Chereads / Another Popularity / Chapter 23 - 23-Tak Sehat Pt.2

Chapter 23 - 23-Tak Sehat Pt.2

Ujung hidung mereka berdua bersentuhan, mata mereka berdua bertatapan dalam jarak yang sangat intens. Hingga Leony dapat melihat kilat tajam yang membius banyak perempuan itu secara mendalam. Leony adalah satu-satunya gadis yang mendapat akses pribadi untuk menatap Abare sedekat ini. Kalau saja ada dokter dan asistennya di ruangan itu, pasti mereka sudah berdehem untuk menginterupsi kegiatan mesra mereka tersebut.

Kalau iri bilang saja. Begitulah ujar Abare nanti kalau memang itu terjadi.

"Aku tidak pernah sedetikpun berpikiran kalau kau melakukan itu dengan Shouki sial*n itu. Aku tahu kau bukanlah gadis seperti itu," ujar Abare. Ia beringsut mundur perlahan. Karena ia tersadar kalau posisi mereka ini sudah terlalu dekat. Dia juga tidak ingin melakukan hal yang tidak-tidak karena terbawa hasrat dewasanya.

Lelaki yang sangat menjaga gadisnya. Bahkan dia belum ada niatan untuk mencium bibir gadis itu sebelum dia resmi dinyatakan sebagai pasangan hidup Leony.

"Terima kasih Abare. Terima kasih sudah percaya," ujar Leony. Ia tergagap karena gugup yang melanda hatinya. Perlakuan mesra Abare tadi membuat jantungnya berdetak kencang tak karuan. Rasanya Leony ingin teriak sekarang kalau dia tidak malu untuk melakukan itu.

Leony yang tadi masih terisak kini mulai lebih tenang. Setidaknya ia kini tahu bahwa Abare percaya dengan dirinya. Ya, satu-satunya orang yang percaya pada dirinya kini hanyalah Abare. Tapi beberapa saat kemudian Leony baru tersadar akan sesuatu. Alisnya bertautan, menandakan ia tengah merasa heran.

"Apa maksudmu? Momo? kita? astaga... jangan-jangan kau juga...."

"Ya, ada video lain yang memuat adegan gila antara orang yang sangat mirip denganku dengan Momo. Aku tak percaya ada orang yang membuat video seperti itu lalu diubah sedemikian rupa agar menyerupai kita," ujar Abare.

"Tapi..." Leony masih belum dapat mencerna maksud Abare. "Darimana kau bisa berpikiran kalau Shouki dan Momo adalah dalang dari video yang tersebar di sekolah?"

Abare memijat pangkal hidungnya pelan. Sulit kalau tidak menjelaskan serinci mungkin pada gadis sepolos dan selugu Leony.

"Apa kau tidak menangkap gelagat busuk mereka itu? mereka sengaja melakukan ini semua agar bisa memisahkan kita berdua. Kalau mereka bukan orang yang sengaja membuat video itu, lalu kenapa mereka tidak menolak atau menyanggah kalau mereka merupakan orang yang terlibat di video itu? maksudku..." Abare terdiam lalu mengambil nafas sejenak.

"Yeah bisa saja kan mereka menolak kalau mereka memang tidak ingin dinyatakan sebagai pelaku di dalam video itu? Intinya mereka ingin agar apa yang orang duga tentang mereka itu benar adanya. Hingga kita berdua sama-sama tidak dapat mengelak juga. Padahal kita bukanlah orang yang melakukan perbuatan asusila di video itu," ujar Abare menjelaskan panjang lebar pada Leony. Ia berharap gadis di hadapannya ini paham dan mengerti betul maksud Abare sekarang.

Leony mengangguk pelan, keningnya mengerut, matanya seakan menerawang jauh ke dalam pikirannya sekarang. Ia mulai dapat menangkap maksud kecurigaan Abare.

"Aku mengerti," balas Leony. "Pantas saja Shouki tidak menolak ketika orang tuaku dan orang tuanya berniat untuk membuat pesta pernikahan kami berdua. Malahan, ketika aku berusaha untuk menjelaskan yang sebenarnya pada ibunya Shouki, Shouki berusaha untuk menghalangi ku. Dia terus memotong perkataan ku, dan gilanya dia mengakui kalau dirinya telah meniduri aku. Apa-apaan semua itu?" Leony terlihat kesal. Wajah imutnya itu semakin membuat Abare gemas kita berekspresi marah.

