Chereads / Airplane Accident / Chapter 3 - Depresi

Chapter 3 - Depresi

*Jika ini untukmu, aku bisa berpura-pura bahagia bahkan ketika aku sedih

Aku bisa berpura-pura menjadi kuat meskipun aku terluka*

✓✓✓

Seminggu berlalu, Rachel tidak pernah keluar dari kamarnya hingga Agatha sangat frustasi saat memikirkannya. Gadisnya selalu mengeluh tidak ingin makan, dan jika ada pelayan yang memaksanya, maka dia akan menghempaskan semua piring yang berisi makanan itu. Saat malam dia tidak bisa tidur dan selalu berkeliaran diluar, bukan sekali dua kali satpam menangkapnya

Dengan sangat terpaksa Agatha memilih untuk mengurungnya, mengikat kedua tangan dan kedua kakinya. Rachel bagaikan tahanan, batinnya tersiksa, raganya terluka dengan berbagai goresan. Seperti halnya saat seorang pelayan datang membawakan daging sapi dengan pisau untuk mengiris dagingnya, Rachel malah memberontak hingga pisau itu mengenai tangannya

Depresi, dia merasa tertekan sekaligus membenci dirinya yang tidak mengingat apa-apa. Situasinya semakin memburuk setiap kali dia berusaha untuk mengingat apa yang terjadi kepada dirinya

"Biar aku yang antar" Agatha mencegah seorang pelayan wanita yang hendak memasuki kamar Rachel untuk membawakannya makanan

Agatha membuka pintu kamar Rachel. Perlahan dia melangkah dengan pelan karena Rachel duduk sambil memeluk kakinya dengan wajah yang ditenggelamkan

Langkah Agatha terhenti ketika dia mendengar suara isakan dari gadis tersebut. Dia memilih untuk menyimpan makanan yang tadi dibawakannya diatas meja, lalu kembali menghampiri Rachel

"PERGIII" bentak Rachel

"KUBILANG PERGIII" Ulangnya lagi

Saat itu Rachel mendorong Agatha dengan kuat sampai Agatha terduduk diatas ranjang didekat sana. Agatha terkejut, bagaimana bisa gadis itu melepaskan ikatan ditangan dan dikakinya?

Saat memastikan keadaan di sekitar sana, Agatha melihat sebuah pisau yang tergeletak diatas lantai. Agatha juga merasakan ada cairan yang menempel ditangannya. Dia menyadari jika cairan itu berasal dari tangan Rachel yang melukai dirinya sendiri

"Bagaimana bisa dia bertingkah seperti ini?" Gumam Agatha

"Kumohon pergi hikss..." Rachel

"Tenang Rachel, tenang" Agatha

"Hiks...." Rachel masih menangis sambil mundur hingga tubuhnya menabrak dinding kamarnya

Gadis itu menangis tersedu-sedu dengan luka yang semakin hari semakin bertambah ditubuhnya. Dia tidak ingin ditemani siapapun dan dia bahkan tidak ingin keluar disiang hari

Entah mengapa Agatha sangat menginginkannya, sedetikpun dia tidak ingin berpisah lagi dengan kekasihnya. Dia ingin segera memilikinya tanpa ada yang bisa menghalanginya, tetapi bagi seseorang mungkin ini bukan cinta, tapi obsesi

Agatha tidak perduli jika gadis itu akan berteriak sekeras mungkin jika dia mendekatinya. Saat ini dia hanya ingin berada disisi gadisnya, dan menjadi satu-satunya orang yang melindunginya disaat dia membutuhkan. Sekeras apapun dia menangis, Agatha tidak akan menahan keegoisannya lagi

Bukankah mengulang kesalahan yang sama adalah hal yang paling bodoh? Sama halnya ketika kau sudah pernah kehilangan tapi selanjutnya kau masih diberikan kesempatan untuk bertemu kembali, lalu kau malah mengulangi kesalahan seperti itu sampai kau kehilangannya untuk yang kedua kali, bukankah itu terlalu bodoh?

"Pergi hiks...." Rachel

Agatha langsung memeluknya, mencium kening gadisnya yang ketakutan, memberikannya sandaran agar dia bisa bertahan. Dia tidak ingin Rachel kesepian, Agatha ingin menunjukkan kepada Rachel bahwa dia tidak sendirian, dia bisa mengatasinya bersama Agatha

"Diam sayang jangan takut, aku disini bersamamu" ujar Agatha

Tangan Rachel dengan refleks membalas pelukan Agatha. Sejak saat itu, Agatha memang satu-satunya orang yang Rachel andalkan, dan hal itu masih berlaku sampai sekarang

"Tidak apa-apa jika kau tidak mengingatku, tapi tolong jangan tinggalkan aku, itu saja" lanjut Agatha sambil mengelus kepala gadisnya

"Hiks... A-aku ta-kut" ucap Rachel dengan terbata-bata

"Hey disini ada aku, kamu itu calon istri aku, aku akan melindungi calon istri aku" Agatha semakin mempererat pelukannya

