Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Kamu?

🇮🇩queenkeong_
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.9k
Views
Synopsis
Cintaku terjebak padanya, Reynad. Lelaki tampan dengan suara berat dan berbahu lebar, aku dan dia sudah bersahabat sejak kami masih didalam kandungan -ibunya dan ibuku adalah sahabat SMA- dan sejak kecil ia sudah menjagaku dengan sangat baik. Akankah Rey akan menjadi takdirku? Beri aku jawabannya. "Permisi tuan, kalau saya mau kesini saya harus bagaimana ya?" tanya suara pria dengan aksen yang sedikit lucu. "Itu komplek rumahku, mau bareng?"
VIEW MORE

Chapter 1 - #1 aku, kamu, olivia

Mungkin ini hari tersialku, ibu dan ayah yang sedang berada dinegeri orang serta kakak laki-laki yang super bangsat dengan teganya meninggalkanku dirumah tanpa membangunkan terlebih dahulu padahal pagi ini aku ada kelas pagi.

Aku melangkahkan kakiku cepat ke halte bus depan komplek. Sebenarnya aku punya kendaraan sendiri di rumah, ibu dan ayah yang membelikannya sebagai hadiah ulang tahunku yang ke-17 tahun lalu. Entah apa yang difikirkan orangtuaku waktu membelikanku sebuah mobil saat itu, padahal mengendarai sepeda saja aku tidak mampu.

Setelah menunggu kurang-lebih 15 menit aku akhirnya mendapatkan bus menuju kekampus. Sesampainya aku dikampus aku menyempatkan diri terlebih dahulu ke toilet hanya untuk sekedar merapikan make up ku. "Penampilan tetap nomor satu," gumamku sambil merapikan rambut yang sedikit berantakan akibat tertiup angin tadi.

Aku segera berlari ke kelasku mengingat jam pertama hari ini adalah jamnya Mr.Stef yang terkenal sangat galak.

"Kanara, tunggu!" teriak suara berat yang sangat aku kenal membuat aku berhenti berlari dan berbalik. Itu Reynad, komisaris kelas yang sangat disayang oleh dosen-dosen dan juga sangat disayang oleh ku, upss.

"Hai Rey, lo telat juga?" tanyaku dengan senyuman. Untung aja tadi gue sempat make up dulu.

Reynad dengan senyuman manisnya menatapku. "Telat? memangnya aku sepertimu 'Ratu tidur'," ucapnya membuatku hanya bisa meringgis. Reynad adalah lelaki tampan dengan suara berat dan berbahu lebar yang sejak lama aku sukai, namun sayang hubungan kami tidak bisa lebih dari sebatas sahabat. Aku dan dia sudah bersahabat sejak kami masih didalam kandungan -ibunya dan ibuku adalah sahabat SMA- dan sejak kecil ia sudah menjagaku dengan sangat baik.

Sebenarnya Rey lebih pintar dariku, berbagai macam piala kemenangan ada dikamarnya bahkan seminggu yang lalu laki-laki ini berhasil memenangkan piala tingkat Nasional atas pemikirannya yang begitu luas berbanding terbalik denganku yang hanya menjadi mahasiswi biasa. Bahkan organisasi yang kuikuti hanyalah lembaga pers kampus, itupun Rey yang mendaftarkannya dengan alasan aku suka menulis dan bakat itu rugi jika disia-siakan. Dari semua itu aku yakin kalau Rey pasti bisa mendapatkan jurusan dan kelas yang lebih baik daripada aku. Tapi entah mengapa sejak smester satu ia selalu saja sekelas padaku padahal setiap smester kami dipecahkan sesuai skor yang tertera diKHS kami.

"Kalau enggak telat kenapa lo masih disini?" tanyaku setelah ia sampai dihadapanku.

"Memangnya kamu mau masuk?" tanyanya balik sambil menaikkan alisnya sebelah. "Pliss gue nggak tahan liat muka lo jangan nunjukin wajah itu," pekikku dalam hati tanpa sadar aku juga menahan nafasku.

"Kenapa enggak masuk? kan ini jadwalnya Mr. Stef," tanyaku bingung yang dijawab kekehannya.

"Kuotamu habis lagi?" tanyanya dengan wajah yang minta ditonjok.

"Iya," jawabku cepat lalu menggaruk poniku malu.

