Quotes by Fatih
"Ingat! Skenario terhebat adalah skenario yang ditulis langsung oleh sang pencipta dan setiap insan mendapatkan skenario yang berbeda!"
masih flashback-
Fatih memasuki rumahnya dan menyalami ayah, ibunya yang masih berbincang manis disofa. Fatih berusaha menahan senyumnya, ia masih memikirkan perempuan yang ada dihalte tadi. Wajahnya sangat manis, ini pertemuan pertamanya bukan? Oke, kita tinggal menunggu pertemuan kedua, ketiga, dan seterusnya. Siapa tau ia berjodoh dengan perempuan tadi?
"Ayah, ibu, fatih keatas dulu ya" ibu menolehlantas tersenyum, lalu bertanya.
"Gak makan dulu, nak? Ibu udah masakin kari udang kesukaan kamu loh" fatih diam sebentar, perutnya belum memberi tanda kelaparan tapi mendengar ada menu kesukaannya, ia sedikit bimbang.
"Perut fatih belum lapar bu, nanti aja" ibu mengangguk paham, ditariknya lengan fatih untuk duduk disampingnya. Ibu tersenyum manis saat melihat wajah anaknya dari dekat. Rasanya dia semakin tua sekarang, anak semata wayangnya cepat sekali tumbuhnya. Timbuk haru dan senang dihatinya, meski tidak bisa memiliki banyak anak. Ibu bersyukur memiliki fatih dikehidupannya, ibu juga bersyukur karena diberikan keluarga yang bahagia dan berkecukupan. Meski harus melalui beberapa rintangan diawal pernikahannya, perjuangan tidak menghianati hasil.
"Aduh, ibu kenapa nangis sih? Aku ada salah sama ibu?" fatih mengusap air mata ibu, ibu yng melahirkan dia kedunia. Wajah ibunya sudah menua, ditambah beberapa keriputan diwajahnya.
"Anak ibu udah besar ya sekarang, udah kuliah sekarang. Gimana nak, ada beban?" fatih mengangguk sedikit, sesi curhat ala ibunya sudah dibuka. Jarang-jarang ibunya membuka sesi curhat seperti ini, biasanya ibunya hanya akan menyuruhnya beristirahat sebentar lalu setelahnya kembali mengerjakan tugas-tugas kuliahnya.
"Fatih gak bisa ikut kkn nanti, terus fatih pengen kerja bu"
"Kerja apa?" tanya ayah yang sedari tadi menjadi penyimak baik.
Ayah menatap istri dan anaknya dengan lembut, ia memiliki putra yang sholeh dan memiliki istri yang baik dalam segi Allah. Ia beruntung mendapatkan istrinya yang menjadi bahan rebutan warga desa. Memiliki anak satu mampu membuat semangat ayah bangkit, memperluaskan usahanya agar bisa menafkahi keluarga kecilnya. Sebelum fatih lahir, ia rela menjadi pelayan direstaurant dikota. Ia rela menghabiskan waktunya untuk mencari pekerjaan, sampai akhirnya ia berhasil membuka usaha kecil-kecilan.
"Kerja jadi barista gitu, Yah" ayah mengangguk paham, anaknya itu terlanjur mandiri. Dulu pas si ibu mau lahiran, dokter juga baru ditelfon, fatihnya udah muncul duluan tanpa aba-aba.
"Ya udah, nanti dicari aja kalau gitu. Ayah sama ibu, dukung. Iyakan, bu?" tanya ayah sembari memeluk tubuh gemuk ibu, ibu mengangguk dielusnya lengan ayah.
"Fatih keatas dulu, ya? Gerah banget" fatih membuat wajah seolah-olah ingin muntah setelah menciumi bau tubuhnya sendiri.
"Iya, jangan lupa makan kalau udah lapar ya sayang" fatih berdiri lalu berjalan cepat kekamarnya.
Keluar dari kamar mandi, fatih menjemur handuknya dibalkon kamar. Didalam benaknya, masih terbayang suara dan wajah gadis yang ia pinjami ponsel tadi. Entah setan apa yang membuatnya membayangkan wajah gadis tadi, dengan cepat fatih mengucap istighfar berkali-kali. Dilihatnya bintang dilangit malam yang berkelap-kelip berlomba memancarkan cahayanya masing-masing. Mengalihkan pandangannya kepada rembulan, ia kembali dibuat terpana. Tapi, pikiran absurd masuk kedalam otaknya.
