Chapter 4 - Chapter 4

Enam bulan sudah berlalu semenjak aku meninggalkan kediaman Xephorion. Kini aku hidup sebagai petualang freelance dengan nama samaran Aria. Sebisa mungkin aku tidak menggunakan sihir es ku. Itu karena, keluargaku seketika mencariku begitu menerima surat itu. Menyebarkan poster wajahku keseluruh kerajaan. Ini sudah seperti buronan.

Sudah pasti ayahku menghampiri Lyon untuk meminta penjelasan kenapa putri satu-satunya melarikan diri dan mendapatkan diriku dalam posisi cerai. Aku sudah bisa membayangkan bagaimana ayah menghampiri kediaman Xephorion untuk meminta penjelasan *Huft*. Balik lagi itu bukan urusanku. Lyon seharusnya bersyurkur karena aku membukakan kesempatan yang sama untuk bisa bersaing mendapatkan Helena.

"HAHAHAHA!!! Aku sangat bahagia. Memang keputusan yang tepat aku kabur dari sana."

Menjalani hidup sebagai petualang freelance memberikan kesempatan untuk menggali lebih dalam kemampuan sihirku. Hebatnya cheat-code ku ini tidak berhenti di sana, aku bisa mengkombinasikan, menciptakan, mengembangkan sihirku.

Aku cukup terkejut dengan diriku yang dulu. Dedikasi seseorang yang jatuh cinta benar-benar luar biasa. Pertama kali aku bertemu Lyon adalah ketika berusia lima tahun pada musim panas. Lyon mengunjungi Reinald untuk berlatih pedang bersama. Demi bisa menjadi pasangan yang pantas bersanding dengannya, aku berlatih ilmu pedang dan mendapatkan kemampuan tingkat tinggi setara seorang ksatria. Jika aku bukan perempuan, mungkin aku sudah akan menjadi ksatria.

"Ini bener-bener luar biasa! Balik lagi sudah tiga bulan. Harusnya mereka sudah memulai ekspedisi membasmi Raja Demon, bukan ?"

Sesuai dengan plot gim otome ini, Helena akan menjalani ekspedisi bersama para karakter target membasmi Raja Demon selama dua tahun. Mengetahui hal ini, tentu aku akan bersembunyi sampai waktu itu lewat.

"Ah sudah mau gelap, sebaiknya aku kembali."

Misi kali ini sudah selesai. Aku diminta untuk membasmi Beast Kirlo yang ada di hutan Lafors. Kali ini aku harus kembali ke guild menukarkan tanduk Kirlo dengan emas. Tanduk Kirlo memiliki kekuatan sihir yang cukup besar. Biasa digunakan sebagai bahan utama pembuat ramuan penyembuh di guild.

"Aria, kau sudah kembali. Bagaimana pemburuanmu?"

"Wah kau berhasil mendapatkan tanduk Kirlo."

Teman-teman guild sangat ramah. Walau awalnya harus membuat perjuangan dan itu terbayar dengan keramahan mereka.

"Halo Madam Terra, ini tanduk Kirlo."

"Aria, kau memang tidak pernah mengecewakan ya."

"Ini masih bukan apa-apa. Aku masih harus banyak belajar."

"Ini 2500 emas untuk tanduk Kirlo."

"Terima kasih banyak Madam Terra."

Perutku tak berapa lama membunyikan sinyalnya. Sigap aku langsung menuju bar guild untuk memesan makanan. Seluruh struktur bangunan guild ini menggunakan kayu. tak hanya itu guild ini juga dilindungi oleh sihir yang dimiliki oleh kepala guild. Menjadikan tempat perlindungan para petualang tetap atau pun yang bersinggah.

"Arlo, satu porsi ayam pisket dan rootbeer besar."

"Siap!"

Menunggu pesanan, aku melepas rasa lelahku dengan duduk di meja bar.

"Hey, kau dengar? Sepertinya kelompok Saint sudah meninggalkan daerah Parlor."

"Eh ?! Benarkah ?"

Kedua healer wanita di samping meja bar seperti biasa menggosipi kelompok petualang Saint. Bagaimana seorang Saint dilindungi oleh sekelompok pria ganteng dan bagaimana rasa iri para wanita di guild terhadap sang Saint.

"Iya. Dan hebatnya lagi Saint Helena begitu cantik. Rambutnya sehitam malam benar-benar memberikan ciri khas ia adalah Saint zaman kita. Sihir cahaya bener-benar luar biasa. Kudengar Saint menyucikan miasma dan menyembuhkan bagian tubuh yang hilang."

