Chereads / World In The Mirror : Kathreftis / Chapter 2 - O2 — Benua dalam cermin, Kathreftis

Chapter 2 - O2 — Benua dalam cermin, Kathreftis

"ASTAGA!!!" Jerit Rabical ketika Elias mengakhiri ceritanya. "JADI KAU ADALAH PETUALANG YANG DIRAMALKAN ITU?!!"

Elias mengerutkan keningnya heran. Petualang yang diramalkan? Memangnya Elias sedang syuting film Alice In Wonderland? Dunia Fantasi seperti itu kan hanyalah karangan semata dan tidak nyata.

Semakin lama ia berada di dunia ini, semakin pula Elias tidak mengerti. Menyentuh cermin misterius itu adalah kesalahan. Berkat cermin itu, sekarang ia harus terjebak di dunia aneh bersama makhluk yang juga sama anehnya.

"Melihat wajah jelekmu itu bingung, sepertinya Rabical yang jenius ini harus menjelaskan pyon!" Rabical membusungkan dadanya dengan penuh sombong.

Sebenarnya Elias ingin protes karena dia diejek jelek oleh seekor kelinci, tetapi Elias sudah terlalu lelah untuk bertengkar. Jadi dia hanya bisa pasrah sembari meminta Rabical untuk menjelaskan.

"Kathreftis adalah sebuah nama benua yang memiliki 20 Negara di dalamnya. Benua ini sering didatangi oleh para petualang untuk membasmi monster dan mendapatkan uang sesuai jumlah monsternya. Tugasku sebagai kelinci pascal adalah mendampingi para petualang yang datang ke benua Kathreftis dan membantunya mencari informasi" Rabical berhenti sejenak untuk mengambil napas.

Dia melanjutkan, "Namun semenjak Kaisar kami dinyatakan meninggal 100 tahun yang lalu, benua ini penuh dengan kekacauan. Para bangsawan menindas rakyat kecil. Para Dewan berjabatan tinggi banyak yang korupsi, namun mereka masih saja dilindungi oleh keluarga kerajaan dan dinyatakan tidak bersalah. Rakyat kecil generasi tua semakin miskin dan kehilangan pekerjaannya sementara yang generasi muda tidak bisa mencapai cita-citanya akibat kebijakan tidak masuk akal yang disahkan para dewan"

Elias merasa bersimpati dengan rakyat-rakyat kecil tersebut. Meski Elias yakin bahwa para petinggi di dunianya dulu juga banyak yang berkorupsi, namun setidaknya rakyat-rakyat di dunianya masih bisa hidup nyaman dan mendapatkan pekerjaan yang cukup.

Dia jadi teringat dengan Nenek Marshall. Di Kathreftis, banyak orang-orang seperti Nenek Marshall yang menderita karena kebijakan yang tidak adil. Elias pasti tidak akan tega melihatnya.

"Tidak hanya itu. Para rakyat kecil yang melakukan demonstrasi diculik dan akhirnya menghilang tanpa jejak. Petualang-petualang juga jadi mendapatkan uang banyak dan jabatan tinggi kalau berpihak pada keluarga kerajaan. Makanya alhir-akhir ini banyak petualang yang meninggalkan tugasnya membasmi monster sehingga jumlah monster meningkat menjadi 50%" Lanjut Rabical dengan getir.

Elias menganga tidak percaya ketika mendengar jumlah monster yang ada. "Lima puluh persen?!! Berarti monster-monster itu sudah menguasai setengah wilayah dari benua ini?!"

Rabical menganggukkan kepalanya membenarkan ucapan Elias. Hidup berdampingan dengan monster yang bisa kapan saja memangsa dirinya adalah hal yang tidak pernah terbayangkan oleh Elias sebelumnya. Pasti sudah ada banyak sekali manusia yang menjadi santapan para monster itu.

"Lalu suatu hari, ada seorang penyihir yang kehilangan orang yang berharga baginya karena kebijakan tersebut. Penyihir itu murka dan mulai menyerang keluarga kerajaan. Namun, akhirnya penyihir itu dijatuhi hukuman dibakar sampai mati. Di tengah kobaran api yang berkobar, penyihir itu berteriak dengan lantang,"

Rabical berdeham. Kemudian ia mengubah suaranya seolah-olah dirinya adalah penyihir itu. " 'Sebuah portal akan terbuka!! Dan ketika waktunya sudah tiba, aku akan memanggil 4 orang pahlawan dengan kekuatan besar untuk mengembalikan perdamaian pada benua ini!!' "

Elias tertegun mendengar pernyataan yang dibawakan sang penyihir. Dia kehilangan orang yang dia sayangi dan dia tetap berusaha untuk membalaskan dendam hingga akhir hayatnya. Elias paling paham rasanya kehilangan orang yang sangat berharga baginya. Dia juga merasa ada kemiripan antara dia dengan sang penyihir.

