Rengga sedang berjalan dengan gaya sok cool nya di lorong sekolah yang sepi itu. Baju yang dikeluarkan, rambut acak-acakan, dasi yang diikat di atas kepala, kancing yang dibuka dua dari atas menampakkan kesan badboy nya.
Sesekali menggoda kaum hawa yang berkeliaran di luar kelas, membuat kaum hawa tersebut senyum-senyum tidak jelas.
Rengga kadang bergidik ngeri melihat respon yang diberikan oleh gadis-gadis yang ia goda. Apa sebegitu gantengnya dirinya?
'Ganteng banget dah gue.'
Rengga berjalan ke arah lapangan bola basket. Di ambilnya bola basket itu, lalu mulai mendriblle nya.
Beberapa kali melempar ke arah ring, namun tak ada satupun bola yang masuk ke dalam ring tersebut. Ia berdecak sebal sambil mengacak-acak rambut nya.
Ia memang tidak seahli dalam bermain basket seperti Ayahnya. Ia lebih jago dalam bermain futsal.
Rengga lama-lama menjadi geram sendiri melihat bola yang berada di atas tangannya itu. Ia memukul-mukul bola tersebut beberapa kali.
"Masuk sekali aja ngapa? Gue tau, gue gak jago, tapi, gak bisa apa? Satu kali aja masuk. Bola basket sialan emang! Ngizinin masuk aja gak boleh! Apaan lo!" ketus Rengga tidak jelas kepada bola basket yang berada di tangannya.
"Awas kalo gak masuk lo! Gue lempar asal lo!" ancam Rengga kepada bola basket yang diam tak bersuara itu. Kalo bola basket bisa ngomong, dia pasti bilang. 'lo nya aja yang goblok main!'.
Rengga mengambil posisi asal lalu melempar bola itu ke dalam ring. Hasilnya masih sama dengan yang awal. Bola itu tak masuk sama sekali.
Rengga mengambil bola itu kesal, lalu melemparnya asal. Ia berputar badan akan pergi berjalan ke kantin.
"Aduh!"
Langkahnya terhenti saat mendengar suara ringisan cewek. Matanya membulat, ia was-was. Ia takut yang kena bukan manusia. Melainkan si Tante terbang.
"Siapa, sih yang lempar?!" tanya gadis itu sambil terus mengusap-usap dahinya.
Ia melihat sekelilingnya. Dilihatnya satu objek yang menjadi pusat perhatiannya saat ini.
'Pasti dia, nih, kalo gak dia siapa lagi.'
Gadis itu berjalan sambil membawa bola basket yang berada di tangannya. Ia berjalan dengan wajah kesalnya. Ia sudah menyiapkan sumpah serapah di dalam hati nya.
"Woi, lo!" teriak gadis itu kesal ke arah Rengga.
Rengga masih tak menyadari jika dirinya dipanggil. Bener-bener ni anak, mancing emosi tu gadis.
Dengan kesal, gadis itu melempar bola basket itu dengan tekniknya sendiri. Dan ... pas! Bola itu mengenai kepala sang empu.
"Aduh, anjir!" Rengga tersentak kaget saat ada sesuatu yang menabrak kepalanya. Ia menoleh ke arah belakangnya.
"Ngapain lo lempar-lempar?" tanya Rengga kesal sambil mengelus kepalanya.
"Ha--" Ucapan gadis itu terpotong karena Rengga kembali berbicara.
"Ini kelapa, bukan ring!" ketus Rengga.
"Kepala," koreksi gadis itu.
"Gak usah ngoreksi-ngoreksi! Ini bukan jawaban ujian!" ketus Rengga lagi.
"La--" Cewek itu mendengus kesal karena Rengga kembali memotong ucapannya.
"Kalo mau lempar bola basket itu ke ring! Bukan ke kepala gue! Lo minta gue goreng?" ancam Rengga dengan mata melotot.
"Potong aja tros ucapan gue! Ntar gue potong nadi lo!" ancam gadis itu balik sambil berkacak pinggang.
Rengga bergidik ngeri mendengar ancaman gadis itu. Kecil-kecil tapi sadis- batin Rengga.
"Apa lo liat-liat?" tanya gadis itu galak sambil melototkan matanya ke arah Rengga.
Rengga menatap gadis itu dari atas sampai bawah. Ia tak mengenali gadis ini, ia juga tak pernah bertemu gadis yang berani mengajak ia adu mulut seperti ini.
Lama-lama, gadis itu merasa risih karena terus di perhatikan oleh cowok itu. Ia mengikuti arah pandang cowok itu.
Mata gadis itu terbelalak saat si cowok menatap dadanya. Dengan sigap ia menutup dadanya dengan kedua tangannya.
"Apaan, sih lo kutil ayam?! Mesum banget lo!" bentak gadis itu.
"Apa lo bilang? Coba ulang!" suruh Rengga yang pura-pura tidak mendengar ucapan gadis itu.
Rengga mendekatkan telinganya ke arah gadis itu. Gadis itu berdecak sebal dibuah oleh Rengga.
"Lo! Kutil Ayam mesum!" teriak gadis itu pas di telinga Rengga. Rengga langsung menjauhkan telinganya dari hadapan gadis itu.
"Badan kecil suara kaya toa Masjid yang ada di rumah gue," balas Rengga sedikit kesal sambil mengusap-usap telinganya.
"Apa lo bilang?! Badan kecil?! Mata lo katarak ha? Gue tinggi begini lo bilang kecil!" Gadis itu benar-benar naik darah dibuat oleh Rengga. Padahal, ia setinggi dagu Rengga. Itu, 'kan tinggi.
"Allahu! Dalam kerongkongan lo ada mic, ya? Gede banget suara lo." Rengga menatap aneh ke arah gadis itu.
'Hari ini sial banget gue ketemu gadis kaya dia.'
"Bener-bener lo, ya!" gadis itu semakin dengan Rengga. Ia kembali mengambil bola itu dan hendak melempar ke arah Rengga.
Dengan cepat, Rengga merebut bola itu duluan lalu mengangkatnya tinggi-tinggi.
"Maksud lo apaan, sih?" tanya cewek itu tak habis fikir. Kok bisa, ya, di hari pertama dia bersekolah di sini, dia sudah bertemu dengan makhluk aneh seperti cowok ini.
"Ambil aja kalo lo bisa!" tantang Rengga sambil menjulurkan lidahnya ke arah cewek itu.
"Lo makhluk dari planet mana, sih? Heran dah gua. Baru aja hari pertama gue sekolah, gue udah ketemu aja sama kutil ayam kaya, elo!" gerutu gadis itu kesal.
"Oh, anak baru. Pantes," balas Rengga lalu menurunkan bola itu.
"Pantes apaan?" tanya cewek itu dengan alis satu yang terangkat.
"Berani ajak gue cek-cokan. Lo gak tahu gue siapa, ha?" tanya Rengga dengan nada sombongnya.
"Ih! Gak penting bagi gue buat tau lo siapa!" ketus Gadis itu.
"Ntar lo nyesel," ujar Rengga.
Gadis itu kembali mengambil bola itu namun kembali diangkat ke atas oleh Rengga. Gadis itu benar-benar kesal.
Ia langsung menggigit kuat lengan Rengga, membuat Rengga meringis kesakitan. Bola yang berada di tangannya pun terjatuh.
Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, gadis itu mengambil bola itu dan melemparnya ke arah Rengga. Sudah jatuh, tertimpa tangga pula.
***