Farah buru-buru berjalan menuju ke ruangan Mulyono. Sepanjang jalan, ia melirik ke arah CCTV yang menyala. Ia harap tidak ada yang mencurigainya. Selama ini Farah selalu berusaha bermain serapi mungkin, tak boleh ada yang tahu hubungannya dengan Mulyono.
Ia mengetuk pintu ruangan Mulyono.
"Masuk!" serunya dari dalam.
"Permisi, Pak." Farah masuk dan menutup pintu di belakangnya dengan perlahan. Ia menyerahkan sebuah map berwarna biru ke tangan Mulyono.
"Ini, Pak laporannya."
Mulyono mengangguk. "Tolong kunci pintunya."
"Hah?"
"Ayo cepat, Farah. Saya mau kamu kunci pintunya."
Farah menurut dan kemudian mengunci pintu ruangan Mulyono. Ia membalikkan badannya dengan perasaan yang takut berkecamuk di dadanya.
"Ada apa, Pak?"
Mulyono berdiri dari kursinya dan kemudian menghampiri Farah sambil memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku celananya. Gayanya memang tampak sangat elegan dan berwibawa. Cara pria itu menatap Farah membuatnya merasa seperti sedang disudutkan.