Awal musim hujan tiba, mungkin hanya sebagian orang yang menyukai musim ini termasuk aku. Hawa dingin dan tetesan hujan sangat menenangkan.
Duk!! , potongan kapur putih mendarat di kepalaku.
"Aduh.." , kutepuk kepalaku sambil kucari siapa pelakunya.
"Darleena !!" teriak Pak Bun, guru killer sejarah .
"Lepas earphone mu dengarkan pelajaran bapak, beraninya kamu tidak mendengarkan penjelasan bapak, sudah merasa pintar ? nilai pas – pas'an sok tidak memperhatikan, kamu ulangi lagi bapak kurangi nilai kamu".
Aku hanya terdiam, makian seperti itu sudah sering kudengar.
"Contoh Sesil dari tahun pertama dia selalu peringkat atas disekolah, banyak prestasi yang dia dapat sedangkan kamu, masuk 20 besar saja nggak pernah".
"Aku tidak
mau sepertinya", aku berdiri kutatap sinis sesil.
"Bapak tidak punya hak mengaturku, bagiku aku lebih baik darinya !", berontakku.
"Anak ini dasar...", pak Bun tidak bisa menahan amarahnya.
KRIIING !!!!
bel pulang mengakhiri perdebatanku dengan Pak Bun.
"Kau, tulis permintaan maaf sebanyak 100x kumpulkan padaku besok, jika tidak jangan harap aku akan memberimu nilai sejarah kau mengerti ?" , pak Bun keluar kelas dengan emosi .
"Kamu baik – baik saja ?" , tanya Cantika teman sebangku ku.
"Gak usah didengerin Len, orang itu memang kayak gitu baiknya sama anak – anak yang pinter apalah daya kita, btw langsung disuruh buat surat cinta kan hihihi", ejek Gabby.
"Good lah ini rekor terbarumu, waktu itu sembilan kali sekarang dah pas sepuluh", Tasya sambil menunjukkan sepuluh jarinya.
Awalnya aku nggak mau menganggap mereka sahabat, tapi karena kejadian waktu OSPEK dulu.
.
.
.
Awal tahun pertama aku tidak ingin berteman dan mengenal siapapun, aku hanya ingin segera lulus dan keluar dari yang namanya 'sekolah'. Tapi nasib berkata lain, aku bertemu Cantika, Gabby dan Tasya mereka berdua tepat duduk dimeja depanku dan Tika disebelahku, aku gak masalah mau siapa aja yang duduk disampingku asal jangan berisik.
"Kalian bisa diam nggak ?" , sentakku agar mereka berhenti bicara.
"Oh kita menggangu tidurmu, maaf", ujar Tika, sambil memberitahu yang lain agar tidak berisik.
Akhirnya suasana menjadi sedikit tenang, lalu...
"Eh kamu beli gelang itu dimana ?" , tanya Gabby melihat gelangku yang bermanik kerang, Otomatis yang sisanya pada ngeliatin aku kan.
"Buat sendiri", ujarku singkat.
"Bener ? bagus loh ini" , Tika memegang lengan kananku melihat gelangnya.
"Ini asli kerang kan ? jarang ada nih kalo cari disini".
Aku terdiam, dalam hatiku.
"Apaan sih mereka, pada nggak pernah liat gelang buatan sendiri ya ? kurasa tidak ada salahnya membuatkan mereka beberapa gelang".
keesokan harinya mereka bertiga sudah ada dikelas, kecuali aku karena datang terlambat alhasil dapat hukuman dulu dari tim disiplin.
"Wah kau membuatkan untuk kita ?" , ujar mereka bebarengan saat kuberi gelang.
"Oke, ayo kita buat perjanjian, kita akan melewati 3 tahun ini bersama gimana ?", Gabby mengangkat tangannya.
"Ayooo", ujar mereka bertiga semangat.
Aku hanya tersenyum melihat tingkah mereka.
.
.
.
Hari demi hari kita lewati berempat , yah walau kadang aku nggak bisa cocok dengan cara fikir mereka sampai 2 tahun ini, tapi aku berusaha bisa membaur dengan mereka.
"Kita pulang duluan ya, bye", mereka berempat melambaikan tangan.
"Oke bye".
Aku berjalan sendiri keluar dari gerbang sekolah menuju halte bus yang jaraknya tidak jauh dari sekolah. Kutunggu bus sambil mendengarkan musik di earphoneku.
