Wanita berparas cantik itu duduk di sebuah bangku restoran sambil sesekali melihat kearah pintu restoran untuk memastikan orang yang ia tunggu datang atau tidak.
setelah beberapa saat, seseorang bersetelan jas membuka pintu restoran pria itu berjalan menghampirinya sebuah senyuman nampak terukir di wajah tampannya ia berdiri di hadapan wanita itu dan menatapnya dengan senyuman.
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
sementara itu, di tempat lain sepasang kekasih sedang menikmati akhir pekan mereka disebuah tempat yang indah dan sejuk, tempat yang jauh dari perkotaan dengan hamparan rumput yang luas dan pemandangan danau yang indah membuat susana lebih romantis, pria tersebut tertidur dipangkuan kekasihnya, kekasihnya memandangi wajah pria yang di pangkuannya itu dengan tatapan penuh kasih sayang dia membelai wajahnya dengan perlahan dia begitu menyayanginya terlihat jelas dari tatapan yang terpancar dari mata wanita itu, tiba-tiba ponsel si pria berbunyi wanita itu meraih ponsel kekasihnya lalu melihat layar ponselnya.
"sayang ponselmu terus berbunyi kenapa kamu tidak mengangkatnya "kata wanita itu
tapi si pria tidak beranjak dari posisinya dengan masih memejamkan mata ia berkata
"mungkin hanya telpon iseng saja sayang hiraukan saja biakan aku istirahat seperti ini sebentar saja " kata pria itu
wanita itu mengernyitkan halisnya dia terus menatap layar ponsel kekasihnya.
"sepertinya bukan panggilan biasa "kata wanita itu lagi dia bener-bener yakin jika itu bukan hanya panggilan biasa.
"benarkah bisa kamu sebutkan nama dilayar ponsel itu "kata pria itu dengan santai namun tidak beranjak dari posisinya
wanita itu menganggukan kepalanya lalu menyebutkan nama dilayar ponsel.
"namanya emergency code "kata wanita itu
setelah mendengar perkataan kekasihnya itu ia langsung membuka matanya lalu menatap kekasihnya dari bawah untuk meyakinkan yang ia dengar.
"apa kamu yakin "kata pria itu kekasihnya menganggukan kepalanya dengan yakin lalu dia bangkit dari posisinya lalu mengambil ponselnya di lengan kekasihnya lalu dia langsung mengangkat panggilannya wajahnya begitu terkejut membuat wanita yang di sampingnya ini penasaran pasti telah terjadi sesuatu.
,,,,,,,,,,,,,,,
Denaya hari sedang berkencan dengan seorang pria ini adalah kencan ke 6 kalinya setelah ia putus dengan para mantan kekasihnya, denaya tidak pernah mengerti alasan sesungguhnya mereka semua meninggalkan dirinya dan akhirnya hubungannya kandas begitu saja dengan alasan yang tidak jelas tapi denaya berpikir bahwa mereka semua tidak benar-benar mencintainya dan mereka tidak cukup baik untuk dirinya pikiran positif itulah yang selalu muncul di benaknya, dan jika kencan ini berhasil pria dihadapannya ini akan menjadi kekasihnya.
Denaya tersenyum kearah pria berkulit putih dan tampan di hadapannya itu sesekali dia memainkan rambutnya dengan menyelipkan rambutnya kebelakang telinganya, walaupun ini bukan kencan pertama kalinya bagi denaya namun dia selalu merasa gugup dan malu di depan pria .
Pria itu mencoba memulai percakapan.
"ini pertama kalinya saya ikut kencan jadi rasanya masih canggung bertemu dengan anda seperti ini "kata pria itu dengan sedikit tersipuh malu
Perkataan pria itu membuat denaya tersenyum.
"aku bisa mengerti,pelan-pelan saja tidak perlu terburu-buru karena ini pertemuan pertama kita "balas denaya
"ah... baiklah"kata pria itu kini denaya bisa melihat ia sudah sedikit lebih tenang
"kita mungkin bisa memulainya dengan ini, namaku Denaya panggil saja naya "kata denaya memperkenalkan diri sambil menjulurkan lengannya senyuman tak lepas dari wajahnya
"nama saya Bentley, panggil saja Ben "balasnya sambil menjabat tangan denaya .
denaya mengamati pria di hadapannya ia berpikir bahwa umurnya dengan ben tidak terlihat jauh berbeda dari wajahnya bajunya ia termasuk umur kepala tiga lalu sebuah ide terlintas dipikirannya.
"aku rasa umur kita tidak terlalu berbeda, bagaimana kalau kita saling bicara informal saja bagaimana menurutmu bukankah itu akan membuat kita lebih terlihat akrab "kata denaya
ia berpikir sejenak lalu menatap denaya yang mengangkat halisnya menunggu persetujuan dari ben.
"baiklah mari kita bicara santai, aku rasa itu bukan ide yang buruk "kata ben dengan tersenyum lalu meminun kopinya .
