Chereads / BOUND BY PROMISE / Chapter 24 - MENEMUI KEKASIH RAIN

Chapter 24 - MENEMUI KEKASIH RAIN

Dua mobil yang baru saja berhenti di depan gerbang pun terdengar membuat seorang pria yang memakai seragam satpam itu langsung keluar dari pos untuk melihat siapa yang berada di luar.

Keningnya berkerut ketika melihat dua mobil yang begitu asing dipandangannya sehingga pria itu pun langsung bergegas menuju keluar untuk menghampirinya.

Sementara itu Rai yang melihatnya pun langsung keluar dari dalam mobil, begitu pula dengan kedua temannya yaitu Denis dan Samuel yang juga menghampiri pria yang diyakini sebagai penjaga Rumah yang berada di hadapannya saat ini.

"Selamat siang. Maaf, sepertinya kalian baru pertama kali datang kemari, ya?" tanya Satpam tersebut dengan kening senyum tipisnya itu memandang ketiga anak muda yang berada di hadapannya saat ini.

"Iya, Pak. Saya Rai, teman sekolahnya Vano."

Awalnya Denis dan Samuel pikir bahwa sahabatnya itu tidak akan seperti ini, karena yang dilihatnya saat ini adalah Rai yang sepertinya sedang menahan emosi terhadap kekasih dari Rain.

Namun yang didapatnya sekarang, Rai masih bisa bersikap sopan terhadap seorang Satpam tersebut sehingga kedua laki-laki tersebut merasa kagum terhadapnya.

Satpam itu yang mendengarnya pun langsung tersenyum lebar setelah mengetahui bahwa ketiga anak muda yang berada di hadapannya saat ini ternyata adalah teman sekolah dari anak majikannya.

"Oh, ternyata kalian teman-temannya nak Vano, ya. Berarti kalian ke sini mau ketemu sama nak Vano, 'kan?"

Denis, Samuel dan Rai pun mulai saling menatap satu sama lain sebelum akhirnya salah satu di antara mereka berkata, "Iya Pak, Vano-nya ada? Saya mau ketemu sama dia."

"Nak Vano-nya ada, kok," jawab Satpam tersebut. "Kalau begitu saya bukakan dulu gerbangnya, ya."

Rai yang mendengarnya pun langsung menganggukkan kepala dengan senyum manisnya tersebut. "Terima kasih banyak, Pak."

"Iya, sama-sama. Lagi pula ini juga sudah menjadi tugas saya, nak Rai."

Kini ketiga laki-laki tersebut sudah kembali memasuki mobil masing-masing, lalu mulai masuk ke pekarangan Rumah besar itu setelah gerbangnya sudah dibuka oleh Satpam itu. Hingga akhirnya mereka pun berhenti tepat di depan sebuah pintu utama tempat tinggal yang mewah ini.

Rai langsung keluar dari dalam mobil dengan wajah yang sudah sangat datar, tidak ada ekspresi sama sekali. Berbeda dengan Denis dan Samuel yang malah sibuk memandang sekitar Rumah ini yang sedang mereka kunjungi.

"El, lo pernah ke sini belum sebelumnya?" tanya Denis yang masih betah memandang sekitar. "Gue pertama kalinya ke sini, dan nggak nyangka kalau Vano anak orang kaya."

"Terus kenapa?" tanya Samuel dengan malasnya. "Pertanyaan lo nggak bermutu, gue temennya aja bukan, terus gimana bisa lo nanya kaya begitu bego!"

"Y-ya 'kan gue ..." Denis langsung mengatupkan bibirnya rapat-rapat setelah melihat tatapan sahabatnya itu yang begitu menyeramkan, kemudian menundukkan kepala sebelum akhirnya menghela nafas seketika. "Gue kira gitu lo suka nganterin si Rai ke sini."

"Nggak, Rai juga pertama kalinya ke sini, dan itu juga terpaksa karena Rain hilang, 'kan. Sahabatnya hilang, ya orang yang harus pertama kali ditemuin itu pacarnya, karena bisa aja Rain ngasih tahu Vano."

"Tapi El," jeda Denis dengan kedua matanya yang kali ini memandang lurus kepada sahabatnya tersebut. "Gimana kalau misalnya sebaliknya?"

"Maksud lo?" tanya Samuel dengan kening yang berkerut. "Gue nggak ngerti."