Namun karena itulah, Elias tidak bisa membantu penyihir itu untuk membalaskan dendamnya. Karena dia sendiri juga harus mencari Belle yang merupakan orang yang dia anggap berharga. Penyihir itu juga pasti akan paham perasaan Elias sekarang.

"Aku ingin membantu. Tapi aku harus segera pulang dan mencari orang yang aku sayangi. Jadi tolong beritahu cara keluar dari dunia ini" ucap Elias dengan bersungguh-sungguh. "Lagipula, aku tidak punya kekuatan yang besar. Aku cuma anak pinggir kota yang biasa saja. Tidak mungkin aku adalah petualang yang diramalkan itu"

"Ah, soal itu..." Rabical terlihat ragu-ragu untuk menjawab permintaan Elias. "Sebenarnya aku juga gak tahu pyon"

Elias mematung untung beberapa detik. Rasanya seperti anda menjadi ironmen, bukan. Rasanya seperti ada petir yang menyambar Elias di siang bolong. Kelinci pascal ini gak tahu jalan keluar katanya? Yang benar saja. Lalu bagaimana Elias bisa pulang kalau begini kejadiannya.

Bagaimana dengan Belle? Bagaimana dengan Elisha dan Nenek Marshall? Elias tidak mau terjebak di benua yang jauh berbeda dari tempat asalnya itu selamanya. Elias mencubit pipi Rabical dengan kencang hingga melar. Lantas Rabical pun berteriak-teriak kesakitan.

"Apa maksudnya kau gak tahu?!! Bukannya kau adalah pendamping para petualang?!!" Cerca Elias penuh kesal.

"Tapi memang tidak ada yang tahu soal membuka portal pyon! Penyihir itu adalah penyihir agung. Kekuatan sihirnya melebihi sihir orang-orang biasa!! Jangan salahkan aku pyon!" Pekik Rabical membela diri.

Elias melepaskan cubitannya dan kembali menundukkan kepala murung. Sekali lagi Elias garis bawahi, manyentuh cermin aneh itu adalah sebuah kesalahan!

"Tapi..." Kata Rabical yang membuat Elias menoleh padanya dengan penuh harap. "Mungkin saja, suhu tahu soal ini"

"Suhu?" Tanya Elias penasaran. Kalau Elias tidak salah mengerti, Suhu itu adalah sebutan untuk seseorang yang handal dan sudah menguasai satu bidang dengan sangat baik. Atau bisa saja dipakai untuk seseorang yang sudah lama sekali hidup.

Rabical menganggukkan kepalanya dengan cepat. "Kau ingat tentang demonstrasi yang aku sebutkan tadi? Nah, dia adalah satu-satunya pemimpin demonstrasi yang masih bertahan hidup. Karena dia dikejar oleh ksatria kerajaan, beliau bersembunyi hingga keberadaannya menjadi sebuah mitos"

Rabical melanjutkan, "Kalau tidak salah, ada juga rumor yang berkata kalau Suhu juga berteman dengan sang penyihir agung. Jadi mungkin saja beliau tahu sesuatu"

Sebuah perasaan lega terbesit di dalam hati Elias. Setidaknya, masih ada sekecil harapan untuk bisa keluar dari dunia cermin bernama Kathreftis ini. Elias yang sedari tadi duduk akhirnya mulai berdiri seraya memasang ekspresi bersemangat.

"Kalau gitu ayo kita pergi ke tempat Suhu!"

Rabical mengangkat tangannya bersemangat. "Yup!! Dari sini ke Desa Isychia butuh waktu sehari kalau jalan kaki, semangat pyon!"

Dalam sekejap, Elias merasa kalau tubuhnya hancur menjadi berkeping-keping ketika mendengar kalimat Rabical. Sepertinya kelinci pascal yang satu ini memiliki hobi untuk menerbangkan orang lain ke langit kemudian menjatuhkannya ke dasar jurang.

"Pyon... Apa gak ada cara cepat untuk pergi kesana?" Keluh Elias dengan nada ogah-ogahan.

Rabical terdiam untuk berpikir sejenak. Dia menaruh tangan kecil yang tidak memiliki jari itu di bibirnya. "Ada sih. Kita bisa pakai kristal teleportasi. Tapi kristal itu menghabiskan banyak emas"

Akhirnya terpaksa Elias berjalan kaki menuju ke arah Desa Isychia dipandu oleh Rabical. Untung saja setelah Elias berjalan selama sejam, ada seorang kusir baik hati yang mengizinkan Elias menumpang kereta kudanya.

