Terpaksa, mau tidak mau Abare harus segera minta maaf. Walau bukan sepenuhnya kesalahannya, tapi ia hanya ingin menjaga keadaan emosional istrinya. Agar tidak berdampak lebih pada anak yang ada di kandungan istrinya itu.
Abare mengusap wajahnya, menghembuskan nafas lelah. Dia tidak bisa mengutarakan hal yang manis di depan Momo.
Tidak, jangan paksa Abare. Akan sangat terlihat kebohongannya bila ia melakukan itu. Lebih baik ia utarakan apa adanya saja tanpa dilebih-lebihkan.
Tapi, Momo ingin sesuatu yang lebih manis dan hangat. Ia ingin sosok Abare menjadi jauh lebih romantis. Ia ingin ada ungkapan cinta dari Abare.
Sungguh hal yang kontradiktif.
Risiko cinta bertepuk sebelah tangan yang dipaksakan.
"Jangan Bebani pikiran mu tenang hal yang tidak penting. Kau sudah lelah secara fisik, jangan sampai kau lebih lelah daripada ini. Istirahatkan pikiran mu. Lebih baik kau tidur atau mencari hiburan ketimbang memikirkan sesuatu hal yang tidak mungkin terjadi. Ah! Maksudku...."
