Cerita ini bermula di suatu malam, saat itu hujan deras. Ada seorang ibu yang memohon kepada seorang pemuda agar membiarkan anaknya diakui oleh ayahnya.
Namun, Ayah dari sang anak tersebut tidak mau mengakui anaknya, " Cih, Siapa anak haram ini ! Aku tak sudi memiliki anak berdarah kotor ! Bawa dia pergi dari hadapanku ! ".
Mendengar hal itu sang ibu, mencoba untuk membujuknya lagi, " Sayang, Tolonglah, berikan kami belas kasihanmu...dia Lux, anakmu, aku mohon berikanlah belas kasihanmu, setidaknya biarkanlah Ia mendapatkan tempat yang layak. "
Sang ibu mengatakan hal itu dengan bersujud di hadapan sang ayah, Ia pun memanggil anaknya agar menyambut ayahnya.
" Lux kecil, ayo kesini, sambutlah ayahmu ! ".
Sang anak pun, bersujud dan berkata, " Ayah, terimalah hormatku ! ".
Mendengar hal ini, sang ayah pun mengangkat tubuhnya, kemudian membanting tubuh kecilnya ke dalam tempat sampah.
" Kau bukanlah bagian dari keluargaku, enyahlah kau wanita murahan beserta anak kotormu itu ! ".
Sang ayah pun mengeluarkan uang dari sakunya dan melemparkannya ke arah mereka berdua.
" Ambilah uang itu dan pergi dari sini ! Sebastian cepat kau urus masalah ini ! "
Sang kepala pelayan, Sebastian pun mematuhi perintahnya, dan Ia pun menghampiri Sang Ibu yang bersusah payah mengeluarkan anaknya dari tempat sampah itu, " Maafkan aku nyonya, kau dan anakmu tidak diterima disini, mulai sekarang hiduplah dengan bebas, jangan kau ganggu kediaman besar house Caveli. Ini ada sedikit uang, gunakanlah untuk mencukupi kehidupanmu ".
" Tidak perlu, paman. Kami tidak butuh bantuan apapun dari seorang pecundang sepertinya, kami pergi dulu.."
" Tapi..", Sebastian hanga dapat menghela nafas berat.
Sejak hari itu sang anak pun merasakan pukulan besar di hati kecilnya. Sosok ayah yang selama ini diceritakan ibunya tidak seperti harapannya.
Malam yang amat menyakitkan itu pun berlalu, sama seperti dendam sang anak yang semakin lama mengakar di dalam hatinya.