"Luar biasa sekali. Jangan lupa, dengan anggota kelompoknya."

"Iya betul-betul. Mereka begitu ganteng. Seandainya aku Saint."

"Jangan berkhayal. Hahaha!!!"

"Ngomong-ngomong, apakah kau sudah dengar kalau Duchess Xephorion menghilang?"

"Ah, Duchess Xephorion yang menghilang semenjak setengah tahun yang lalu?"

"Kabarnya ia menyerang Saint dan kini Duke Xephorion semakin membencinya. Dan lagi, ia memperkenalkan dirinya ke setiap perkempulan sosial masih menggunakan nama Van Listeria."

Betul sekali. Walau aku terdaftar secara resmi namaku setelah menikah sebagai Armelia Cest Xephorion, Lyon tidak pernah mengizinkanku menggunakan nama itu. Pertama kali aku menggunakan nama itu di perkumpulan sosial setelah pernikahan kami, ia menatapku tajam dan memerintahku untuk tidak pernah menggunakan nama itu lagi.

"Jika kau ingin tinggal disini, jangan pernah gunakan nama Xephorion. Karena kau tidak akan pernah menjadi bagian dari Xephorion."

Aku masih mengingat ucapannya. Benar-benar kenangan yang buruk, aku justru mengasihani diriku yang dulu. Tapi itu semua sudah berada di masa lalu. Kini aku bahagia, Cheers!

"Wah... Menyedihkan sekali. Dan kini ia menghilang. Pasti Duke Xephorion bahagia dengan Saint. kabarnya ia tersenyum lembut setiap kali bersama Saint."

"Aku juga dengar begitu. Tapi..."

"Tapi?"

"Ketika aku mengunjungi kota Parlor untuk menjalankan misi, katanya kelompok Saint itu mencari sesuatu."

"Oh apa itu ?"

"Mereka mencari Duchess Armelia Van Listeria."

"Oh, maksudmu Duchess Armelia Cest Xephorion kali?"

"PHUUURRRRRRRRRRR!!!!"

Rootbeer yang kuteguk, seketika menyembur keluar membasahi Arlo yang sedang menyajikan pesananku.

"Ma---maaf Arlo!...Hey ada apa dengan cerita bahwa kelompok Saint tengah mencari si-siapa ?"

"Duchess Armelia Cest Xephorion, istri Duke Xephorion."

"Oh... dan kalian mendengarnya berita ini kapan?" tanyaku.

"Seminggu lalu di kota Parlor."

Dengan cepat aku meninggalkan guild menuju ke rumahku yang ada di di ujung desa.

"Kenapa gim otome ini sedikit melenceng. Seharusnya kelompok Saint fokus untuk membasmi Raja Demon. Kenapa mereka ikut mencari aku?"

Memasuki rumah kecil disana, aku memutari kamarku tanpa henti mencoba mencari jalan keluar, kenapa kelompok Saint memiliki dua misi.

"Jangan-jangan?!"

Aku mencurigai karena aku merupakan variabel yang melenceng dari plot gim otome. Seharusnya aku mati dari enam bulan yang lalu, tapi aku kabur. Walau begitu, tetap saja tidak memberikan efek apa-apa terhadap plot gim, karena pada kesimpulannya sama - aku tidak ada dalam timeline plot itu. Tapi, mengapa konsentrasi sepenuhnya tidak tertuju pada Raja Demon? Kini mereka mencariku karena kakak-ku juga merupakan bagian dari kelompok saint. Mungkin Ayah yang memerintahnya?

"Bagaimana ini? Jika terus seperti ini, aku tidak bisa sembunyi."

"Kau ingin sembunyi?"

"Siapa itu?"

Siaga tinggi seketika kulakukan, sejata seketika tercipta ditangan. Bagaimana dua pedang yang terhubung di bagian pegangannya. Memperlihatkan kedua sisi pedang yang tajam disana. Dengan cepat aku mem-pindai ruangan dengan sihir untuk mengetahui lokasi makluk itu. Cepat, aku merasakan energi kecil yang samar-samar. Tangan yang memegang pedang itu langsung kuarahkan kesana.

"Tu-tunggu!!!"

"Tunjukan sosokmu, sebelum es ini menyentuhmu."

"Ba-baik."

"Peri?"

"Bukan, aku adalah spirit."

