"Iya, Nu," jawab Pradita. "Lu sabar dulu ya. Gak apa-apa kan ya."
"Iya, Dit. Apa pun bakalan gua lakuin untuk lu," ucap Danu yang ingin sekali Pradita keluarkan suaranya dengan menggunakan loud speaker.
"Hmmm, ya udah deh kalau gitu, Nu. Gua mau mandi dulu."
"Oh, oke. Udah malem nih, Dit. Pake aer anget ya mandinya."
"Iya," jawab Pradita singkat.
Setelah selesai menutup teleponnya, Pradita pun tertawa keras yang sejak tadi ia tahan sampai otot di wajahnya jadi keram. Bara meliriknya dengan lirikan mau yang siap membunuh siapa pun yang ada di hadapannya.
"Galak bener," ujar Pradita.
"Kamu sengaja ya ngomong kayak gitu. Kamu kan udah jadi milik aku! Kamu harusnya langsung tolak dia. Ngomong-ngomong, dia berani banget ngajakin kamu jadian?! Seenaknya aja! Dia kan bukannya sama si … si siapa itu? Dini? Rini? Eh …?"
"Arini," ralat Pradita.
"Nah itu! Aku sampe lupa namanya."
"Udah putus kali," sahut Pradita. "Danu sama si Arini mah udah lama putus."