"Itu bukannya Lena Four Gich ?", ada 2 cowok yang membicarakanku.
"Iya, gila lihat tubuhnya".
"Lihat saja mata mereka mengarah kemana. Dasar kurang ajar", batinku bergegas berdiri tapi ada cowok yang menghadangku dia lebih tinggi dengan rambut ikal coklat yang rapi.
"Kalian lihat kemana hah ? ", tegas cowok itu.
Dua cowok tadi langsung terdiam.
"Gunakan tas atau jaket untuk menutupi rokmu, dasar", ujar cowok itu yang tidak lain Sena.
Kita sudah saling mengenal sejak kecil karena ayah kami rekan bisnis, kita hanya berpisah di SMP karena aku masuk sekolah khusus yang isinya cina semua. Kita bertemu lagi sekarang, dia anak IPA 2 sedang aku IPS 3. Nama dia Arsena Zigan Balhaqi, cowok tertampan disekolah siapa sih cewek yang nggak kepincut dengan hidung mancung dan alis tebalnya.
"Aku hari ini lupa bawa jaket", kulepas tasku dan kutaruh diatas paha untuk menutupi bagian rok.
"Kenapa gak pulang bareng Four Gich ?"
"Nggak, aku harus pulang dulu mau ngerjain tugas dari Pak Bun".
Oh iya Four Gich itu singkatan dari 4 Girl Crush awalnya kita gak bermaksud buat ngasih nama grup, cukup bersahabat sewajarnya aja. namun kakak gugus kami memberi nama Rich Girl, aku baru sadar kalo kita berempat dari keluarga berada.
Gabby si pembuat onar, keluarganya memiliki Restoran & Cafe yang terkenal.
Cantika si suka ngatur tapi perhatian banget padaku, ibunya memiliki Butik & salah satu mal terbesar.
Tasya si tau segala informasi tanya apapun pada dia pasti akan dijawab, keluarganya memiliki perusahaan mobil.
Aku Darleena Keiko Ryukratana anak pemilik perusahaan JK Game Production, perusahaan yang memproduksi segala macam bentuk game, termasuk 3 besar produksi game terbesar. Hanya mereka bertiga yang tau aku anak CEO game, hampir seluruh sekolah hanya menganggapku sebagai anak pemilik perusahaan kecil karena aku sudah dicap sebagai pembuat onar. Sebutan itu hanya bertahan selama 5 bulan dan tergantikan Four Girl Crush .
"Kau butuh bantuanku ? aku bisa membantu menyelesaikan tugasmu", ujar Sena.
"Tidak perlu aku bisa melakukan sendiri, kau hari ini tidak sibuk ? tidak ada janji dengan pacarmu?" , tanyaku sambil merogoh uang di dalam tasku.
"Kau mengejekku, mana ada pacar".
"Maksudku buku, mereka kan pacarmu", godaku.
"Carilah pacar kita ini masih kelas 2, ujian kelulusan masih lama aku nggak pernah tau kau jalan sama cewek selain aku. Jangan – jangan kau nggak suka cewek ya ?", tanyaku memastikan.
"Kau gila ya", Sena memukul pelan kepalaku.
"Memang kenapa ? Kau takut jika diminta ciuman ya ? haha", sambil kutertawakan Sena.
"Bukan begitu !", Sena mulai kesal.
"Benarkah ? memang kau pernah mencium cewek ?".
"I-- itu rahasia", gagap Sena.
"Terserah deh, aku duluan ya mau ke minimarket sebentar, dah ~", kutinggalkan Sena dipersimpangan jalan.
.........
GLEKK ! GLEKK !
"Ah segarnya", kubuang botol susu stroberi yang sudah habis isinya.
"Hm ? permisi, nenek sedang mencari seseorang ?", tanyaku kepada nenek yang terlihat bingung.
"Ah cu, bisa bantu nenek menemukan alamat ini ? nenek rasa, nenek tersesat", sambil menunjukkan sepucuk kertas kecil bertuliskan Jl. Dahlia Bangsa No. 42.
"Oh, alamat ini kan--", aku terkejut melihat nama alamat yang tertera.
.
.
.
.
.
Bersambung....
** Maaf ya guys, kalo banyak yang typo akan kuusahakan semaksimal mungkin supaya kalian jadi betah membacanya. Mohon dimaklumi masih belajar :)