rean terbaring di atas kasur dengan bantuan aldo setelah beberapa menit rean masih belum sadar
jam menunjukan pukul empat sore dan rean belum juga bangun sudah satu jam mereka menunggu Rean sadar
akhirnya rean sadar tapi cuman menggerakkan kepalanya dan berkata tidak orang orang yang melihat itu khawatir dan menelpone dokter
tak berselang lama dokter pun datang dan langsung memeriksa keadaan rean
"gimana dok" ucap aldo kepada dokter yang bernama fendi
"keadaan nya baik baik saja tapi jangan banyak dulu pikiran soalnya trauma yang di alami nya dulu kembali lagi dan kemungkinan rean akan mengalami ketakutan selama dua hari " ucap dokter fendi yang dulu pernah merawat rean saat rean seperti ini
bi ina nesya dan aldo mengangguk mereka bertiga harus menjaga rean dengan sekuat tenaga mereka karena rean sudah tidak mempunyai siapa siapa lagi di dunia ini hanya mereka bertiga lah
setelah itu dokter fandi pamit untuk segera pulang ke rumah sakit karena ada pasien aldo pun mengantarkan dokter fadli menuju gerbang depan rumah Rean
sedangkan bi ina sedang mengompres rean dan nesya sedang membuat bubur tak berselang lama bubur pun matang rean sudah dari tadi sadar ya seperti yang dikatakan dokter fadli sekarang rean sedang ketakutan
mereka bertiga berupaya buat menenangkan rean akhirnya rean tenang dan memakan bubur nya
entah mengapa saat rean seperti ini hati nesya sakit ia tak tega melihat sahabat nya seperti ini apalagi ia sudah tidak punya siapa siapa lagi
aldo yang melihat nesya khawatir bahkan ingin meneteskan air mata langsung membawa ia keluar dari kamar Rean dan menenangkan nesya di ruang tamu
"do seharusnya aku gak ninggalin rean waktu itu mungkin ia gak akan seperti ini " ucap nesya sambil menangis di pelukan aldo
"udah jangan salahin diri kamu sendiri aku juga salah seharusnya aku gak kesana waktu itu nesy" ucap aldo sambil mengelus kepala nesya sayang
tak mereka sadari ternyata rean melihat adegan tersebut entah mengapa rean tenang lebih cepat dari pada yang di katakan dokter fadli
rean menghela nafas panjang sambil menahan gejolak sakit yang ada di hati nya
rean memutuskan untuk kembali ke kamar sebelum mereka berdua melihat nya
setelah sampai di kamar ia berbicara kepada bi ina bahwa ia ingin tidur akhirnya bi ina pergi meninggalkan kamar rean dan menutup pintu dengan pelan pelan
saat nesya dan aldo ingin kembali ke kamar bi ina segera memberitahu bahwa den rean sudah tidur
nesya dan aldo pun pamit untuk pulang
dua hari ini rean hanya diam dikamar bahkan makan minum pun di bawakan oleh bi ina ke kamar urusan kantor nya ia serahkan kepada orang yang ia percayakan sedangkan kuliah nya ia ijin karena sakit
semejak meninggal nya kak dinda sikap rean menjadi semakin dingin acuh dan sering melamun bahkan untuk berbicara pun sekarang jarang dari pada saat kak dinda masih ada
dan hari ini aldo pergi ke rumah nenek nya sedangkan nesya hanya diam dikamar atau jalan jalan bareng teman perempuan nya
sekarang nesya sedang berada di sebuah kafe dengan teman perempuan nya bernama dellia atau sering di panggil dela
"nes itu si Rean udah punya pacar belum" ucap teman nesya yang bernama dela
"emang nya kenapa del" jawab nesya sambil memakan makanan nya
"ih kamu ya di tanya malah balik nanya rean udah punya pacar belum " ucap dela bertanya lagi
"emm kayaknya gak punya pacar deh" ucap nesya
dela hanya mengangguk ngangguk sambil tersenyum
nesya yang melihat itu berigidik ngeri melihat tingkah teman nya ini
sedangkan aldo sekarang sedang menemani nenek nya yang lagi sakit ia bahkan tak beranjak sedetikpun dari samping nenek nya
tiba tiba ada sebuah telpon masuk aldo pun meminta ijin untuk mengangkat telpon
ternyata yang menelpon ia adalah ibu nya
"hallo mah ada apa" ucap aldo
"aldo gimana ke adaan nenek di sana kapan kamu pulang kamu betah gak di sana kamu udah makan belum mamah kangen" ucap ibu aldo di sebrang sana
aldo menghela nafas banyak sekali yang di tanyakan mamah nya ini padahal ia baru sampai tiga jam lalu dan ibu nya sudah sepuluh kali menelpon bahkan chat yang amat amat sangat banyak
"mah kan aldo udah jawab tadi mamah gak perlu khawatir aldo udah makan apa belum sekarang aldo tanya kenapa mamah terua nelpon aldo dengan sebanyak ini gak biasanya mamah kayak gini" ucap aldo
"aduh maaf sayang mamah cuman kangen aja sama kamu maaf ya kalau mamah nge ganggu kamu di sana" ucap ibu nya aldo merasa bersalah
"iya aldo maaf pin sekarang aldo tutup dulu ya telpon nya " ucap aldo dan memutuskan sambungan nya
aldo pun pergi ke kamar nya yang berada di rumah nenek nya karena tadi saat aldo ke kamar nenek nya terlihat ia sudah tertidur pulas
entah mengapa sekarang aldo merasa kangen terhadap kekasihnya itu
akhirnya ia menelpon nesya dan mereka terlibat percakapan yang amat sangat panjang
rean duduk di dekat jendela kamarnya ia tidak melihat bintang mau pun bulan ia jadi teringat kepada kakak nya dinda yang selalu menasehati dia supaya menutup jendela nya karena angin tapi sekarang ia tidak mendengar omelan kakak nya lagi bahkan rumah ini sangat sepi tidak seperti dulu yang selalu ramai oleh candaan kakak nya
sebelum Rean membayangkan nya lebih jauh ia memutuskan untuk tidur karna hari sudah malam tapi sebelum ia ke kasur ia melihat nesya keluar bersama teman nya
rean melihat jam dan sudah menunjukan pukul sepuluh malam ia hanya geleng geleng kepala melihat seorang gadis yang berkeliaran malam malam begini
ia pun memutuskan untuk tidur dan tidak memikirkan yang tadi lagi sekilas ia berhalusi nasi bahwa kakak nya sedang berada di sisinya tetapi ia kembali sadar
ia melihat foto ia bersama kakak nya saat masih kecil kakak nya harus menanggung biaya nya dan rean untuk makan bahkan dulu kakak nya pernah bekerja sebagai ob tetapi setelah ia sukses menjadi CEO ia harus meninggalkan dunia ini
rean bertekad untuk seperti kakak nya yang tak kenal lelah baik bahkan penyayang ia sangat beruntung mempunyai kakak seperti dinda
setelah memikirkan cukup lama akhirnya rean pun tertidur dengan memeluk foto ia dan dinda
tak menyadari ia dari tadi sedang di perhatikan oleh bi ina bahkan dari tadi bi ina menangis saat rean menangis tapi bi ina yakin bahwa rean kuat sabar bahkan ia bisa mengendalikan emosi dan mengembalikan ketenangan nya ia semakin yakin bahwa rean sekarang bukan lah rean yang dulu ia sekarang sudah menjadi pemuda yang dewasa dan tampan