"lihatkan lebih asik jika kita berbicara lebih santai, lebih akrab dan bersahabat "kata denaya dengan menyengir khas kuda.
ia tertawa mendengar perkataan denaya sepertinya dia mulai terpikat oleh kepolosan dan kejujuran denaya .
"ternyata selain cantik kamu juga lucu naya "kata ben dengan tiba-tiba membuat denaya tersipu malu mendengarnya
"benarkah "kata denaya ia menganggukan kepalanya susana diantara mereka mulai mengalir dengan hangat denaya berpikir ben orang yang sangat baik dan hangat mereka berbincang tak jarang denaya dan ben tertawa saat mereka bercerita.
"oh iya hampir lupa aku seorang dokter di rumah sakit didepan sana, kalo kamu sakit kamu bisa pergi kesana untuk bertemu denganku aku bakalan kasih diskon "kata denaya dengan terkekeh sambil menunjuk kearah gedung rumah sakit yang ada di depan restoran tersebut.
Ben tercengan dengan perkataan denaya, membuat denaya yang melihat ekspresi wajah ben yang begitu terkejut membuat denaya penasaran.
"kenapa, kamu begitu terkejut apa kamu berpikir aku sekarang sedang bercanda"kata denaya
ia langsung tersadar dengan perkataan denaya dan menyangkal pemikiran itu.
"ah... bukan.. bukan seperti itu, aku percaya sama kamu hanya saja aku sedikit terkejut,aku juga seorang pengacara dan gedung firman hukum tempatku berkerja juga ada di depan rumah sakit itu "kata ben denaya yang sedang minum tersedak mendengar perkataan ben dan membulatkan matanya tidak percaya .
"benarkah.. wah sebuah kebetulan yang sangat menarik atau ini takdir "kata denaya matanya minyipit akitbat tersenyum ben tidak bisa menahan tawanya saat melihat wajah imut denaya ia merasa sangat nyaman sekali didekat naya.
"kalo gitu kita bisa makan siang bersama kalo ada waktu luang bagaimana pertemuan selanjutnya kamu yang teraktir "kata ben membuat denaya mengedipkan matanya berkali-kali.
"aku ingin mengenal kamu lebih jauh lagi naya beri kesempatan aku untuk mengenalmu selama 2 bulan saja setelah itu terserah kamu mau memutuskan kita akan terus bertemu atau tidak,sepertinya aku mulai memyukaimu"kata ben dengan terus terang ia mengatakan bahwa ia menyukai denaya denaya sempat terdiam dengan pengakuan tiba-tiba ben tanpa tanpa dirinya sadari kepalanya mengangguk tanda setuju jawaban dari denaya membuat ben tersenyum senang.
Tiba-tiba ponsel denaya berdering namun denaya belum juga menurunkan pandangannya yang menatap ben.
ben menatap denaya heran kenapa dia tidak mengangkat panggilannya.
"kamu gak mau angkat telponnya "tanya ben perkataan ben membiat denaya tersadar
"ah iya.. tunggu sebentar ya aku angkat telpon dulu "kata denaya lalu mengangkat telponnya. "apa pasien tiba-tiba mengalami gagal jantung baiklah saya akan segera kesana, bagaimana dengan dokter yang lain, kalo begitu minta bantuan kepada dokter renzi untuk melakukan CPR pantau sampai detak jantungnya kembali normal saya sebentar lagi sampai disana "kata denaya sepertinya terjadi sesuatu di rumah sakit ia menatap pria di hadapannya ini lalu berkata.
"maaf ben sepertinya pertemuan kita kali ini sampai disini dulu... terjadi sesuatu di rumah sakit aku harus segera pergi "kata denaya lalu meraih tas dengan terburu-buru .
ben menganggukan kepalanya
"tidak apa-apa kamu pergi saja, pasienmu lebih penting "balas ben
"makasih ya ben, kali ini kamu yang teraktir pertemuan selanjutnya aku yang teraktir kamu sebagai permintaan maaf katena harus pergi tiba-tiba,ini kartu namaku "kata denaya menaruh kartu nama di meja lalu ia berdiri dan pergi berlari dengan helsnya meninggalkan pria kencannya yang masih berada di restoran .
,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
di waktu bersamaan, alex menurunkan kekasihnya diana di pinggir jalan ia merasa sedikit bersalah karena tidak bisa mengantarnya pulang karena perkerjaannya yang harus membuatnya segera pergi.
tanpa banyak bicara diana turun dari mobil raut wajahnya terlihat kesal.
alex membuka kaca mobil
"aku akan meminta maaf nanti kepadamu untuk saat ini tolonglah untuk mengerti"kata alex ia tidak punya pilihan lain dia harus segera pergi setelah mengatakan itu kepada kekasihnya ia langsung menancapka gas mobilnya melaju dengan cepat.