Sosok kecil bertengger di atas meja kursi meja makan. Iya begitu mungil dan lucu. Rambatnya yang berwarna hijau terikat satu diujungnya.

"Aku.. aku ingin menyewamu."

"?"

"Aku sudah mengamatimu selama sebulan terakhir. Dan aku tahu kamu begitu kuat."

Jujur ini adalah pertama kali melihat spirit. Mungkin karena aku tidak peka atau tidak terlalu disukai oleh mereka hingga saat ini tidak pernah membuat kontrak dengan mereka.

"Jika tidak keberatan, bisakah kau singkirkan senjatamu?"

"Ah, maaf."

Es ditanganku seketika menghilang menjadi serbuk yang mengkilap terbang di udara.

"Aku ingin kau melindungiku menuju pintu dunia spirit yang ada di seberang hutan Lafors."

"Kenapa kau susah-susah menyebrangi hutan Lafros, jika kau bisa membuka gerbangmu sendiri?"

"Itu karena Raja Spirit sudah menyegel seluruh portal menuju dunia spirit."

Mendengar cerita spirit kecil itu, beberapa spirit sudah kembali, kini hanya menyisakan spirit yang sudah terkontrak atau mereka yang memutuskan untuk menetap di dunia manusia. Sepertinya demi mencegah miasma Raja Demon masuk ke dalam dunia spirit, Raja mereka menyegel seluruh portal. Dengan kata lain total lockdown. Spirit ini disatu sisi, ditugaskan untuk menyegel pintu terakhir yang tidak bisa ditutup dari dunia spirit di seberang desa Lafors. Tapi, ia terlalu lemah karena miasma yang sudah mempengaruhinya.

"Apa pun yang kau mau, akan kuberikan. Jadi tolong lindungi aku hingga menuju ke sana."

Seketika ide cemerlang muncul di kepala ini. Seperti Eureka.

"Baiklah, tapi dengan satu syarat."

"Apa itu ?"

"Aku ingin kau membawaku ke dunia spirit dan membiarkanku menetap di sana sampai lama waktu yang kuinginkan."

"APA?! Itu tidak mungkin. Bagaimana mungkin manusia datang dan tinggal di dunia spirit?!"

"Itu terserah kamu. Cukup kau biarkan saja portal dunia spirit terbuka dan miasma masuk."

"Ehh!!! Tunggu-tunggu! Biarkan aku berpikir."

Spirit kecil itu membalikkan badan dan mulai berbicara sendiri. Terbang dari kiri ke kanan, begitu sebaliknya. Setelah beberapa menit, gerakannya terhenti. Ia membalikkan badannya dengan tatapan mata yang penuh tekad.

"Baiklah."

"Kau setuju ?"

"Iya."

"Kalau begitu, ini kontraknya."

Menjentikkan tangan, dokumen kertas dari sihir kuciptakan. Berbeda dengan kontrak yang digunakan orang pada umumnya, kontrak ini agak sedikit spesial karena beberapa eksperimen yang kulakukan.

"Kau cukup memberikan darahmu diatas kontrak ini, sebagai bukti kesepakatan."

"Ba-baiklah."

Tetesan darah terjatuh diatas kontrak itu menciptakan cahaya putih muncul dari sana, memperlihatkan sebuah nama, Allois Ip Wool .

"Namaku?! Bagaimana bisa?!"

"Tenang, aku tidak akan memanggil namamu."

Nama seorang spirit sama seperti harga diri dan harta berharga mereka. Memanggil nama mereka, kita bisa mengontrol mereka bahkan bisa membuat kontrak. Jadi hanya pada orang yang dia sukai, baru para spirit memberi tahu nama mereka.

Tidak membuang waktu, aku meneteskan darah dari jariku diatas kontrak. Sekali lagi cahaya putih muncul di sana menunjukkan namaku.

"!!! Jadi kau Armelia Cest Xephorion, Eh bukan Armelia Van Listeria.... orang yang sedang dicari kelompok Saint?!"

"Hey, Chibi! Jika kau sekali lagi menyebut namaku, aku tanpa segan akan memanggil namamu."

"Tidak-tidak! Jadi bagaimana aku harus memanggilmu?"

"Aria."

"Baiklah. Kalau begitu aku..."

"Kau Chibi."

"Eh ?! Baiklah." menerima pasrah.

Kini jalur kaburku sudah aman, hanya perlu mengantar Chibi ke rumah dan bersembuyi di sana. Kali ini, mari menghilang dari dunia. Yosh!