Banyak pria menggunakan atribut tentara, Arala membeku didepan pintu masuk rumahnya, pertama kalinya ia melihat pemandangan jarak dekat seperti ini.
Arala tersadar dari lamunannya, ketika sang ayah menepuk pundaknya, Arala sedikit kaget, tapi dirinya cukup pintar untuk mengontrol ekspresi wajahnya.
"Ayah suruh menyambut tamu, tapi kamu malah melamun." ucap Pak Deni
Arala hanya nyengir kuda, "Maafkan Arala yah, habis mereka semua tampan, jadi Arala sedikit syok,"
Pak Deni hanya menggelangkan kepalanya, pria paruh baya ini mengerti perasaan anak gadisnya, wajar bagi siapapun mengagumi seseorang.
Pak Deni mengelus pelan surai milik Arala, kemudian pria itu tersenyum, "kalau begitu ayah ke bawah dulu, mau menyapa para tamu kita."
Pak Deni kemudian turun ke bawah dan menyapa serta berjabat tangan dengan orang-orang yang dijuluki tamu mereka itu.
Pandangan Arala kemudian teralihkan, seorang pria keluar dari mobil sedan berwarna hitam, dengan menggunakan atribut tentara lengkap, serta kacamata hitam yang ia kenakan, mampu membuat semua orang terpesona, termasuk Arala!
Arala menganga, ini adalah kali pertama ia tidak bisa mengontrol ekspresinya, Arala tidak dapat berbohong, pria itu tampan dan berkharisma!
Pria itu kemudian melepaskan kacamata hitam yang ia kenakan, dan membuat Arala semakin terkejut, mata pria itu indah sekali, Arala mengagumi semua yang ada pada diri pria ini.
pria itu kemudian berjabat tangan dengan Ayah Arala, membuat Arala senyum sendiri, dirinya bahkan tidak mengerti kenapa bisa seperti ini.
Pak Deni kemudian mengajak para tamu tersebut untuk naik, Arala dengan cepat memperbaiki posisinya, gadis itu berharap pria yang ia suka itu menoleh ke arahnya.
Tapi sampai masuk ke dalam rumah pun, pria itu sama sekali tidak menoleh atau pun tersenyum kepadanya, pria itu malah sibuk berbincang dengan rekan kerjanya.
Hal semacam ini sedikit membuat Arala kesal, bagaimana mungkin tentara lain memberikannya senyuman, tapi pria ini malah mengabaikannya?
tapi hal itu justru membuat Arala semakin menganggumi pria itu, Arala bahkan tidak berpikir mungkin saja orang itu sudah memiliki istri.
Arala memutuskan kembali ke dapur, berniat membantu menyiapkan makanan, dan mengantarkannya ke dalam rumah, untuk disuguhi para tamu yang datang.
Ibu Arala tentu merasa sedikit aneh dengan sikap putrinya, tidak biasanya Arala menjadi semangat sekali seperti ini, biasanya untuk urusan mengantar makanan atau minuman seperti ini dilakukan oleh Aurora, adik perempuan Arala.
Tapi lihatlah sekarang, Aurora bahkan tidka mendapatkan bagian sama sekali.
"Ibu tahu, ini semua pasti karena tamu yang datang tidak seperti biasanya." Ucap bi Aileen tiba-tiba.
Arala sedikit gugup, malu rasanya jika ibunya mengetahui kalau itu benar.
"Tidak Bu, tidak begitu Arala hanya kasihan saja pada Aurora, Aurora pasti lelah habis membantu ayah," ucap Arala memberi alasan.
Aileen hanya tersenyum, dirinya jelas tahu kalau putrinya itu berbohong, terlihat jelas dari raut wajahnya.
"Ya, ya. Terserah kamu saja, jadi sekarang kamu ingin tetap berdiri disitu, dan membiarkan tamu kelaparan?" Tanya Aileen sambil tersenyum.