Chereads / Invented / Chapter 2 - 02

Chapter 2 - 02

Tari dan Nadira tengah tertawa bersama saat menuruni tangga, mereka berpapasan dengan Ari Cs. cowok itu terlihat lebih bahagia dari terakhir Tari bertemu, langkah cewek itu terhenti dan menarik tangan Nadira untuk ikut berhenti.

"Ada apa, Tar?" tanya Nadira yang belum menyadari keanehan dari sikap Tari, cewek itu melihat ke arah pandang Tari dan menemukan sebab kenapa sahabatnya itu jadi aneh.

Nadira menepuk bahu Tari pelan, "Udahlah, katanya lo udah ikhlasin Kak Ari sama Kak Vira." ucap Nadira, mengingatkan Tari dengan perkataan cewek itu tempo hari.

memaksakan senyumnya kepada Nadira walau hatinya masih terasa sakit, "Iya, aku udah ikhlas kok. cuma..."

"Cuma kenapa?" sela seseorang dari belakang mereka.

kedua nya menoleh dan menemukan Davi berdiri di sana sambil melihat ke arah pandang Tari dan Nadira tadi, "Lo nggak rela ya karena Ari lebih bahagia bareng Vira dari pada lo." tebak Davi menunduk menatap Tari yang lebih pendek darinya.

kepala Tari menggeleng kuat-kuat sampai membuat cewek itu pusing sendiri, " Nggak kata siapa?" Elak Tari menatap Davi dengan kepala mendongak ke atas.

"Kata hati lo." jawab cowok itu berlalu pergi ke lapangan Basket, tanpa memperdulikan Tari dan Nadira yang terbengong-bengong.

"Itu tadi beneran Kak Davi?" tanya Nadira, Tari mengangguk mengiyakan. "Sejak kapan Kak Davi bisa baca pikiran orang?" kali ini Tari menoleh ke  Nadira.

"Kamu percaya sama perkataan Kak Davi tadi, Nad?" tanya Tari.

Nadira berbalik menatap Tari, "Menurut gue, ucapan Kak Davi bisa di percaya. secara lo kan bucin banget kalo masalah Kak Ari." jawab Nadira tanpa rasa bersalah.

"Aku bukan Bucin ya!" seru Tari.

"Sekarang bukan, tapi dulu lo Bucin banget tahu nggak Tar."

"Enggak!"

tanpa mereka sadari rombongan Ari cs mendekati mereka, orang yang pertama antusias jelas Vira. cewek itu langsung merangkul kedua adik kelasnya itu.

"Hayooo lagi ngomongin apa sih?" tanya Vira yang direspon kedua cewek itu dengan kekagetan mereka.

"Bukan apa-apa kok, kak." jawab Tari yang diam-diam melirik Ari yang tak jauh dari mereka, cowok itu tengah mengobrol serius dengan Rey.

"Lagi ngomongin Bucin, Kak." jawab Nadira yang jujur banget.

dengan kesal Tari menutup mulut Nadira dengan ujung jilbabnya, "Dasar bawel, siapa yang Bucin!" seru Tari.

suara tawa yang di tahan terdengar di antara mereka berdua, "Kalian lagi ngomongin Bucin, pas banget dong sama Ari yang akhir-akhir ini jadi Bucin." ucap Vira melirik Ari yang menatapnya dengan tatapan aneh yang hanya kedua orang itu yang mengerti artinya.

"Apaan sih Vir, gue bukan Bucin ya? Arga tu yang Bucin." Ari mengelah tuduhan Vira tentang dirinya yang Bucin.

Vira melepas rangkulannya dari Tari dan Nadira, cewek itu mendekati cowok sekaligus sahabatnya yang kini telah resmi jadi pacarannya. "Masa,..." ucap Vira menatap Ari dari mata. cowok itu langsung mengalihkan pandangan ke arah lain sambil cemberut.

"Iya, gue bukan Bucin."

tiba-tiba Vira menarik tangan Ari dan suaranya berubah jadi terdengar manis, "Ari, beliin Es Krim." ucap Vira yang membuat bulukudu siapa pun jadi merinding termasuk Rey yang ada di dekat mereka.

Tari dan Nadira sekali lagi atau berkali-kali menatap tak percaya dengan apa yang mereka lihat, tangan Ari mengusap rambut panjang Vira yang di gerai. "Iya, nanti aku beliin." setelah mendapat jawaban dari Ari, Vira melepas tangannya dari cowok itu.

