Saat perjalanan hanya ada sepi yang menyelimuti keduanya.'Bintang sebenarnya gue gak tega kalau lo disakitin.'ucap Vito dalam hati kata-katanya tertahan ia tak tega melihat raut wajah Bintang yang tampam tenang, kalem dan membuat hati adem didekatnya, eaa.
Sesuai perintah Farhan motor Vito sengaja berhenti, ia meminta Bintang turun beralasan kalau bensinnya habis. "Maaf ya Bintang, kayaknya gue tadi lupa isi bensinnya. Kalau daerah sini sih 500 kilometer lagi, lo gak apa-apa kan cari kendaraan sendiri? Sekali lagi maaf ya." ucap Vito tak enak. Bintang mengangguk memaklumi ia berjalan sendiri tak tau arah jalan yang ia tapaki.
Dari jarak satu meter Farhan sudah memakai jubah hitam dan topeng layaknya hacker. 'Bagus Vit, ya walaupun kalau urusan cewek cantik lo lemah dan gak tegaan.'batin Farhan.
"Niatnya nebengin tapi lupa isi bensin." ujar Bintang kesal.
Langkah Bintang memelan ketika merasa ada seseorang yang mengikutinya, ditolehnya tak ada siapapun. Tapi Bintang menangkap jubah hitam beserta topeng yang kini bersembunyi dibalik pepohonan. 'Siapa dia? Kenapa ikutin gue? Perasaan jadi parno gini sih, apa gue telepon Angkasa aja yah?' Bintang merogoh ponsel di saku seragamnya mencari nama Angkasayang.
Sambungan tersambung dan Bintang langsung nyerocos ingin dijemput walaupun tak tau sedang hinggap dijalan mana.
"Sekarang lo lamasalah mendimana?" tanya Angkasa sarat dengan kekhawatirannya.
"Gue gak tau sa, tadi gue dibarengin sama cowok. Dia nurunin gue disini karena motornya lupa di isi bensin. Please sa, gue takut. Ada seseorang dengan jubah hitam dan topengnya ngikutin gue."
Sedangkan Farhan yang mendengar percakapan Bintang yang mengadu dengan Angkasa pun bergerak cepat. Dengan gerakan kasar Farhan merebut ponsel Bintang hingga cewek itu berjengkit kaget.
"Si-siapa lo?!" ucap Bintang ketakutan wajahnya langsung pucat pasi memang kalau ada yang mengganggunya pasti Bintang siap melayangkan bogeman keras, tapi jika dengan teror seperti ini nyalinya benar-benar menciut.
Di seberang sambungan yang tiba-tiba terputus Angkasa langsung pergi meninggalkan kelas jam tambahan olimpiade yang masih berlangsung. Bu Tyas yang melihat Angkasa meninggalkan jam tambahan ini pun membiarkan saja. Lagipula kemampuan Angkasa tak perlu diragukan lagi, kalau tak ikut tak masalah apalagi mengurangi kepintarannya.
🌸🌸🌸
Angkasa mengendarai motornya dengan mengebut, tak peduli kalau dirinya baru saja melanggar rambu-rambu lalu lintas.
Sedangkan ditempat lain Bintang menangis sesenggukan, ponselnya kini dipegang oleh orang misterius itu. Bintang terjebak disebuah markas yang pencahayaan mataharinya jarang, berdebu dan tentu saja dirinya sesak karena pasukan oksigen di ruangan ini sangat tipis.
"Kenapa nangis? Takut? Mana Angkasa yang bisa jadi pahlawan buat nyelametin lo?" Faruan tersenyum miring dibalik topengnya.
Bintang tak bisa kabur dari tempat busuk ini. Letak pintunya saja ia tidak tahu, orang misterius ini membawanya ke tempat ini dengan menutup kedua matanya. "Tolong lepasin gue sekarang juga." ucap Bintang tenang dan sorot mata yang tajam walaupun berkebalikan dengan suasana hatinya.
"Hahaha gak akan pernah. Kalau lo pingin lepas atau gak mau gue intai lo lagi asalkan.." Farhan mejeda sejenak. Bintang merasa tertarik akan pembicaraan ini, yang terpenting ia terbebas dan tak ada lagi yang menerornya. "Lo harus jadi pacar gue." pinta Farhan tapi Bintang tertawa sumbang.
Farhan menggertakan gigi. Cewek ini sepertinya mengabaikannya, sebenarnya Farhan ada alasan tersensuri jika Bintang menjadi pacarnya untuk merebutnya dari Angkasa.
"Jangan harap ya, apa untungnya kalau lo jadi pacar gue hah?" Bintang langsung emosi, kenal tidak, misterius dan langsung menembaknya? Jangan harap!
Farhan meraih dagu Bintang. "Lo jangan ngeremein kemampuan gue ya! Kalau lo menolak, berarti siap aja teror yang gue lakuin lebih dari ini."ancam Farhan lalu melepas cengkraman eratnya, Bintang meludah ke sembarang arah seperti merendahkan cowok ini.
Tapi Farhan tak mudah terpancing, rencana selanjutnya masih ada dan siap membuat Bintang ketakutan setengah mati dan menangis tiada henti. Farhan melemparkan ponsel Bintang ke tanah, sang empu hanya menatap datar memungutnya dengan perasaan sedih, kalau sampai itu rusak ia tak bisa menghubungi Angkasa jika ada apa-apa.
🌸🌸🌸
" Lo gak di apa-apain kan?"tanya Angkasa cemas, Bintang menggeleng. "Gak, sa. Boleh gak aku minta sesuatu?" tanya Bintang mengubah gue-lo menjadi aku-kamu Angkasa aham bahwa permintaan ini tak main-main.
"Iya boleh, apa emngnya?"
"Jagain aku 24 jam ya? Pokoknya kayak bodyguard gitu. Kamu gak keberatan kan?"
"Enggak Bintang, aku pasti jagain kamu kok. Tapi aku minta kamu jauhin cowok yang barengin kamu tadi sepulang sekolah. Yang jelas ada hubungannya sama cowok misterius yang neror kamu." Angkasa meraih tangan Bintang, menggenggamnya dan memberikan ketenangan.
"Kamu gak pulang sa? Udah malem." ujar Bintang mengalihkan pembicaraan karena hatinya merasa menghangat dan degup jantung yang entah sejak kapan merasakan ini, perasaan lebih?
"Kalau aku pulang siapa yang jagain? Kamu pasti takut kan, ibu kamu kapan pulang dari Bali?"
"Sekitar tiga hari lagi. Kenapa?" Bintang berharap Angkasa bisa berkunjung ke rumahnya sepulang sekolah atau sampai jam 8 malam.
"Kamu nginep aja dirumahku, biar Lala ada tememnya." Angkasa juga merasa kerepotan mengurus bocah berusia 4 tahun itu, ibunya bekerja yang pulangnya malam hari itupun langsung istirahat.
🌸🌸🌸