"P-pacaran? mana ada!" seru Leony dengan wajah merah padam. Ia langsung menutupi wajahnya dengan tas buku tugas miliknya.
'Kelihatan sekali kalau dia suka dengan Bakura,' batin siswi lain.
"Astaga, kau pasti orang yang spesial untuk Bakura dan begitu juga sebaliknya. Sampai-sampai dia selalu mengalah bila kau melakukan sebuah kesalahan padanya," ujar Momo lagi. Ia nampaknya ingin mengusili Leony.
"B-bukan begitu," elak Leony. "Kami hanya...hanya...hanya sudah lama saling kenal. Itupun juga hanya sekedar kenal saja. Tidak lebih."
Momo tersenyum lalu mendenguskan tawa, dia puas melihat sikap Leony yang menjadi salah tingkah sendiri. Dia ingin lanjut mengusili Leony lagi, namun niatannya tiba-tiba terhenti karena sebuah hentakan keras di meja tersebut mengagetkan seisi kelas. Dan pelaku dari terciptanya suara keras itu siapa lagi kalau bukan Abare.
"Jangan bicara yang aneh-aneh dasar orang aneh. Selalu ingin tahu kehidupan orang lain. Seandainya kau bukan perempuan maka aku akan melemparmu dari lantai dua ini sekarang juga," ujar Abare dengan tatapan tajam dan nafas yang menderu. Ia sangat tidak suka bila ada orang lain yang ingin mencari tahu tentang kedekatannya dengan Leony. Karena bagi Abare mereka hanyalah pengganggu saja.
Mereka semua yang ada di sana hanya menelan ludah kasar, perkataan Abare seperti perintah mutlak yang membuat orang-orang di sekitarnya terdiam membisu.
"Err....Abare, jangan begitu. Mereka hanya bercanda saja kok. Lagipula memang benar kan kalau kita berteman dekat?" ujar Leony dengan maksud menenangkan Abare.
Abare melirik sedikit ke arah Leony lalu ia berdecih. Membuat sakit memang kalau seseorang yang kita suka berkata 'kita teman'. Tapi Abare tidak mungkin juga untuk menampik perkataan Leony dan mengatakan mereka punya hubungan yang spesial lebih dari itu. Mana ada mereka punya hubungan sedekat itu, meskipun mereka pada dasarnya memang dekat.
Dering bel sekolah yang nyaring terdengar, menandakan waktu pelajaran sudah tiba. Sebentar lagi guru yang akan mengajar di kelas mereka akan masuk.
Namun kali ini seluruh perhatian para siswi di kelas itu tertuju pada seorang pemuda yang nampak asing di penglihatan mereka. Pemuda itu adalah siswa baru di kelas tersebut, alangkah bahagianya para siswi di sana. Terkecuali Leony, ia biasa-biasa saja melihat siswa baru tersebut.
Siswa baru itu mempunyai rambut lurus halus seperti gaya lelaki jepang pada film-film romansa jepang, ada sedikit bekas luka bawaan pada mata kirinya tapi hal itu tidak membuat ketampanan siswa tersebut berkurang. Tatapan matanya yang tegas dan hidung mancungnya ditambah dengan senyum tipi manis yang membuat seluruh siswi di sana meleleh melihatnya.
"Dia tampan sekali, aku berharap dia meminta nomor ponselku nanti," bisik seorang gadis berambut biru tua.
"Tidak mungkin. Yang ada kita harus meminta nomor ponselnya duluan. Jangan bermimpi ketinggian, kita bukan berada dalam novel romantis online," balas siswi lain didekatnya berbisik.
"Baiklah, seperti yang kalian lihat. Di samping saya sudah ada siswa baru pindahan dari Shibuya," ucap guru tersebut. "Perkenalkan dirimu Nak," ujar beliau sembari menoleh ke arah siswa baru tersebut.
"Baiklah, nama saya Tenuka Shouki. Saya pindahan dari Shibuya Internasional School, mohon bantuannya teman-teman semuanya." Siswa bernama Shouki itu membungkukkan tubuhnya dengan sopan pada warga kelas tersebut.
"Silakan duduk di tempatmu Tenuka-san. Meja mu ada di sudut sana," ujar guru tersebut seraya menunjuk ke arah bangku kosong di sudut ruangan.
Para siswi tak henti-hentinya berbisik membicarakan sosok Shouki itu. Mereka terpesona dengan ketampanan Shouki. Namun Leony tidak peduli, dia bersikap biasa saja. Ia sibuk mencari buku pelajarannya, ia cemas kalau bukunya tertinggal di rumah.