"Tu liatkan, "

Ari menepuk keningnya karena baru sadar di kerjain oleh Vira di depan adik-adik kelasnya, apa lagi di depan Tari. Tapi bukan Ari namanya kalo nggak bisa marah sama Vira, "Astaga, gue kena lagi." ujar Ari.

***

"Tari..." sapa Feby yang baru saja sampai di kelas, cewek itu langsung duduk disamping Tari.

"Hai, Feb."

cewek itu tersenyum dengan sapaan Tari, "Tar, tadi aku lihat kamu ngobrol sama Kak Vira Cs. kamu kenal sama mereka?" tanya Feby.

"Mmmm... iya, kenal. memang kenapa?" tanya Tari balik.

Suara tangan Feby terdengar menepuk, "Wah hebat kamu Tar bisa kenal sama mereka, aku aja yang dulu satu SMP sama mereka boro-boro bisa kenal dan deket sama mereka." kata Feby.

"Hehehe... itu juga karena aku kenal sama Kak Ari jadi bisa kenal sama semuanya."

"Wait, apa jadi kamu kenal Kak Ari duluan?" Tari mengangguk. "Aku kira kamu kenal Kak Rey duluan loh, soalnya dari semuanya cuma Kak Rey yang welcome." kata Feby.

"Enggak ah, semuanya baik-baik kok." jawab Tari.

"Ih masa sih! tapi kecuali Kak Riva deh! Kak Riva kan judes banget beda sama Kak Vira tapi Kak Vira sama aja sombong, mentang-mentang Kaptem tim Volly putri jadi belagu." ucap Feby, Tari hanya bisa berbicara dalam hati mendengar tuduhan yang di lontarkan oleh Feby kepada Vira dan Riva bertolak belakang dengan yang di katakan oleh Feby.

Feby masih semangat membahas Ari Cs, "Terus-terus ada Kak Ari yang super baik dan ganteng, pinter lagi. pokoknya nilainya Kak Ari A+ deh! pasti kamu setuju dong sama aku." kalo masalah Ari, Tari yang paling tahu penilaian Ari lebih dari A+ karena Ari nggak ternilai.

"Tapi denger-denger Kak Ari jadian ya sama Kak Vira?"

"Eh..."

"Iiih kok gue sebel ya mereka jadian, emang apa bagusnya sih kak Vira. cewek kurus kering gitu juga, kan sayang banget kalo Kak Ari yang ganteng dan pinter pacaran sama cewek model kak Vira." kata Feby, membuat Tari cuma bisa diam dan mendengarkan.

"Memang menurut kamu, siapa yang lebih pantes jadi pacar Kak Ari?" tanya Tari ingin tahu.

Feby terdiam cukup lama, memikirkan kandidat calon pacar yang pantas untuk Ari. "Aaahh... Kak Stella, kamu pasti kenal."

"Kak Stella yang model itu?" tanya Tari, Feby mengangguk penuh semangat. semua orang akan berpikiran seperti itu tapi tidak dengan Tari yang udah kenal Ari dan Vira, buat Tari yang pantas untuk Ari tetaplah Vira. sebagaimana pun Tari menyukai Ari tetap saja cowok itu tidak akan pernah berpaling dari Vira, mau bagaimana pun usaha Tari atau pun Vira untuk membuat Ari jatuh cinta sama Tari tetap saja Ari akan selalu melihat ke arah Vira.

"Yupz, lebih pantes kak Stella, udah cantik, pinter, dan model lagi. poinnya lebih unggul deh dari Kak Vira yang pas-pasan." ujar Feby.

suara bell masuk berbunyi menghentikan Feby untuk sementara, Tari hanya menggeleng pelan dan mengeluarkan buku-bukunya yang tanpa sengaja mengeluarkan sesuatu yang terjatuh ke bawa.

"Apaan ya?" tanya Tari pada dirinya sendiri.

Feby hanya diam dan sekali-kali mengintip catatan kecil yang tejatuh, "Apaan itu Tar?" bisik Feby saat seorang guru sudah masuk ke dalam kelas, bersama seorang cowok yang membawa tumpukan buku Tugas milik kelas tersebut.

"Makasih Davi, kamu bisa menaruh di atas meja terdekat." kata Bu Guru.

"Baik, Bu."

yang di lakukan Davi adalah menaruh buku di meja Tari yang berada di tengan-tengah barisan, semua mata menatap ke arah mereka tidak terkecuali Feby yang menatap dengan tatapan terpesona. kalo di Jurusan IPA ada Ari dan Rey, tak mau kalah di Jurusan IPS ada Davi dan Tristan.