"Disitu ada alien, gak ya?" ucapnya pelan, ia memfoto langit malam lalu dibagikan kesosial media. Tak sengaja ia melihat beranda pencariannya, ada wajah yang ia kenal.
"Shalat tahajud, kali ya? Siapa tau jodoh, hahahaha amin Allahuma amin" dia sedikit tertawa, harapannya terlalu tinggi bukan? Ingat! Skenario terhebat adalah skenario yang ditulis langsung oleh sang pencipta dn setiap insan mendapatkan skenario yang berbeda!
"Ya udahlah, coba dulu siapa tau beneran jodoh" fatih masuk kedalam kamarnya tak lupa mengunci pintu balkon, sebelumnya ia memastikan handuknya aman dari terpaan hujan dan angin.
Fatih lupa, jam belum menunjukkan waktu sepertiga malam. Maklum, ia terlalu bersemangat sekarang. Perutnya berbunyi pelan, ia sampai lupa mengisi perut.
"Emang gak benar ini otak" fatih mengetuk kepalanya beberapa kali, ia merasa sedikit berbeda sekarang. "Duh virusnya si reyhan nular ke gue kayaknya, huhuu" fatih mendumel pelan, sembari berjalan turun kedapur. Dilihatnya tidak ada siapa-siapa dilantai bawah, mungkin ayah dan ibu sudah pergi kekamar untuk beristirahat.
"Bismillah" selama ia menelan beberapa butir nasi, ia masih berpikir tentang kelakuannya ini. Sampai ia tidak sadar bahwa nasi dipiringnya sudah habis meninggalkan beberapa tubuh udang yang masih utuh belum tertelan. Ia termenung sebentar, kenapa udangnya masih bersisa? Bukannya sudah tertelan?
"Itu ada sayur ubi, kok gue gak ambil ya?" fatih terdiam, entahlah ia tak mengerti. Tubuhnya hilang kendali, seperti orang linglung begini.
Dilain tempat, amanda sedang bermain bersam keponakannya yang lucu. Semua orang dirumahnya sedang bersibuk menyiapkan makan malam. Abi, abang, dan kedua abang iparnya tengah bermain catur dihalaman belakang. Mbak, teteh, dan umi didapur, ia tidak diperbolehkan bergabung bersama mereka. Ia mendecih pelan, padahal ia ingin mencoba resep baru bersama ketiga ibu disana.
"Kela, amar, tante mau ketoilet sebentar ya sayang" amar mengangkat kedua tangannya, begitu pula kela yang langsung berdiri tegap.
"Kela nenenin" manda melongo, apa maksud keponakan cantiknya ini? Nenenin?
"Nemenin kela" menghela sebentar, lalu memberi paham kepada keduanya. "Kela sama amar disini aja ya sayang, nonton dora disini, tuh mereka lagi nanya" kela mengangguk, lalu duduk rapi dilantai berbeda dengan amar yang masih mengngkat kedua tangannya. Dengan terpaksa mand membawa anak itu keayahny yng berada dihalaman belakang, hampir saja ia terpeleset karena lantai yang masih basah.
"Aduh dek, pelan-pelan jalannya, untung ada abang" manda mengusap dadanya pelan, untung reno -abangnya-menahan tubuhnya sebelum tubuh cantiknya ini mencium lantai dingin. Jangan lupakan amar yang masih berada dipelukannya, anak itu pasti ikut terkena imbasnya.
"Duh, jantung aing" katanya sambil menyentuh dadanya, amar berada ditempat yang aman, yaitu dipelukan ayahnya. Reno menggeleng pelan, lalu duduk kembali dikursinya. Ia hampir jantungan tadi, saat melihat tubuh adiknya hampir jatuh kebelakang. Ia sampai tidak konsen bermain sudoku bersama abang ipar dan juga abi.
"Manda masuk kedalam ya, bye amar" amanda melambaikan tangannya, berjalan pelan, dirasa sudah berada dilantai yang kering, manda berlari cepat ketoilet. Kejadian serupa hampir terjadi, untung ia sempat berpegangan pada pintu.
"Aduh, jantung aing disco overload" gumamnya, lalu menuntaskan hasratnya. Manda berjalan pelan, ia tak mau jantungnya kenapa-kenapa. Detaknya ituloh bikin ngeri. Dimeja makan, tinggal manda yabg belum duduk ditempatnya. Amar berteriak senang saat melihat tubuh manda berjalan kearahnya, mengabaikan ibu kandungnya yang menatap iri.