Di sisi lain, Abare masih memantau Leony. Ia bersyukur Leony adalah tipikal gadis yang tidak terlalu memperhatikan para lelaki, meskipun ada lelaki tampan, kaya, ataupun keren di dekatnya, ia tetap biasa saja. Karena dia orang yang tidak menyibukkan diri dengan hal yang berbau asmara.
Tapi kali ini nampaknya Abare punya saingan baru untuk mendapatkah hati Leony. Sebab, Shouki sedari tadi terus melirik ke arah Leony. Ia nampaknya terpikat dengan wajah manis menggemaskan Leony tersebut.
*****
Waktu istirahat tiba, seluruh siswa-siswa di Kiyo Gakkuen sedang berpencar menuju tujuan masing-masing untuk beristirahat. Entah itu kantin, taman, dan lain-lain.
Namun kali ini Leony berbeda, ia membawa bekal cantik berbentuk wajah kucing yang lucu. Nasi yang ia hiasa dengan potongan telur dadar gulung dan sayuran seperti wortel, sawi, dan daging ayam yang ditumis membuat makanannya terlihat cantik dan juga sangat lezat. Leony menyiapkan bekalnya sendiri, dia adalah gadis yang terampil dan rajin.
"Hai, boleh aku bergabung?" tanya seseorang, dia memegang pelan bahu Leony yang tengah sibuk menyiapkan sumpit dan air minum. Leony kali ini memilih makan di kelas saja.
"Ehh? oh iya, silakan." Leony mempersilakan Shouki duduk di bangku depannya. Shouki langsung memutar arah bangku itu ke arah meja Leony agar ia dapat makan berhadapan dengan gadia tersebut.
"Terima kasih, err...namamu siapa?" tanya Shouki lagi. Seperti biasa, tentunya pendekatan diawali dengan perkenalan.
"Namaku Leony Akira, salam kenal Tenuka-san." Leony menjawab sambil tersenyum menggemaskan. Pipi gembil Leony yang putih merona sangat mulus sekali terkena sinar mentari yang masuk ke kelas.
Shouki mengerjapkan mata, ia terpesona dengan gadis yang ada di hadapannya ini. Seumur hidupnya di sekolah selalu ia yang didekati oleh para gadis, dan sekarang malah ia yang mendekati seorang gadis sekarang.
"Salam kenal juga Akira-san. Bicara soal itu, kau boleh memanggilku Shouki, jangan terlalu formal karena kita teman." Shouki mengatakannya dengan senyum manisnya.
"Oke kalau begitu," jawab Leony santai. "Kalau begitu panggil aku Leony saja, tidak usah panggil pakai marga."
Ketika dua insan manusia itu tengah berkenalan, ada seseorang lain yang datang dan menghentakkan kotak bekal miliknya di meja Leony. Dengan mengambil sebuah kursi, siswa itu duduk di antara Leony dan Shouki dengan wajah masamnya.
"Abare," sapa Leony dengan wajah cerah. "Hari ini kau bawa bekal apa?"
"Bisa kau lihat sendiri dasar mochi bodoh," balas Abare sembari menyiapkan botol minumnya.
"Boleh aku buka nih?" tanya Leony memastikan, Abare hanya mengangguk dan setelah itu Leony membuka kotak bekal tersebut.
Kotak bekal berwarna hitam polos itu berisi makanan yang aromanya sangat harum, ada masakan yang sangat enak di dalamnya. Tapi cara Abare menghias bekalnya tersebut membuat orang berpikir dua kali dulu untuk memakannya.
Bagaimana tidak?
Nasi yang dibentuk menjadi simbol tengkorak, dengan dua buah paha ayam goreng yang disilangkan dibawahnya. Lalu diatas sayur di bekal Abare ada saus mayonais yang membentuk tulisan 'awas ini beracun.' Wajar saja orang takut untuk memakan makanan itu walaupun aromanya sangat menggugah selera.
"Wah! jagung dan wortel tumis," ujar Leony dengan mata berbinar.
"Kalau mau ambil yang rapi," balas Abare seraya memisahkan dua sumpit yang ia bawa. "Dan kau hari ini tumis sawi? tumben kau makan sayur hijau."
"Aku ingin memulihkan berat badan ku Abare. Kalau tidak, seragam sekolah ini takkan muat untuk 2 bulan ke depan," balas Leony dengan wajah sedih.
"Tch, bajumu tidak muat bukan karena badanmu yang melebar." Abare diam setelah itu sambil menatap Leony.