Bu Ika hanya diam, guru itu lebih memilih menulis di papan tulis tugas yang akan beliau berikan sambil melihat jam tangannya.

"Oke, Anak-anak. hari ini Ibu tidak bisa mengajar, tapi ibu akan memberikan tugas untuk kalian. dan sebagai pengawas, Ibu meminta Kakak kelas kalian Daviano untuk mengawasi selama ibu tinggal jadi sebelum bell berbunyi kalian di larang keluar kelas. semua mengerti."

semua perhatian beralih ke arah Bu Ika. "Mengerti Bu."

***

45 menit Davi berada di kelas Tari cowok itu duduk dengan santai di meja Guru sambil mengerjakan soal di buku LKS yang di tinggalkan oleh Bu Ika, cowok itu sekali-kali melihat ke arah adik kelasnya yang hening sibuk mengerjakan tugas dari Bu Ika. ia juga melihat Tari yang diam-diam mencuri pandang ke arahnya, bukannya hanya Tari tapi anak-anak yang lain pun juga tak kalah melihat ke arahnya.

"Kurang 15menit lagi kumpulkan." kata Davi dengan suara kerasnya.

suaranya itu bisa membuat seisi kelas yang tenang mulai panik, cowok itu berjalan berkeliling meja dan berhenti di meja Tari. Tari reflek mendongak menatap balik Davi yang menatapnya, cowok itu tersenyum manis, senyum yang jarang orang lihat.

"Pulang sekolah gue tunggu di depan gerbang kayak kemarin." ucap Davi membuat Tari menunduk, Feby jelas mendengar apa yang di ucapkan Davi kepada Tari.

"Tar..."

"Ssssttt... waktu tinggal 5menit lagi!" seru Davi melihat ke jam dinding yang dipasang di atas papan tulis.

***

"Ya ampun, satu jam berasa setahun di kelas." ujar teman Tari saat mereka keluar kelas.

menggeleng, "Gue nggak percaya Kak Davi bisa sesadis itu." kata Putri.

"Lo nggak percaya apa lagi gue yang Fans-nya, tambah nggak nyangka." jawab Dessy.

"Eh Btw tadi Kak Davi ngomong apa sama lo, Tar?" tanya Mila cewek yang duduk disamping Tari di kantin, Tari yang di tanya tersedak.

teman-temannya langsung menyodorkan minuman ke Tari. "Pelan-pelan Tar."

"Santui, Tar"

"Woles, woles, Tar. ni minum." ucap Dessy.

Tari beruntung punya teman-teman baru yang super perhatian dengan dirinya, apa lagi mereka satu Kost dengan Tari. jadi bisa berangkat pulang bareng, "Makasih Guys."

"Sama-sama." jawab mereka kompak.

"Jadi gimana, apa yang di omongin Kak Davi ke elo tadi?" Mila menatap Tari penuh penasaran.

"Eh tunggu deh, kemarin lo pulang dianter siapa Tar?" tanya Putri yang baru ingat kemarin Tari pulang nggak bareng mereka bertiga.

"Aku pulang..."

"Aduh gue baru inget, gue sama Astuti kemarin ketemu Kak Davi di Warung nasi Goreng bareng cewek." kata Dessy lagi.

"Kok lo baru ngomong sekarang?" ucap Mila dan Putri.

"Sorry gue lupa." jawab Dessy.

"Terus-terus, ceweknya cantik nggak?" tanya Putri antusias.

"Cantik, wajahnya hampir sama kayak Kak Davi manis dengan kulit sawo matang. mirip pokoknya."

"Adiknya kak Davi kali?"

"Ah masa, tapi bisa jadi sih!"

"Denger-denger Kak Davi anak pemilik Yayasan Panti Asuhan gitu ya?"

"Kedengerannya sih gitu tapi masa sih?" "Gue nggak percaya, gue malah percaya kalo Kak Davi tu sebelah dua belas sama Kak Daniel."

dari obrolan teman-temen Tari inilah Tari jadi tahu siapa Davi, image cowok itu emang sesuai rumor yang beredar. Davi memang sesuai dengan karakter yang dibuat oleh teman-temannya, apa lagi selama ini Davi tipe cowok yang baik dan suka membantu dan menolong termasuk nolongi Tari waktu tersesat di hutan.

***