Tahan Abare, kau mungkin memang sangat ingin mencubit dan mencium pipi merah muda Leony. Tapi ingatlah, situasi sekarang tidak sesuai untuk itu.

Leony tidak suka dirawat di klinik ataupun rumah sakit. Ia tidak terbiasa berbaring terus menerus dan menyusahkan orang lain lebih lama. Ia harus terlihat tegar meskipun ia masih merasa kurang sehat sekarang.

"Mochi bodoh, jangan paksakan kondisimu. Aku tidak mau kau drop lagi. Sekarang saja kau masih belum sepenuhnya pulih," ujar Abare cemas. Tapi ia berusaha menutupi kecemasannya tersebut. "Tapi kau jangan berpikiran lebih kalau aku mengkhawatirkan dirimu. Aku hanya tidak ingin orang-orang mengira aku sebagai seorang penculik yang menculik gadis dan membuatnya sakit."

Leony terkekeh pelan, lucu sekali baginya melihat Abare yang bertingkah seperti itu. Abare selalu menutupi perasaannya yang sebenarnya di depan Leony. Padahal Leony tahu kalau sekarang Abare sedang mengkhawatirkan kondisi Leony.

Kini mereka sudah menyusuri jalanan bersama untuk pergi menuju ke sebuah stasiun kereta cepat. Mereka berniat untuk pergi dari pulau itu ke daerah Tokyo. Hal itu sudah mereka

Senyum cerah di wajah Leony tiba-tiba sirna karena rasa pusing yang menyerang Leony secara tiba-tiba. Ia sempoyongan dan hampir pingsan. Beruntung, Abare sempat menyangga tubuhnya sebelum jatuh pingsan ke tanah.

"A-aku tidak apa-apa Abare. Maaf, aku hanya salah lihat dan tersandung," ujar Leony berbohong. Padahal dirinya masih merasa sangat pusing sekarang ini.

"Ck, jangan berbohong mochi bodoh," ujar Abare. Ia lalu menunduk sedikit dan meraih betis Leony. "Jangan dipaksakan kalau masih belum sembuh. Aku akan mengantarmu kembali ke klinik."

Abare menggendong Leony dengan gaya bridal style, tentu saja gadis yang sering dipanggil mochi ini menjadi ketar-ketir tak karuan. Dadanya yang sudah berdegup normal kembali terpacu. Endorphin yang ada di tubuhnya kembali naik, dia tak dapat mengungkapkan perasaannya sekarang yang kembali terlalu senang saat dirinya digendong oleh Abare.

"Abare...jangan bawa aku ke klinik lagi. Aku tidak mau dirawat lagi. Aku baik-baik saja. Aku tidak mau ke sana lagi." Leony menatap Abare dengan tatapan memelas.

Abare yang sempat melirik ke arah Leony menjadi tak tega untuk menolak permohonan gadis berjaket merah muda itu. Tapi melihat kondisi Leony sekarang, ia tidak mau kalau keadaannya semakin memburuk.

Abare tahu, sangat tahu kalau Leony tidak suka bau obat-obatan dan jarum suntik. Ia selalu paranoid bila mendengar kata klinik dan rumah sakit. Ketakutan Leony yang tidak pernah luntur sampai sekarang adalah jarum suntik, apapun yang terjadi Leony sangat tidak suka dengan benda itu.

"Abare, aku mohon," ujar Leony semakin memelas. Tapi Abare tetap melangkah kembali menuju klinik.

Leony kesal, dia memukul pelan dada bidang Abare. Dia berusaha membuat Abare mengurungkan niatnya untuk membawa Leony ke klinik.

DEG

DEG

DEG

Leony mengernyit, ia bisa mendengar detak jantung Abare yang berdetak cepat sekali. Apakah itu adalah tanda kalau Abare juga sama berdebarnya bila di dekat Leony? memikirkan jawabannya membuat semburat tipis di wajah Leony kembali muncul.

Lelaki bersurai blonde itu berusaha tak menatap Leony, ia fokus menatap ke depan. Manik mata Leony begitu kuat untuk meruntuhkan pertahanan hati Abare. Jadi agar ia tak terbujuk permohonan Leony, dia sengaja untuk tak menatap mata gadis itu.

Namun, Abare tiba-tiba berhenti, raut wajahnya yang tadinya biasa saja kini berubah drastis. Abare seakan melihat sebuah bencana di depan matanya.

"Ada apa Abare?" tanya Leony heran.

"Kita harus pergi dari sini. Orang-orang sial*n itu sudah mencari kita sampai ke sini," jawab Abare dengan ekspresi tegang.