•••

Surai light brown Elias bergerak-gerak terhembus angin sementara Rabical tertidur dengan lelap di atas kepala Elias. Pak Kusir yang memperkenalkan dirinya sebagai Roberto itu menghentikan kereta kudanya untuk turun dan memasang lentera di samping kanan dan kiri keretanya.

"Biar saya bantu, Pak" Tutur Elias sembari ikut turun dari kereta kuda. Elias berjalan mendekati Roberto yang tengah menyalakan dua buah lentera.

Roberto tersenyum seraya memberikan salah satu lenteranya ke Elias. "Ini, makasih Lias"

"Panggil El aja gapapa Pak" Ucap Elias. Dia berjalan ke salah satu pengait untuk menyimpan lenteranya.

Di tengah kegiatannya itu, Elias spontan menolehkan kepala ke arah hutan yang ada di samping jalan yang mereka lewati. Elias merasa seperti ada sesuatu yang mengawasi mereka bersembunyi di balik kegelapan.

Perasaannya menjadi tidak enak. Apakah ada hewan buas? Penjahat? Atau jangan-jangan monster yang Rabical ceritakan? Apapun itu, Elias tidak ingin bertemu dengan salah satunya. Lagipula ia tidak memiliki senjata untuk bertarung.

Dengan waspada, Elias mendekatkan tubuhnya dengan Roberto yang baru saja selesai mengaitkan Lentera di sisi lain. Elias berbisik, "Pak, perasaan saya tidak enak. Lebih baik kita segera pergi dari sini"

Roberto menatap Elias dengan bingung. Namun, ia tetap memilih untuk mengikuti saran Elias sebelum terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Baru saja Roberto dan Elias hendak kembali ke kereta kuda, seekor makhluk berwarna hitam melesat ke arah mereka, bersiap untuk menerkam siapapun yang ada di hadapannya.

"Pak Roberto!!! Cepat jalankan keretanya!!" Teriak Elias.

"Tapi, kamu—" Roberto menatap Elias dengan ragu. Ia tidak setega itu untuk meninggalkan seorang pemuda yang jauh lebih muda darinya sendirian menghadapi makhluk buas.

"Jalankan saja pak! Percaya pada saya!" Elias menatap netra Roberto lekat-lekat dengan mimik meyakinkan.

Awalnya dia masih terlihat ragu-ragu, namun akhirnya Roberto menuruti keputusan Elias. Dia segera menaiki kereta dan memacu kudanya untuk berlari sekencang mungkin.

Sebelum Roberto memacu kudanya, Elias mengambil sebuah lentera yang terkait tak jauh di sampingnya. Kemudian dengan cepat, Elias memukul makhluk tersebut tepat di matanya dengan lentera hingga kacanya pecah berserakan dan melukai indera penglihatan si monster.

Suara pecahan kaca tersebut cukup nyaring untuk membuat Rabical yang tadinya tertidur menjadi terbangun. Lantas kelinci Pascal itu terkejut ketika pemandangan yang dia lihat saat pertama kali membuka mata adalah seekor monster berbentuk hewan buas.

"ADA APA INI?!!!" Teriak Rabical kebingungan.

Elias berlari sekuat tenaga untuk menyusul kereta kuda yang dikendarai Roberto selagi si monster hewan terdiam kesakitan. Elias mengulurkan tangannya ke kereta kuda, berusaha untuk meraih apapun yang bisa ia genggam.

Beruntung Elias berhasil menggenggam pegangan kereta kuda dan melompat naik ke dalamnya. Napasnya tersenggal-senggal begitu ia berbaring di dalam kereta kuda dengan mata yang membelalak. Tadi itu nekat sekali! Salah sedikit saja Elias bisa terbunuh.

Elias menghembuskan napasnya lega mengingat ia masih selamat dari monster tadi. Iris diamondnya memandang langit-langit kereta dengan tatapan tidak percaya. Jantungnya berdegup dengan kencang, entah karena takut, lelah atau gempar.

Anehnya, muncul sebersit perasaan antusias di dalam hati Elias. Pemuda itu baru pertama kali mendapatkan pengalaman seperti tadi, dan pengalaman itu memunculkan sensasi menyenangkan bagi Elias.

Sebuah senyuman simpul terukir di bibir Elias. Sudah lama sekali sejak dia bisa merasa seantusias ini. Semenjak Belle menghilang, Elias selalu sibuk mencari Belle sehingga tidak sempat melakukan hal yang ia sukai. Maka dari itulah, sekarang Elias jadi tidak sabar untuk melihat kejadian menarik yang akan menimpa dia selanjutnya.