Chereads / CIANDRA / Chapter 2 - Antara Beruntung Dan Sial

Chapter 2 - Antara Beruntung Dan Sial

Hari ini Cia sudah memasuki kelas 11 kira-kira 3 bulan yang lalu, dan semua masih sama saja, seperti biasa.

"Ci!" Cia menoleh dengan terkejut, mendapati Lia yang sedang berlari kearahnya.

Lia nyengir, "woi! hari ini pengumuman.. pengumuman," ucapannya terputus karena nafasnya yang tersenggal-sengal.

"Ih tarik nafas dulu Li.. ngapain juga pake lari segala.."

Lia menarik nafasnya panjang, lalu menyengir kuda, "hehe sori sori. Nah yang mau gue kasih tau, hari ini.. pengumuman... Olimpiade Fisika!" Cia melotot mendengar informasi dari Lia.

"Loh Ci? kenapa? semangat dong! siapa tau lo diterima!" Lia menyemangati.

Cia mengangguk dan berjalan menarik tangan Lia.

"Yok ke kelas!" ajaknya.

-

"Selamat pagi anak-anak!" Ibu Kris guru Fisika memasuki kelas mereka.

"Pagi Buuuuu," jawab penjuru kelas.

Ibu Kris yang tampil dengan ciri khasnya yang mencolok dengan rambut pendek yang mengembang dijuluki "ibu gaul" di sekolah mereka Treston High International.

"Nah nah sebelum belajar, ibu akan mengumumkan siapa aja anak-anak yang lulus dan ikut olimpiade fisikia, dengeriiin!" ucapnya dengan suara yang cempreng ciri khasnya yang lain.

Cia menoleh kearah Lia.

"Li.. gue gemeter.." Lia yang panik memegang bahu Cia.

"Baca doa.. Baca doaaa," bisiknya.

Cia membaca doa didalam hati, dan memejamkan matanya.

Ibu Kris melanjutkan bicaranya. "Kelas 11 ipa 1 Arkendra Putra.. Ipa 2 Salsabila Azzahra Ipa 3.. Gak ada yang masuk ahahah kasiah deh lo," tawa cempreng Ibu Kris membuat Cia membuka matanya.

"Aduh Ci bentar lagi ipa 4!" Lia menggoyangkan tubuh Cia.

"Ipa 4 hmm siapa ya? ada yang bisa tebak ga?" tanya Ibu Kris disela-sela kondisi yang menegangkan.

"Kok diem aja? deg-degan tuh? yaudah langsung kasih tau aja deh," Ibu Kris kembali membaca kertas yang berisi nama-nama anak yang mengikuti olimpiade.

"Namanya.. Cia Fiorenza."

"Aaaa! Yes yes yes!" Cia teriak dan langsung berpelukan dengan Lia.

"Selamaaatt!" ucap Lia. Seisi kelas pun riuh mengucapkan selamat kepada Cia.

"Eeh shut shut shut! Ibu mau bacain lagi nii belum selesai." tunjuk Ibu Kris pada kertasnya. Seisi kelas diam mendengarkan.

"11 ipa 5 Radyana Septi dan terakhir kelas 11 ipa 6 ada.. Andra Dirgantara Wijaya," Cia melotot. Dalam hatinya dia berteriak.

'Apaaaaaaa Andraaa???!!! Jangaaan,' dalam khayalannya dia terjun bebas di angkasa.

"Nah.. Bagi yang lulus seleksi, kalian ada kelas khusus selama 2 jam setelah pulang sekolah mulai besok!" Cia tidak bisa menahan mulutnya untuk protes.

"Buk kok Andra bisa lulus seleksi sih?!"

Lia menyenggol Cia yang bertanya sembarangan.

"Ih lo kok bilang gitu sih! Bukannya lo suka sama An-" ucapan Lia terpotong karna Cia menginjak kakinya.

"Emangnya kenapa? Andra kan pinter, ganteng, kece, bagus lagi sikapnya huh emang pandai tu anak bikin klepek-klepek," Ibu Kris berbicara panjang lebar dan menepuk meja didepannya dengan geram.

Cia hanya memandangnya dengan cemberut. 'Sial banget gue!' ucapnya dalam hati.

-

Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, semua murid sudah menghambur keluar kelas tapi tidak dengan Cia, dia masih diam dikelas dengan mengentuk-entukkan kepalanya dimeja dengan pelan.

