"Udah, itu doang," jawab Pradita. "Sisanya mah aku santai lah. Hafalan ya tinggal dihafal. Kalau rumus-rumus jelimet ya itung kancing aja. Yang penting nilai aku di rapot pas sama KKM. Kalau lebih syukur, asal jangan sampe kurang." Pradita terkekeh.
Bara mengacak-ngacak rambut Pradita. "Kamu tuh udah pinter, Ayank. Gak usah itung kancing, kamu pasti bisa jawab yang bener. Aku yakin nanti kamu pasti lulus dengan nilai yang bagus."
"Amin!" seru Pradita.
Bara tersenyum menatap kekasihnya yang ternyata memang cantik. Ia memiliki daya tarik tersendiri. Mungkin wajahnya tidak semulus porselain, rambutnya tidak panjang bergelombang, badannya tidak begitu langsing, tapi Pradita memiliki hati yang baik dan tulus.
Ia yakin kalau Pradita mau berpacaran dengannya bukan karena apa yang ia miliki di luarnya saja. Bara merasa ada kecocokan di antara mereka yang membuatnya merasa nyaman berada bersama Pradita.