berangkat jam berapa?" Andara menatap jam dindingnya.

"10 menit lagi, bun. Nanti Algar ke sini," jawabnya. Bunda Andara memberikan senyuman menggoda pada putrinya itu. Di dalam lubuk hatinya yang terdalam, bunda Andara sangat lega akhirnya Andara bisa mendapatkan teman lagi. Bunda Andara berharap, Algar bisa menjaga Andara ketika dirinya tidak ada di samping Andara.

♡♡♡

Andara kini sudah berada di motor Algar, lelaki itu menjemputnya beberapa menit yang lalu. Saat tadi Algar menjemput Andara, mata lelaki itu seperti tidak bisa berkedip ketika melihat penampilan Andara yang sungguh feminin.

Algar merasa sama sekali tidak menyesal mengajak Andara untuk menyaksikan pertandingannya, mungkin semangat Algar akan lebih besar.

Algar tidak menurunkan Andara tepat di depan lapangan, mereka mencari tempat sepi untuk mengobrol sebentar, Algar tidak mungkin menunjukkan Andara secara blak-blakan kepadanya teman-temannya yang sangat sadis.

"Lo turun di sini gak apa-apa, kan?" Andara mengangguk kecil.

"Gue nonton dari jauh, ya. Gue gak mau terlalu kelihatan banget," ucap Andara. Algar tersenyum.

"Tau lo ada di sini aja semangat gw udah 100x lipat," candanya. Andara terkekeh kecil.

"Ya udah, gue join sama yang lain dulu." Algar pergi melangkah meninggalkan Andara.

Andara mengatur napasnya, hampir saja Algar membuatnya sesak napas dengan ucapannya. Oh, Andara teringat sesuatu. Jika Algar ada di sini, maka Tasya juga pasti ada di sini. Andara harus sedikit waspada, perempuan itu tidak ingin menyebabkan kegaduhan.

Andara melangkahkan kakinya menuju lapangan. Andara berdiri jauh dari arena pertandingan, melihat pertandingan ini dari jauh saja sudah membuat Andara senang.

Lain dengan Algar yang sudah bersiap dengan timnya. Algar juga sudah mengganti bajunya. Rio menepuk bahu Algar.

"Menang?" Algar menarik satu sudut bibirnya.

"Pastinya!"

Algar dan timnya menuju lapangan. Lawan mereka adalah SMA Bina Nusa yang letaknya di seberang sekolah mereka. Algar menaikkan satu alisnya ketika melihat tim lawannya yang kurang satu orang.

"Satu lagi mana?" tanya Algar.

"Gue." Algar dan timnya sontak menoleh ke arah kanan. Seorang lelaki sedang bersandar di batang pohon, lelaki itu mendongakkan wajahnya, begitu dingin.

"Oke. Siap? Gue pastiin tim gue menang telak hari ini," ucap Algar membuat lelaki itu tersenyum miring.

Pertandingan di mulai. Pertandingan berjalan dengan lancar sampai akhirnya ...

Rio mengoper bolanya ke arah Algar, Algar langsung menangkapnya dengan sempurna. Algar terus men-dribble bola yang ada di tangannya sambil memikirkan strategi selanjutnya. Posisinya tidak bisa dibilang baik. Di hadapan Algar, lelaki dingin itu menghadang Algar untuk mendekat ke ring.

Sepersekian detik berikutnya, lelaki itu mendekat ke arah Algar.

"Jauhi Andara." Dan lelaki itu berhasil merebut bolanya dari tangan Algar.

♡♡♡

Andara berlari menjauhi lapangan. Andara merasakan tubuhnya yang gemetar. Apa Andara hanya salah lihat? Tapi tadi dia benar-benar melihat Elvan di sana.

Andara tahu Elvan orang yang kejam. Andara sangat khawatir dengan Algar. Bagaimana jika Elvan menggunakan cara curang untuk memenangkan pertandingannya? Bagaimana jika Elvan melukai Algar? Astaga, Andara benar-benar khawatir. Tapi perempuan itu tidak bisa kembali lagi ke sana, itu hanya akan membuat traumanya kambuh.

Andara memegangi dadanya yang terasa sesak. Andara berusaha menarik napas dan membuangnya dengan tenang. Ya, Andara harus tenang dan percaya kepada Algar.

Seharusnya Algar tidak boleh berurusan dengan lelaki kejam itu atau hidup Algar bisa dalam bahaya. Andara menggigit kukunya, perempuan itu harus memikirkan cara untuk membuat Algar jauh dari Elvan.

Astaga, Andara tidak bisa berpikir!

Kenapa lawan Algar harus Elvan? Apa lelaki itu sengaja merencanakan semua ini untuk menjebak Algar? Astaga, Andara sama sekali tidak menyadari ini. Andara juga tidak bisa berbuat apa-apa, jangankan melawan Elvan, bertemu dan menatap matanya saja Andara tidak berani. Dasar psychopath gila.

Andara menyatukan kedua tangannya di depan dada selayaknya orang berdoa. Andara sedang memohon, memohon agar tidak terjadi sesuatu yang buruk pada Algar.

Jika Algar tahu Andara tidak menyaksikan pertandingannya, Algar pasti marah padanya. Jujur Andara tida ingin Algar marah padanya, tapi mau gimana lagi, Andara bisa-bisa mati membeku di sana.

Andara membulatkan kedua matanya ketika merasakan tangan seseorang menyentuh bahunya. Andara langsung berjongkok, menutup kedua matanya, dan menutup kedua telinganya.