Rai yang sedang merasa pusing pun langsung menoleh ke arah kedua sahabatnya yang malah asyik berbicara tidak jelas. "Lo berdua mau tunggu di sini atau ikut masuk ke dalam?"

Seketika Samuel dan Denis pun menjawab secara bersamaan. "Gue ikut!" ujar keduanya dengan kedua matanya yang memandang seorang laki-laki yang berada di hadapannya saat ini.

"Ya udah, ayo sekarang masuk, jangan ngobrol mulu lo berdua!"

Samuel yang mendengarnya pun langsung mendengus geli. "Tuh, dia nih, lagian pertanyaannya ada-ada aja, bikin orang emosi aja."

"Dih, apa-apaan sih, lo?! Kenapa jadi ke gue? Gue mulu yang disalahin, kan gue cuma nanya bambang!"

Mendengar Denis menyebut nama orang membuat Samuel langsung menoleh dan memelototkan matanya tajam.

"Siapa lagi Bambang?! Gue nggak kenal sama sekali."

"Tetangga gue, puas lo?!" sahut Denis dengan kesal, sedangkan Samuel yang melihatnya saat ini hanya diam dengan wajah datarnya itu.

Rai kembali menggelengkan kepala, kemudian satu tangannya memijit pangkal hidung sebelum akhirnya berkata, "Kalian berdua ini sebenernya mau gimana, sih? Malah berantem aja terus kerjaannya, hati-hati lo berdua jangan sampai bikin keributan di dalam nanti, nggak mau tahu pokoknya gue, titik!"

Di sinilah ketiga anak muda tersebut berada, di depan sebuah pintu utama Rumah besar itu dengan Rai yang sedang memencet bel. Tidak lama kemudian terdengar suara langkah kaki yang membuat Denis dan Samuel langsung menatap lurus ke pintu yang berada di hadapannya itu.

Ceklek

Pintu pun bergerak terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya yang bisa Rai yakini sebagai pekerja di Rumah ini.

"Vano-nya ada?" tanya Rai dengan senyum tipisnya itu.

"Oh, kalian teman-temannya nak Vano, ya?"

Dengan sangat terpaksa Rai pun menganggukkan kepalanya dengan senyum tipisnya tersebut.

"Iya, Bu. Vano-nya ada 'kan di dalam?"

"Ada, kok. Ayo silakan masuk, kalian tunggu dulu saja di sini, nak Vano biar Bibi yang panggilkan."

Mendengar hal tersebut membuat Rai langsung menyunggingan kedua sudut bibirnya tersenyum tipis,kemudian menghela nafas sebelum akhirnya salah satu di antara mereka pun berkata, "Terima kasih banyak, Bi."

"Iya, sama-sama. Bibi ke belakang dulu, ya, mau panggilkan nak Vano dulu."

"Baik Bi," sahut Rai yang kini langsung mendudukkan diri di sofa ruang tamu dengan diikuti oleh kedua temannya itu.

Selama menunggu pun Rai masih mencoba mencari tahu dimana keberadaan Rain lewat ponselnya tersebut. Laki-laki itu terus menghubungi sahabatnya itu berulang kali dengan kekhawatirannya yang sama begitu luar biasa.

Rai berdecak, "Kamu kemana, sih, Rain?" gumamnya dengan kening yang berkerut.

Sementara Samuel dan Denis yang melihatnya saja benar-benar merasa tidak tega setelah mendengar apa yang baru saja dikatakan oleh seseorang yang berada di hadapannya saat ini sehingga membuat laki-laki tersebut menghela nafas seketika.

"Rai, lo harus sabar, gue yakin kalau Rain baik-baik aja, kok."

Rai merasakan sebuah tepukan di pundak kanannya tersebut yang diyakininya adalah Samuel. Laki-laki itu menghela nafas sebelum akhirnya mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

Suara tersebut semakin mendekat dan ketiga orang itu mulai mendongakkan kepalanya untuk melihat siapa seseorang yang hendak berjalan ke arahnya. Hingga akhirnya kedua mata dari orang yang berada di depan sana pun terbelalak melihatnya.

"LO?!" tanya laki-laki itu dengan kedua mata yang menatap tajam kepada Rai, Samuel dan Denis tersebut. "NGAPAIN LO ADA DI SINI?!"