"Hari ini Mr. Stef enggak masuk, kita disuruh kumpulin tugas aja. Anak-anak yang lain udah pada ngumpulin dimeja beliau, mana tugasmu kau sudah membuatnya 'kan?" terangnya yang diakhiri pertanyaan untung saja aku begadang semalam untuk buat tugas ini. Aku memberikan tugasku padanya yang langsung dihadiahi tepukan pelan dikepalaku olehnya sambil berucap, "Anak baik."

"Yaudah kalau enggak masuk aku mau pulang aja," ucapku bersiap-siap untuk pulang.

"Kamu pergi naik bus kan?" tanyanya yang kujawab anggukan. "Biar aku antar aja sekalian aku traktir ice cream," ucapnya lalu menarik tanganku kearah parkiran.  Nggak usah ditarik gue juga jalan kok, kan rezeki bisa duduk dibelakang cogan.

Aku menghembuskan nafas panjang saat melihat seorang 'nenek sihir' memdekat kearah kami. "Ck, dikit lagi sampe parkiran padahal," gumamku malas.

"Hai Alva," sapa gadis itu dengan senyuman genitnya yang dibalas senyuman pula oleh Rey. Sumpah gue pengen maki ni cewek kalau aja enggak ada Rey disini. Nama Rey itu Alvaro reynaddiansyah, semua orang memanggilnya Alva kecuali aku yaa... akukan spesial.

"Kamu mau kemana? kan kita masih ada rapat dengan pak Broto masalah anggaran untuk acara minggu depan," ucap gadis itu lagi. Hey, dia hanya menyapa Reynadku apa aku yang besar ini enggak kelihatan dimatanya?!

"Oh iya gue lupa, Kanara aku lupa kalau aku harus ketemu pak Broto pagi ini aku pesanin grab saja buatmu ya?" tutur Rey dengan wajah bersalah.

Selalu seperti ini! Awalnya iya menawar lalu datang 'nenek sihir' ini dan tawarannya hangus diterbang angin aku mau egois kali ini aja. Hey jumpa sama pak Broto juga gaperlu sekarang! Bapak berkepala plontos itu selalu ada diruangannya kapanpun kau mau menemuinya. "Aku enggak mau naik grab, kan kamu udah janji mau antar sekalian beliin ice cream. Lagian pak Broto nggak kemana-mana kok dia slalu diruangannya," ucapku diakhiri dengan wajah cemberut.

"Eeh.. ada adik kecil rupanya, -Hey memangnya kau begitu tua sampai harus memanggilku adik kecil!- gini sayang pak Broto akan pergi keluar kota selama seminggu, sedangkan acara kita akan dimulai sebelum beliau pulang dan beliau perginya jam 10 nanti, jadi enggak ada waktu lagi. Lagian bukannya Alva selalu membelikanmu ice cream setiap kau memintanya?" ucap gadis itu. Percayalah gadis itu menyunggingkan senyum sinis diakhir kalimatnya!

Rey mengelus rambutku lembut lalu menunduk sedikit untuk mentap mataku. "Aku janji setelah berbicara dengan pak Broto aku akan mentraktirmu," ucapnya diakhiri senyuman yang membuatku hanya bisa menghembuskan nafas panjang dan mengangguk.

Aku membenci Olivia, gadis berkaki panjang yang sedang berjalan tepat disamping Reyku. Aku membenci Rey yang selalu meninggalkanku sejak Olivia hadir. Aku membenci diriku yang selalu lemah seperti ini, mengusap air mataku kasar aku segera berbalik membelakangi mereka lalu berlari keluar dari parkiran kampus. Hatiku hancur, remuk, panas, sakit. Aku duduk dihalte depan kampus, kelas lain sedang masuk saat ini jadi hanya ada aku disini dengan sisa-sisa tangisan aku memijat pangkal hidungku, sial aku lupa belum sarpan pagi.

Setelah menunggu cukup lama akhirnya mobil beroda enam ini sampai dihadapanku, segera saja aku masuk. Aku menutup mataku karna pusing saat bus berhenti kembaali dihalte berikutnya. Perjalanan pulang saat ini sangat menguras tenaga, asam lambungku mulai bergejolak membuat terongkonganku kering dan asam. Aku melihat keluar jendela bus untuk memastikan posisiku dimana, menghembuskan nafas pelan aku bersyukur kalau kami akan berhenti sebentar lagi didekat halte rumahku.