Bara menatapnya sambil menyipitkan mata. "Kamu kok gitu sih? Aku kan gak lupa jemput kamu. Itu gara-gara om aku yang maksa pengen nganterin aku ke sekolah."
"Alasan lu," ucap Pradita sambil mengunyah cilornya yang ternyata sangat pedas. Dahinya jadi keringetan karena kepedesan.
Lalu nasi cap cay pun tiba. Asap menguar dan menghantarkan aroma yang sangat sedap. Pradita langsung melahap nasi cap cay itu tanpa basa-basi. Ia mencampur nasi cap cay-nya dengan cilor pedas.
"Pelan-pelan, Yank," ucap Bara.
"Gua laper. Lagean bentar lagi kita masuk kelas."
Bara pun makan dengan gaya yang jelas jauh lebih anggun dari Pradita Anggun Putriyana. Ia tidak peduli. Sampai saat ini Pradita masih merasa jika Bara adalah pacar abal-abal. Jadi, ia tidak perlu menjaga sikap atau jaim-jaiman gak jelas.
"Sayang, nanti pulang sekolah bareng sama aku ya. Kamu pulang jam berapa?"
"Jam lima," jawab Pradita singkat sambil mengunyah.
Bara mengangguk. "Oh, kamu ada praktikum resep ya."
"Iya."