"Kenapa sihh sial bangeet," lirihnya. Tanpa dia sadari ada seseorang yang memperhatikannya.

"Hei," sapanya. Cia terkejut dan mengangkat kepalanya, seketika terpesona dengan orang yang ada didepannya sekarang.

"Kak Marco?" ucapnya tanpa sadar. Marco duduk di sebelahnya.

"Belum pulang Ci?" tanyanya.

Cia menggeleng tapi masih tersenyum. "Enggak kak, bang Akbar tadi minggat bawa mobil gue sekarang belom pulang, kenapa gak dia tu bawa aja motornya! ngerepotin gue emang hobinya."

Marco tertawa mendengar curcol Cia.

"Balik sama gue aja kalau gitu. Tapi gue mau izin sama anak futsal dulu ya, kita ketemuan di parkiran," Cia mengangguk sambil tersenyum manis, dan Marco pergi dari kelas Cia.

Cia berjalan keluar kelasnya, tempat tujuan yang tepat untuk menunggu sekarang adalah rooftop. Cia dengan perlahan menaiki tangga, setibanya sampai di rooftop, dia menghembuskan nafas lega sembari meloncat-loncat dan mengangkat tangannya merasakan deru angin.

"Huuuu sejuknyaa," ucap Cia. Tapi ternyata bukan dia seorang disana.

Cia tidak sadar sama sekali kalau Andra memperhatikannya dari tadi. Lelaki itu tersenyum jahil melihat Cia.

"Ini rooftop, bukan gunung! Gausah segirang itu!" Cia menoleh. Raut wajahnya langsung berubah sebal melihat siapa yang ada didepannya sekarang.

"Ngapain lo disini!" tanya Cia dengan melotot.

"Emang sekolah ini punya nenek moyang loo?" Andra memasang wajah yang menyebalkan. Cia geram dan membuang wajahnya dari Andra.

Andra mendekati Cia.

"Kenapa sih lo kayak benci banget sama gue?" tanyanya dengan wajah tanpa dosa.

Cia menarik nafasnya. Lalu menjawab "karna lo tukang grepe-grepe cewek bege!"

Andra tertawa geli.

"Ahahahah. Trus kenapa? kan yang gue grepe-grepe juga cewek lain, bukan lo!" Andra masih tertawa.

Cia sangat emosi sekarang,dia menarik nafasnya dan mencoba mengatur emosinya menghadapi Andra.

"Lo gabisa terus-terusan benci sama gue, kita bakal ada dalam kelas yang sama, dalam waktu lumayan lama hahah," Andra mengucapkan dengan nada bersemangat sambil tertawa.

Cia mendekat dan menghadap berdepanan dengan Andra.

"Denger ya. Sampe kapan puun benci gue ke lo ga bakal ilang!" lalu dengan mengucapkan itu, Cia berjalan meninggalkan Andra yang masih menyengir.

"Benci itu bisa jadi cinta woi!" teriak Andra dengan menempelkan sisi tangannya ke mulut agar Cia bisa mendengar.

Cia yang mendengar itu langsung menoleh.

"MIMPI LO!" Cia menutup pintu rooftop dengan membantingnya.

Andra masih tertawa.

"Kesel aja terus, tambah seneng gue ganggu lo."

-

"Hei Ci, dari mana?" tanya Marco yang sudah menunggu dari tadi.

Cia menyengir. "Hehe maaf kak, habis dari toilet."

Marco hanya tersenyum dan mengangguk, lalu berjalan dengan Cia kearah motor sportnya. Ketika Marco dan Cia telah berlalu, Andra keluar dari balik dinding koridor yang menuju parkiran.

"Dari toilet? tahi kucing!"

-

"Makasih ya kak Marco." Cia tersenyum lebar.

"Iya sama-sama Ci, gue langsung balik ya?"

"Eh ga masuk dulu?" Cia menawarkan.

Marco menggeleng. "Gausah Ci, nanti ngerepotin, gue duluan ya. Oh iya, kalo besok mau berangkat bareng gue, lo chat gue aja."

Cia tersenyum, dalam hatinya dia berteriak senang.

"Iya kak, tapi kan gue belum ada kontak lo."

Marco menepuk jidatnya.

