Chereads / Diary Of Riana / Chapter 4 - Janji

Chapter 4 - Janji

***

hari itu adalah hari biasa. dimana tetangga baru berada di sebelah rumah kami yang berada di kompleks perumahan kecil itu. ibu dan ayah berniat mengunjungi mereka dengan membawa aku, Riana. aku tidak suka berinteraksi dan memiliki sedikit teman. namun, mau tidak mau aku harus ikut untuk pergi berkunjung ke tetangga baru kami itu. selama perjalanan. ibu terus memegang tangan kecilku. ia banyak bercerita tentang tetangga baru yang katanya berasal dari luar negeri itu. Riana hanya diam, tidak menanggapi. dalam pikirannya ia hanya ingin cepat selesai dan pulang kerumah.

Rumah baru itu tampak lebih besar dari rumah kami. aku hanya menatap datar. dan kami pun masuk. di sambut dengan seorang wanita berparas menawan, memiliki rambut panjang berwarna pirang dan tidak lama ada seorang laki laki yang jauh lebih tinggi muncul. ia sangat tampan. kami di persilahkan masuk ke dalam rumah besar itu. Riana kecil diam, ibu masih memegang tangan kecilnya itu beranjak masuk ke dalam sana. di sana Riana sedikit terpaku melihat ruangan yang begitu besar dan tampak begitu rapi dan bersih.

Riana, gadis biasa. berparas layaknya anak anak gadis pada umumnya. Riana duduk di sebelah ibu di sofa yang besar itu. Melihat kesana kemari, dan tidak lama ada seorang anak yang muncul dari sana. ia tersenyum pada Riana. Riana hanya menatap canggung, merasa berbeda dengan sosok yang dikiranya sangat cantik itu daripada dirinya yang biasa biasa saja. Riana tidak tau harus bereaksi apa dan hanya diam. mengangguk canggung saat ia mulai menatap Riana yang seumuran dengannya itu duduk didepannya.

"Cantik sekali" pikir Riana. ia seperti melihat boneka Barbie dalam dunia nyata. Riana melihat dirinya yang jauh dari kata cantik menurutnya. apa ia pantas bersanding dengan dirinya-?.

***

Srek

***

Riana terpaku saat melihat sebuah tangan kecil putih di sodorkan padanya. Riana yang masih menunduk hanya diam. Sosok itu tersenyum dan ikut menunduk. sehingga Riana bisa melihat wajah gadis itu yang tersenyum manis menatapnya. Dia begitu kecil, memiliki rambut panjang berwarna pirang yang lebat dan wajahnya sangat ceria. seolah ia bersinar dalam cahayanya sendiri.

"Salam kenal,..kau siapa?" tanyanya langsung. Riana lagi lagi hanya diam. Meremas perlahan kedua tangannya pada baju yang ia kenakan. Tidak berniat menanggapi. Dia kembali bertanya hal yang sama dengan ramah. Riana merasa aneh, ia merasa aneh jika harus berkenalan dengan anak secantik itu. ia merasa dirinya sangat tidak pantas berkenalan dengannya. Riana yang biasa biasa saja. Riana menelan ludahnya, menutup rapat-rapat kedua bibirnya dan berdiri. masih menunduk dan beranjak pergi dari sana tanpa berkata apapun. begini sudah cukup. untuk kedepannya ia tidak akan pernah berhubungan dengan anak itu lagi.

Tapi ia salah. Riana tidak tau. Anak itu sangat gigih. ia berjalan dengan santai di belakang Riana. dan kemudian ia berjalan di depannya. Riana berhenti. masih menunduk malu. Gadis itu mendekat, dan meraih dagu Riana. Riana terpaku, ia menatap bingung dan tidak percaya kepada gadis itu. kenapa ia masih mau mendekatinya-?.

***

Apa dia tidak tau?. dirinya begitu cantik. dibandingkan dengan... dirinya ini.

***

"Sudah kuduga kau sangat imut Riana!. uh aku iri dengan rambut pendek mu dan warna matamu yang sederhana tapi begitu menawan itu. hehe. salam kenal aku Nana. kau siapa?" seru gadis itu panjang lebar. ia memasang senyum yang sangat manis kepadanya. terlihat sama sekali tidak bermasalah dengan sikapnya yang dirasa kurang sopan tadi. ia tampak ringan berbicara seperti itu layaknya anak anak pada umumnya.

Riana terdiam. masih menatap gadis di depannya itu. masih tidak percaya dengan hal yang dikatakan dengan gadis itu. Ia..imut?. dirinya yang biasa biasa ini?. ia tidak salah dengar-kan...?. gadis ini sangat aneh. masih saja mau mendekati nya seperti tidak terjadi apa apa. padahal dirinya sudah jelas ingin menghindari nya. Riana menelan ludahnya untuk kesekian kalinya. ia menelan perkataannya itu. mungkin saja ini hanyalah sementara. ia tidak boleh percaya begitu saja.

"Maaf, aku... tidak mau berteman denganmu" seru Riana pelan. lalu ia melepaskan perlahan tangannya Nana, dan pergi dari sana. ke arah kebun belakang disana. Riana duduk di tangga di sana. menatap dalam diam ke arah perkebunan bunga besar itu. ia memang sangat kejam. setelah ini anak itu tidak akan mau mendekatinya lagi. tapi.., seperti nya tadi perkataannya terlalu kejam. uh...Riana jadi merasa bersalah. Riana meletakkan wajahnya diatas kedua lututnya yang ditekuk.

