(flash back) VOC Lita
Bagaikan padang pasir di siang hari begitu terasa hangat namun dingin dimalam hari, begitulah yang kurasa saat ini. Entahlah perasaan apa sebenarnya ini, dia terlihat begitu dingin bahkan sikapnya terlalu kaku dan arogan, namun terasa begitu hangat tapi juga terlalu kosong.
Saat ini sosoknya mendominasi ruang gudang, suaranya menggema menggetarkan hati, tatapannya meluluhkan pandanganku.
Aku selalu bertanya-tanya, kenapa dia harus bersikap sedingin ini di depan semuanya, bersembunyi dalam topeng yang terlihat palsu.
Masih terasa bibirnya yang lembut menyentuh bibirku, tubuhnya yang kokoh memeluk erat tubuhku. Mungkin terlihat seperti memaksa, namun terasa begitu nyaman saat dia mulai melemahkan kunciannya saat itu, dan saat dia melembutkan pagutannya dibibirku.
Entahlah apa yang sedang dia lakukan malam ini disini, kadang suaranya begitu dingin terdengar, namun saat aku melihat lebih dalam ke dalam matanya, aku bisa melihat ada pernyataan rindu disana.
Aku bingung harus mulai pembicaraan seperti apa, aku sendiri begitu terkejut dengan kehadirannya saat ini, hatiku masih belum siap bertatap muka dengan nya lagi selepas kejadian tempo hari itu.
Sudah bermenit-menit aku dan dia menghabiskan waktu didalam gudang ini, namun tak ada satupun kata darinya saat dia naik keatas tangga.
Aku hanya bisa memandanginya dari bawah, dia terlihat begitu menawan, matanya menatapku seolah ingin menerkamku, ah lagi-lagi aku memikirkan hal yang aneh-aneh. Aku hanya ingin menghapusnya dari ingatanku namun bisa-bisanya dia hadir selalu tiba-tiba seperti ini.
Drap bruk!
Entahlah karena aku yang terlalu fokus memindahkan dus-dus sepatu, atau karena aku terlalu banyak fikiran sampai aku tak sadar kini sosoknya berdiri tegak tepat dihadapanku.
Tubuhku bergetar, aku tak bisa menghindar, tatapan matanya membuatku terkunci dan mematung. Tangannya cekatan menangkup wajahku dan bibirnya mulai menciumku, sentuhannya lembut bahkan tanpa sadar aku membalasnya sedikit, perlahan dia mendorongku, entah mengapa kakiku otomatis bergerak mundur mengikuti gerakannya.
Aku mulai takut, aku benar-benar takut tenggelam dalam perasaan ini, aku takut menyakitinya dan menyakiti suamiku, aku sangat sadar betapa salahnya hal ini.
"Sshh, tolong pak... jangan seperti ini" Tak sadar air mataku keluar dengan sendirinya, aku terlalu malu dan benci pada diriku sendiri, bisa-bisanya aku berbuat hal hina ini, aku teringat suamiku yang begitu menyayangiku, namun aku juga masih ingin berada dalam pelukannya.
Aku tahu tatapannya, dia merasa bersalah dan syok melihatku yang menangis, aku bisa melihat sorot matanya berusaha meminta maaf, walau bibirnya terkunci diam dihadapanku.
klak! suara pintu terbuka
Aku benar-benar berterimakasih rekan kerjaku tiba-tiba masuk menemuiku, aku terselamatkan lagi dari hal yang mungkin saja bisa terjadi lebih dari ini.
"bukan customer, tapi suaminya ka Lita, pak" ucap jeng Vera.
Namun kabar yang kudengar darinya membuat jantungku malah makin berdegup kencang, rohku seakan tercabut dari tubuhku, saat aku berciuman dengan lelaki lain, ternyata suamiku ada diluar menungguku.
Tanganku dingin dan berkeringat, aku gugup. Bahkan matanya yang sebelumnya kulihat ramah berubah menjadi emosi "kamu gak bilang kalau Lita lagi kerja!" suaranya kembali meninggi dan dingin ketika dia mendengar suamiku sedang menungguku diluar.
Aku berusaha mengalihkan keadaan, ku ajak segera rekan kerja ku keluar bersamaku meninggalkannya sendiri didalam, tanganku bergetar keringat dingin membasahi kening dan ujung hidungku. Aku gugup, namun saat ini aku hanya ingin melihat wajah suamiku, untuk menghilangkan bayangan kesalahanku tadi.
Kucoba menenangkan hatiku setelah melihat senyum sumringah suamiku di depan sana, aku berusaha menghilangkan gugupku, ku balas senyumannya "sudah lama? maaf ya sayang bikin kamu nunggu" kini aku sudah berdiri dihadapannya sambil kusentuh telapak tangannya, berharap hal ini dapat menenangkan hatiku.
"gapapa sayang, kamu pasti capek banget didalam ya mindahin barang barang, sampe keringetan gini, jangan cape cape ya" ucapnya lembut menghawatirkan aku, tangannya yang lembut mengusap peluhku diujung keningku, dan mengusap lembut pipiku, ah aku merasa sedikit lebih tenang karena kehadiran suamiku.
Ku anggukkan pelan kepalaku dan ku sentuh lembut tangannya yang masih berada di pipiku "iya sayang, aku bikin DSR didalam dulu ya, kamu gapapakan nunggu diluar dulu?"
Belum sempat ku dengar jawaban dari suamiku, suara lantang dan dingin yang familiar terdengar jelas dari belakangku, berani beraninya dia memperlihatkan dirinya didepan suamiku! dengan wajah yang penuh emosi dan angkuh pula!
Ku tatap wajah suamiku penuh kebingungan, ah untung dia adiknya ka Angel, aku bisa memperkenalkannya secara santai.
Apa apaan lelaki angkuh itu, dia mengabaikan tangan suamiku, sangat keterlaluan! ku harap suamiku tidak salah faham dengan perlakuannya. Aku harus segera masuk, kalau tidak pasti singa itu akan makin murka kan, huft. Aku benar-benar merasa bersalah pada suamiku.
(flashback off)
***
"Kevin, sepatu promo udah selesai saya pindahin ke rak depan, nanti malam kamu dan Mira tinggal lanjut pindahin tas yang promo aja, nanti hari sabtu kita cicil display barang promo, dan minggu malam kita tinggal pasang POP promonya, hari ini promo toko kita masih sama dengan yang kemarin ya, cashback dua puluh persen untuk pengguna VIP card, free cardholder minimum belanja tiga juta" panjang lebar Lita briefing didepan para staffnya.
"oke, kalau gitu saya dan staff pagi break dulu" lanjut lita setelah menutup percakapan panjang tentang tokonya.
Hari ini Lita masuk shift pagi dengan wajah yang masih kurang tidur, akibat semalaman terus memikirkan kesalahannya.
Satu minggu pun telah berlalu, bahkan Alex yang pernah bilang pada kakaknya ingin stay di toko jakpus setiap hari pun tak kunjung muncul seperti ucapannya.
Promo toko besar pun berlalu, ya sudah dua bulan berlalu, Alex hanya berkunjung satu kali dalam seminggu, itu pun hanya disaat Lita sedang Libur Alex berkunjung toko, alhasil mereka berdua pun hampir tidak pernah bertemu sama sekali.
Alex sengaja, karena dia merasa bersalah bila bertemu Lita lagi, dia merasa takut membuat Lita menangis lagi karena tindakannya yang mungkin tidak akan bisa di kontrol setiap melihat wajah wanita cantik pujaannya itu.