"Sekarang makan dulu ya" Agatha ingin menuntun Rachel untuk duduk, tapi Rachel tidak mau melepaskan pelukannya

"Gak mau makan" Rachel

Setelah dibuat khawatir, kini Agatha dibuat tertawa dengan sisi lain Rachel yang benar-benar sangat manja. Tapi tetap saja Agatha tidak boleh terpengaruh dengan perkataan Rachel, sudah satu Minggu dia mogok makan dan terus menerus menyakiti dirinya sendiri

"Ayo makan, jangan bertingkah" Agatha

Rachel menggelengkan kepalanya lalu melepaskan pelukannya

Jika Agatha sudah tersenyum bukan berarti dia tidak bisa marah, seharusnya dia menjadi aktor yang bisa menggantikan ekspresi wajahnya kapan saja. Dia berbakat dalam banyak hal, tidak heran jika banyak wanita yang mengejarnya

Agatha mendorong Rachel untuk duduk, sama halnya seperti Rachel mendorong Agatha tadi,  bedanya Agatha lebih kasar dari yang Rachel lakukan

"Jangan membatah, istri yang baik akan mengikuti perkataan suaminya" Agatha baru saja memeluk gadisnya kembali, namun pintu kamarnya malah terbuka

"HYAAA, AGATHAAAAA" Teriak seseorang dari luar sana

"Raquelle" Agatha sangat terkejut, bahkan dia langsung berdiri untuk mengakhiri kesalahpahaman diantara mereka

"Lo apain si Rachel hah?" Ujar gadis tersebut

"Raquelle dengerin kakak, kakak gak ngapa-ngapain, tadi itu cuma salah pa--"

"Heh jelas-jelas gue liat tingkah lo yang kebangetan itu ya" gadis itu tidak mau menerima alasan apapun dari Agatha

"Oops, kak aga ngapain tadi?" Ujar Melissa, Gadis yang berdiri di samping Raquelle juga masih belum percaya dengan apa yang dilihatnya

Raquelle Calissa Arion adalah adik perempuan Agatha yang dulu satu jurusan dengan Rachel saat kuliah. Bisa dikatakan jika Agatha bertemu dengan Rachel ketika gadis itu sering kerumahnya untuk mengerjakan tugas dengan adiknya. Dia bahkan jatuh cinta pada pandangan pertama hingga tergila-gila kepada teman adiknya itu

Sayangnya, orang tua agatha tidak mengindahkan hubungan mereka untuk terus berlanjut dengan alasan jika Rachel tidak cukup pantas untuk mendampingi Agatha. Mereka selalu berkata jika Rachel berasal dari keluarga yang tidak jelas sehingga akan mempengaruhi nama Carls company

Hal ini sering terjadi jika kau adalah orang terkenal. Mereka akan mencari tau asal usulmu, seluk beluk kehidupanmu, bahkan sampai kisah cintamu

"Ooh tunggu, kenapa sama mata Rachel? Gue rasa matanya agak melebar, bukannya mata lo agak sipit ya?" Raquelle mendekati Rachel

"Eeh kok bentuk bibirnya agak beda sih? Bentar deh, kok aneh sih" Melissa

"Lo operasi plastik ya? Ehh tapi masih mirip sama lo sih, cuma beda tipis aja kalau menurut gue" Raquelle

"Iya kan Mel?" Raquelle menoleh kearah Melissa

Melissa delancy adalah sahabat terdekat Raquelle dan Rachel sebelumnya. Kemana-mana mereka sering bersama sebelum akhirnya Rachel pergi kekota X untuk melanjutkan kuliahnya disana

"Pulang dek, aku mau ajak dia konsultasi sama doktor dulu, dia belum sembuh total" Agatha

Khawatir, itulah yang Agatha rasakan sampai dia memotong pembicaraan adiknya. Setiap kali orang disekitarnya berkomentar sama seperti yang adiknya katakan, hati Agatha menjadi cemas, bingung, dan ketakutan. Dia memilih untuk diam dan tidak ingin memikirkannya, dia hanya ingin bahagia bersama orang yang dia cintai

"Gila sih diperduliin banget, kalau gue yang sakit malah dikatain matinya kapan?" Raquelle menunjukkan wajah kesalnya kepada Agatha

Masih kepada pendiriannya yang selalu tampil dingin, Agatha hanya diam sambil membantu Rachel agar menyiapkan diri untuk segera pergi kerumah sakit

Tak butuh waktu lama, Agatha langsung membawa Rachel kerumah sakit dimana dia bertemu dengan Rachel saat itu. Mungkin rumah sakit itu akan menjadi legenda dalam kisah cinta mereka nanti

"Tuan Agatha silahkan duduk" doktor Aaric

"Saya sudah mendengar keluhan kekasih anda melalui Aksa, bawahan Anda" lanjut sang dokter

"Jadi gimana dok?" Tanya Agatha

"Sepertinya dia mengalami agoraphobia, thalasophobia dan acrophobia, namun yang paling membahayakan adalah self-injury" doktor Aaric