"Oh iya bego. Hape gue habis batre, ntar malem ya gue minta sama Akbar, nanti gue chat," Cia hanya mengangguk.

Marco menjalankan motornya dan melambai kepada Cia yang dibalasnya lambaian tangan juga.

Ketika diperhatikannya Marco sudah jauh, Cia berteriak.

"Yey! Marco.. idaman banget lo.." Cia melangkah kedalam rumah.

"Eh adek, dianter siapa tadi? Akbar mana?" tanya Mamanya ketika Cia sudah sampai ruang tengah.

"Eh mama? tumben pulang cepet. Cia dianter Marco, temennya Akbar." jawabnya santai.

Mamanya mengangguk. "Trus bang Akbar mana?" tanya mamanya kembali.

Cia terdiam, tidak tahu harus menjawab apa, pikirannya membayangkan kejadian tadi pagi, ketika Akbar bilang 'kalo lo kasih tau tante Ratna gue minggat, coklat lo dikulkas bakal gue habisin tanpa sisa' Cia cemberut, lalu menilat kearah mamanya.

"Masih latihan Futsal ma sama temennya," Cia terpaksa berbohong.

Mamanya megangguk "ooh yaudah, kalau gitu kamu langsung mandi gih," suruh mamanya.

Cia langsung berlari ketangga menuju kamarnya, ketika pintunya sudah tertutup Cia cemberut.

"Abang sepupu yang durhaka emang."

Cia mengirimkan pesan kepada Abangnya itu.

Cia Fiorenza : bang pulang. Dicari momsky!

Ketika Cia ingin menaruh handphonenya, Akbar membalas pesannya.

Akbar : lo dimana ogeb. Gue di sekolah nyari lu

Cia tertawa. "Haha karma karna bikin gue bohong sama mama."

Cia Fiorenza : udah pulang, dianter Marco.

Akbar : anjir lo-_-"

Cia tidak membalas lagi pesan Akbar.

Seletah berjam-jam memanjakan diri dan mengerjakan PR nya, Cia mulai memaikan handphonenya.

Baru saja duduk dikasurnya, Cia kaget karena pintu kamarnya dibuka oleh Akbar.

"Ck! Ketuk dulu!" Akbar hanya menyengir lalu diduk disebelah Cia.

"Sabar dulu dong, ini nih, Marco minta kontak lo," seketika Cia menyengir.

"Yaudah kasih-kasih!" ucapnya bersemangat.

"Dih seneng banget lo," Akbar tertawa singkat.

Cia menyenderkan tubuhnya dikepala tempat tidur dengan melipat kaki dan tangannya.

"Iyalah. Marco jauh dari Andra.. ibarat matahari dan pluto," ucapnya dengan cengiran.

"Lebay lu!" Akbar mengacak kepala Cia.

"Woi jangan acak-acak!" Akbar hanya tertawa dan keluar dari kamar Cia.

"Tutup pintunya!" ucap Cia dengan tertawa singkat.

Ting!

Sebuah suara yang menandakan ada chat dihandphonenya, Cia mebukannya dengan semangat.

Marco : gimana? Mau ga besok kesekolah bareng gue?

"MAU WOI" teriaknya.

Cia Fiorenza : boleh kak :)

Sebuah kebohongan ekspresi antara Chat dan Realita.

Marco : lagi apa ci?

Cia Fiorenza : lagi baca buku aja kak. Kalo kakak?

"Bohong aja dikit. Biar dikira anak teladan," Cia tertawa kecil.

Marco : mau tau banget? Tunggu ya

Cia menunggu pesan berikutnya dari Marco, tetapi Cia menunggu lama. Mungkin lama menurut dia, padahal baru dua menit dia menunggu.

Ting!

Cia langsung membukanya dengan bersemangat.

Marco : habis futsal (mengirim gambar)

Mata Cia membulat.

"Duh gilak Marco kece banget.."

Cia tersenyum dan meneruskan chatnya dengan Marco.

Akbar yang sedari tadi memperhatikannya ikut tersenyum. Dia mengirimkan pesan kepada Marco.

Akbar : kalo beneran suka sm adek gue jngn main-main. Gue matiin lo kalo dia sakit hati

Akbar kembali kekamarnya dan meletakkan handphonenya diatas meja belajarnya lalu pergi tidur.

Marco : tenang aja Bar gabakal gue sakitin. Adeklo tu langka 😍😍