Leony mengernyit heran. "Lalu karena apa kalau bukan itu?"
"Seragammu tidak muat karena dada dan bokongmu yang semakin besar setiap hari. Jadi meskipun kau diet sampai kau kelaparanpun takkan ada gunanya," jawab Abare dengan santai lalu mengangkat sumpitnya. "Ittadakimasu."¹
Leony dan Shouki yang mendengar itu hanya bisa mengerjapkan mata. Bisa-bisanya Abare berbicara sefrontal demikian. Leony jadi memerah hebat karena malu dibuatnya, sedangkan Shouki memerah karena ia sedikit kesal dengan Abare yang sangat santai menyebut-nyebut bagian tubuh Leony seperti itu. Shouki yakin Abare sering berpikiran mesum tentang gadis gembil tersebut.
"I-ittadakimasu," balas Leony terbata-bata. Ia malu sekali disebut Abare demikian. Tapi Leony tahu ia mengatakan hal seperti itu bukan bermaksud melakukan pelecehan, melainkan ingin menghibur Leony.
Mereka makan dalam diam. Namun ada yang tidak Leony sadari, yaitu perang dingin antara Abare dan Shouki. Sedari tadi mereka beradu tatapan yang tajam dan menusuk, sepertinya mereka siap baku hantam sekarang juga kalau tidak ada Leony.
Mari kita percepat waktunya. Kini bel sekolah telah berdering. Bukan bel menandakan jam istirahat, tapi bel yang menandakan waktu pulang telah tiba. Seluruh siswa termasuk Leony, bergegas pulang menuju ke rumah masing-masing.
Sudah menjadi kebiasaan Abate untuk menunggu Leony keluar sekolah dulu baru ia akan berjalan pulang. Mereka selalu pulang bersama setiap hari. Ketika Leony menanyakan kenapa ia selalu bersamaan dengan dirinya ketika pulang sekolah Abate selalu mengelak dengan berkata 'Siapa juga yang ingin pulang bersamamu? kau terlalu percaya diri mochi bodoh!'
Abare terlalu tsundere dan gengsian untuk mengutarakan maksud sebenarnya pada Leony. Ia selalu saja mengelak dan berdalih dengan banyak hal, padahal Leony tahu kalau ia bermaksud untuk menemani, menolong, dan membantu Leony.
Tapi kali ini berbeda, ada satu orang lagi yang ingin pulang bersama Leony. Dan itu membuat Abare geram.
"Sedang apa kau di sini hah?" tanya Abare pada seorang siswa yang berdiri di samping Leony.
"Tentu saja pulang bersama Leony," jawan siswa itu santai. Siapa lagi kalau bukan Shouki orangnya.
"Memangnya siapa yang mengajakmu pulang bersama hah?" tanya Abare dengan nada yang tidak santai, lagi.
"Dan kau sendiri kenapa pulang bersama Leony hah? nampaknya dia tidak mengajakmu pulang bersamanya," balas Shouki mulai terpancing emosi.
"Aku dan si mochi bodoh ini satu arah. Tidak, tepatnya satu komplek. Yaitu komplek Hanagami," jawab Abare dengan perasaan bangga. Walau dia berusaha menutupi perasaannya tersebut. "Jadi aku pulang bersamanya bukan karena diajak. Tapi karena kami satu arah. Bukannya tadi kata Hiroguki-sensei² kau itu tinggal di daerah komplek Sakurajima?
Shouki tidak bisa berkutik, dia kalah telak. Tentu saja Abare punya alasan untuk selalu pulang bersama Leony. Namun kini Shouki juga tak mau kalah. Ada alasan ataupun tidak, dia tetap akan pulang bersama Leony. Enak saja Abare mau berduaan terus menerus dengan gadis yang dirinya sukai, begitulah pikir Shouki.
"Persetan dengan dirimu, aku akan tetap pulang bersama Leony walau tidak searah. Kau tidak melarang ku kan Leony?" ujar Shouki lalu menoleh dan memasang wajah memelas pada Leony.
Author's Note :
1. Ittadakimasu : artinya selamat makan dalam bahasa Jepang. Selalu diucapkan sebelum makan. Ittadakimasu adalah bentuk formal dari kata ittadaki.
2. Penggunaan imbuhan 'sensei' : selalu digunakan untuk memanggil seorang guru atau pengajar. Orang Jepang punya banyak imbuhan untuk memanggil orang lain sesuai dengan kedudukannya. Baik itu orang yang sudah akrab, keluarga, atau orang di sekitar mereka.