Gadis cantik yang tengah menyumpal mulutnya dengan lolipop rasa melon dan susu itu adalah Ratri. Gadis cantik berkulit putih dengan gigi kelinci, lesung pipit di kedua pipinya pun selalu menyertai ketika ia tersenyum dan itu hal yang selalu dikagumi oleh semua orang.
"Rat, besok kamu mau gabung sama kita-kita enggak, main gitu.. hunting foto" ucap Ana sembari menuangkan saus dengan susah payah ke dalam mangkuk bakso.
"Besok, ya..?" Gumam Ratri sambil memutar lolipopnya di dalam mulut. "Boleh juga!"
Ana tak menghiraukan jawaban Ratri, ia sibuk mengeluarkan saus dari lubang kecil botol plastik yang ia pegang. Ia tekan berkali-kali tetapi botol itu tak kunjung mengeluarkan isinya.
"Huuuh..!! Susah amat sih sausnya keluar!" Kini Ana benar-benar geram. Ia tekan botol plastik saus itu dengan kekuatan penuh, hingga tanpa ia sadari tutup botol itu terlepas, atau persisnya sedikit terpental. Saus merah itu tercecer kemana-mana dan memenuhi mangkok baksonya.
Ana sempat melongo, dan ia cengengesan atas apa yang telah ia lakukan. Benar-benar sembrono.
Bagaimanapun Ana adalah gadis tomboy. Kulitnya putih dengan iris mata cokelat terang. Rok sekolahnya sengaja ia lipat hingga di atas mata kaki meski ia mengenakan jilbab. Jangan berpikir jika dia adalah siswi bermasalah di sekolah, namun dia peraih ranking 1 berturut-turut di SMK kini.
Ratri tertawa terbahak melihat kelakuan Ana. Lolipop yang sejak tadi menyumpal di mulutnya ia keluarkan, "emang dari dulu musuhmu itu adalah botol saus tomatnya kantin sekolahan, ya An?" Celetuk Ratri kembali menyumpalkan lolipopnya ke dalam mulut.
Ratri pun membantu membersihkan mangkok Ana dari banjir saus tomat menggunakan serbet kotak-kotak dari atas meja.
"Haha.. lagian itu karena salah botol-nya. Kenapa susah keluar?" Ucapnya cengengesan menolak jika ini bukan keteledorannya.
"Dimarahin sama bu Tyas biar tau rasa" Tunjuk Ratri pada bu Tyas penjaga kantin.
Ana yang diberi tahu mendekatkan jari telunjuk di bibir tebalnya. "Sssstttt...!! Jangan ketahuan" Celetuknya yang berhasil membuat tawa Ratri semakin kencang.
Selesai makan, Ana dan Ratri memilih masuk kelas menemui yang lain. Indah dan Pita tengah bermain ponsel di jam istirahat. Indah yang membuka aplikasi youtube, melihat idol-nya Korea. Sedangkan Pita tengah tersenyum membalas satu-per-satu pesan yang masuk.
Sebenarnya tadi Indah, Ratri, dan Pita memilih membawa bekal makanan, dan Ana saja yang tidak membawa bekal. Katanya merepotkan dan membuat beban tas-nya meningkat. Ratri pun tadi hanya menemani Ana makan di kantin saja, dan hanya membeli satu lolipop agar terlihat membeli makanan.
Ratri menghempaskan tubuhnya di samping Indah. Gadis dengan kulit sawo matang, mata sipit dan senyuman semanis madu. Bayangan wanita lemah lembut itu hancur ketika mengingat jika dia adalah gadis pecicilan yang suka memanjat pohon dan memakan buah di atas. Iya, salah satu keunikan yang dimiliki Indah.
"Nonton apa kamu, Indah?" Ratri mendekatkan wajahnya di sebelah Indah.
"Mereka lucu tau" kata Indah tersenyum kemudian termangu.
Ratri paham apa yang di lakukan oleh sahabatnya itu. Karena untuk menghilangkan kesalnya dari Fajar, ia memilih untuk melihat keseharian idol Korea beserta keseruannya.
Retina Ratri ia alihkan pada Ana yang mengambil botol bekas minumannya di atas meja. Pita juga sudah menghentikan pergerakannya di atas layar ponsel. Mereka berdua menghadap ke belakang dengan Ana yang meletakkan sebuah botol kosong di tengah-tengah bangku Indah dan Ratri.
"Eh.. ayo main game, namanya 'jika suatu saat nanti aku kembali ke masalalu aku akan titik titik titik' gimana??" Kata Pita dengan nada mendramatisir.
Indah mem-pause video di ponsel, "panjang amat namanya" protes Indah.
Ana tertawa, "itu ide-ku. Yang terpenting ini bakal seru, 'kok" jawabnya penuh semangat kemudian botol itu ia putar.
Indah dan Ratri pun turut memperhatikan putaran botol tersebut.
Botol itu berputar dengan kencang dan temponya semakin melambat. Hingga ujung botol itu berhenti pada Pita, dan semua bersorak.