"Apa kebunku indah?" Riana membulatkan kedua matanya saat mendengar sebuah suara itu. Riana menunduk sekali lagi dengan gugup. perasaan bersalah merambat seketika. ia tidak pantas didekati seperti ini.

"Ke..kenapa kau disini?" ujar Riana pelan. Nana terlihat berpikir dan tersenyum. memiringkan kepalanya dengan manis menghadap Riana. Riana hanya diam. masih melihat ke arah depan, ia tidak mau melihat Nana.

"karena...aku mau berteman dengan Riana, Riana imut sih" katanya. Riana terpaku. ia perlahan memiringkan kepalanya ke arah kanan melihat ke arah Nana yang sedang melihatnya itu. Riana terdiam seketika, masih menatap dengan wajah bingung polos. Imut?. dirinya ini. padahal tidak pernah ada yang mengatakan itu. Riana tanpa sadar mengukir sebuah senyuman.

"Hahaha, dasar Nana aneh" kekeh Riana. ia menutup mulutnya dengan satu tangannya. Nana tersenyum disana. ia juga ikut tertawa manis.

"Akhirnya kau tertawa!" ujar Nana. Riana menghentikan tawanya. dan perlahan mengulurkan tangannya ke arah Nana. Nana terdiam melihat ke arah Riana yang sedikit memiringkan kepalanya dan sebuah senyum tipis. Nana adalah gadis cantik yang aneh. tapi ia tidak jahat. ia sama seperti anak-anak lain yang masih sangat polos dan manis.

"Haha, namaku Riana. salam kenal" katanya. Nana tersenyum lebar dan ikut meraih tangan itu. Kemudian keduanya ikut tertawa ringan. keduanya tampak begitu manis dan hangat. Pertemuan itu terasa begitu manis dan begitu hangat. sahabat pertama dan untuk selamanya. dan tidak akan terlupakan.

***

"Kita akan selalu bersama janji?" tanya Nana. Tersenyum lebar kepada Riana. ia mengulurkan sebuah jari kelingking pada Riana. Riana terpaku, kemudian ia perlahan tersenyum tipis melihat hal itu. Sahabat?, selalu bersama.....kah?. kelihatannya itu akan menyenangkan. Riana melihat ke arah jari kelingking itu. dan Nana yang tersenyum ramah menatapnya. Ia belum pernah berjanji seperti ini. dan ia juga belum pernah memiliki seseorang seperti Nana.

"Oke!, janji. kita akan bersahabat selama nya" seru Riana. ia ikut meraih jari kelingking itu dan mulai mengukir janji antar mereka berdua. tepat di hari pertemuan kami. dimana pertama kali kami memulai percakapan. dan di belakang rumah. di depan kebun bunga. kami berdua yang saling berhadapan dan mengukir janji diantara kami diiringi dengan sebuah senyuman kami berdua. dan sebuah ikatan yang terukir. masih muda dan masih awal. tapi itu akan begitu berharga dan begitu terikat untuk masa yang akan datang.

***

Masa SMA. Kini kami berdua masih bersahabat. Riana masih tidak percaya persahabatannya dengan Nana begitu awet dan bertahan. Hari itu mereka awal masuk SMA. Riana meraih tas nya itu. ia tidak percaya kalau Nana juga akan ikut masuk sekolah yang sama dengannya. padahal Nana itu jauh lebih pintar darinya. tidak masalah, Riana tersenyum tipis. ia toh juga senang kalau Nana akan selalu bersamanya. menghabiskan waktu SMA bersama sama.

Riana berjalan keluar dari rumah. Melihat sesosok yang sangat cantik di sana. memegang ransel baru dan bersandar menunggu seseorang disana. ia melihat ke arah depan. dengan angin bersepoi perlahan membuat ia begitu cantik seperti bunga sakura yang bermekaran di musim semi. Ia perlahan menoleh saat menyadari tapak kaki Riana yang mendekatinya.

"Halo Riana" katanya dengan ramah. Riana ikut tersenyum tipis. "Halo Nana". sahabat yang kini selalu bersama. Riana perlahan mendekat dan Nana perlahan menautkan tangan mereka dan berjalan beriringan menuju ke sekolah baru kami. kami berdua bersama-sama. dan sebuah senyuman mengiringi perjalanan kami yang biasa itu.

"Kenapa kau gak bersekolah di tempat yang lebih bagus Nana, kau pintar loh?" tanya Riana saat sampai ke sekolah. ia melepas sepatu nya dan meletakkannya pada loker disana. Ia terpaku saat melihat Nana kini menatapnya dengan sebuah senyuman lebar.

"Karena, aku ingin bersama Riana!" katanya dengan ringan. tanpa disadari perasaan Riana terasa menghangat. Ia begitu polos dan juga aneh. sama sekali tidak berubah. Riana tanpa sadar perlahan terkekeh kecil mendengar jawaban Nana yang dirasa sangat berbeda dari apa yang dia pikirkan. padahal ia tidak pernah tertawa dengan semudah ini. ini semua hanya karena Nana. dan tanpa sadar Nana jadi bagian terpenting dalam hidup-nya.

"Dasar Nana" seru Riana pelan. Nana hanya tertawa dan merangkul hangat pundak Riana. Riana perlahan tersenyum tipis ketika Nana berjalan bersamanya dengan rangkulan itu.

***