"Sudah gue duga. Seharusnya game-nya tuh, siapa yang bakal cepat nikah" ucap Ratri ngasal.
Ana dan Indah tertawa.
Pita pun tersenyum sambil melirik teman-temannya satu per satu. "Kalian nungguin kan?" Goda Pita sambil mengarahkan jari telunjuknya kepada teman-temannya.
Indah memutar bola matanya.
"Ayooo jawab, sambil ngulangin judul game ini!" Perintah Ana sambil menggebrak meja dengan menghentakkan kakinya.
Pita engangguk sambil berfikir. "Jika aku kembali ke masalalu, aku tidak akan mau pacaran dengan Andi" Kata Pita dalam satu tarikan nafas.
"Wow.. wow.. keren kamu sista, bisa mengakui jika kamu menyesal pacaran dengannya!" Celetuk Ratri.
Pita cengengesan.
"Oke, lanjuuuut!" Ana kembali antusias memutar botol itu.
Dan sungguh di luar dugaan Ratri, justru tutup botol itu mengarah padanya sekarang.
"Waahh.. kita bakal tau apa aib-nya sekarang" ,jerit Pita senang. Ia menganggap jika ini sudah seimbang baginya dan Ratri.
Semua orang menatap Ratri tanpa berkedip.
Ratri menarik nafasnya, mengingat apa yang harus dia perbaiki di masalalu. Sebuah ingatan yang menyakitkan. Ulasan yang membuat tangisnya selalu pecah dalam kesendirian. Tentu juga, jauh di masa sekarang. Jauh sebelum hidupnya benar-benar damai di waktu sekarang.
"Jika suatu saat aku kembali ke masalalu, aku akan memperbaiki pandangan orang tentang aku di masa kecil" jawab Ratri membuat Ana membanting botol minumannya kesal. Ia merasa gagal memancing Ratri untuk terbuka kepada yang lain.
"Anaa!! Ngagetin sumpah" bentak Indah memicingkan mata pada Ana.
"Emang memperbaiki apa?" Selidik Indah sedikit berbisik.
"Tidak mungkin, kan kalo memperbaiki kebaikan?" Ujar Ratri enteng.
Tingkat kepo Indah semakin mendekati level dewa. "Emang kenapa orang-orang di masalalumu?" Tanya Indah lagi sedikit berbisik.
Ratri hanya tersenyum dengan menaikkan pundaknya.
"Cerita sama kita, kamu anggap kita sahabat, kan?" ucapnya dengan alis mata mengkerut. Menatap Ratri penuh intimidasi.
"Apa sih kamu, An. Kalian tuh sahabat terbaikku tau" jelasnya dengan nada super manja.
"Lalu.. apa salahnya kita tau?" Potong Indah.
Ratri terdiam sambil mengedarkan pandangannya ke wajah sahabat-sahabatnya itu. "Intinya aku dulu di bully ketika SD"
Semua melongo tak percaya.
Ratri mengedarkan pandangannya pada wajah masing-masing temannya. "Ya, kan. Mereka very annoying. Dan suka kekerasan" jawabnya penuh kehati-hatian.
Ana mendekatkan wajahnya, "alasannya apa, dong? Apa untungnya nge-bully orang lain?"
"Just for fun" Ucap Pita membantu menjawab pertanyaan Ratri.
Ratri seketika meng-iya-kan ucapan Pita.
"Jadi.. apa yang ingin kamu lakukan sekarang? Balas dendam?"
"Iya An, aku akan balas dendam" Jawab Ratri.
"Aku tak menyuruhmu balas dendam. Siapa yang bilang balas dendam?" Ana bingung atas ucapan Ratri.
Semua saling pandang.
"Tidak ada yang mengatakan itu, Ratri." Jelas Indah menyentuh pundak Ratri.
Ratri terdiam dengan ekspresi yang tampak kebingungan. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri, mencoba menemukan seseorang didekatnya yang mengatakan kalimat tadi.
Siapa tadi? Suaranya mirip Ana, atau Pita, ya? Desisnya dalam hati.
Akhirnya Ratri tertawa terpingkal mengingat kebodohannya. "Kayanya aku yang salah, guys"
Semua pun ikut tertawa.
"Jangan jadi orang pen--" Ucapan Indah terpotong karena hadirnya seseorang dari pintu masuk.
"Assalamu'alaikum." Seorang guru wanita datang membawa tas tangannya. Dan serentak semua murid menjawab salam dari guru tersebut.
Ana dan Pita buru-buru memutar kursinya menghadap ke depan. Ratri dan Indah pun mengeluarkan buku pelajaran yang akan diajarkan.
"Pssstt.. sejak kapan bell jam pelajaran mulai?" Nisik Indah pada Ratri.
Ratri hanya menaikkan kedua pundaknya, tidak tau. Ia juga sudah melupakan suara yang menanyakan balas dendam-nya itu pada teman-teman masa kecilnya. Lebih tepatnya, melupakan. Ya! dia tidak mau ambil pusing soal gelenyar suara aneh yang tiba-tiba muncul dipertengahan percakapannya bersama teman-temannya.