***
"Riana". gadis biasa berambut pendek, berwarna hitam kecoklatan dengan kedua pasang mata indah berwarna coklat keabu-abuan. Gadis biasa saja yang memiliki tinggi sedang, dan kehidupan monoton sehari hari. Ia hanya memiliki seorang sahabat sejak kecil yang selalu bersamanya hingga menjelang SMA saat ini. memasuki sekolah yang sama, seharusnya ia bahagia karena bisa bersama dengan orang yang selalu ia anggap sebagai sahabat karibnya itu. perbedaan antara dia dan sahabat itu mencolok.
"Nana", sahabat Riana. berbeda dengan Riana yang cenderung biasa saja. pendiam dan jarang berinteraksi dengan orang lain. Nana lebih periang dan dia cukup populer di kalangan anak anak lain. memiliki rambut panjang yang di-kuncir dua. rambut yang berwarna kuning ke-pirangan dan kedua mata biru seperti orang Eropa pada umumnya. nana adalah pindahan dari luar negeri dan menetap di Indonesia. kami bisa bersahabat karena kebetulan rumah kami bertetangga. dan Nana yang mendekatiku duluan. Nana sangat baik, cantik dan sangat periang.
Jauh berbeda dengan diriku. Riana seperti gadis pada umumnya. tidak terlalu pintar, tidak dikenal. semua orang mengenal Riana. hanya sekedar sebagai teman sekelas belaka. memiliki rambut berwarna seperti biasanya. berseragam hitam dan berdasi merah seperti gadis SMA pada umumnya. bersekolah di sekolah biasa saja, sekolah umum. nana seharusnya bisa menginjak sekolah yang jauh lebih tinggi darinya. tapi ia sengaja memilih sekolah yang sama seperti Riana. katanya ia tidak mau berpisah dengan Riana. itu manis sekali dan sekaligus membuatku terluka.
***
Riana, gadis itu mengikuti pelajaran seperti biasanya. di kursi depan karena masalah penglihatan. Nana duduk di belakang karena badannya jauh lebih tinggi daripada ku dan daripada anak anak lain. aku menghabiskan waktu dengan mendengarkan pelajaran dan sekali kali mengetuk meja dengan pena saat bosan melanda. pelajaran mat, pelajaran rumit. yang bahkan Riana sendiri tidak mengerti. Riana tidak unggul dalam apapun. mendapatkan nilai 80 sudah lebih dari cukup. karena toh... sebenarnya...ia sama sekali tidak peduli tentang apapun.
Riana melihat ke arah jendela. kebetulan ia duduk di pojok kelas. Riana melihat ke sana. pandangan nya menerawang melihat anak anak yang masih kecil berlarian di luar gerbang sekolah. ia rindu masa kecil dahulu. dimana ia merasa kalau ia adalah yang paling hebat dan paling spesial. dimana ia masih sangat polos dan lugu. dan sekarang?. ia tau. Riana bukan anak yang spesial. sama sekali bukan. di kelas ia biasa saja. paling hanya kenal nama dan hanya itu saja.
Riana melihat ke arah belakang. Kami berkelompok tapi berbeda. Riana melihat ke arah Nana yang berbicara asyik dengan anggota kelompoknya. dia sangat ceria dan mampu berekspresi sesuka hatinya. Riana gak iri. ia sudah biasa. selalu seperti itu. Hingga salah satu anggota kelompok menyenggol tangan nya pelan. Riana menoleh ke arahnya. melihat dengan raut seperti biasanya. gak senang, gak sedih.
"Hei kau yang nulis, Riana" Tegur salah satu anggota kelompok ku itu. Riana mengangguk. meraih pensil dan mulai mengerjakan tugasnya jika masih ingin mendapatkan nilai dalam kelompok. untung saja tulisan nya lumayan bagus. Riana mendengarkan sembari segala pikiran nya melayang tentang hal yang akan ia beli nanti untuk makan siang. kedua matanya berlomba, menulis dengan cepat dan sedikit merangkai kata kata dalam sana.
***
"Siapa yang mau ikut lomba cerpen?" tanya guru di kelas itu usai pelajaran. Riana mendongak. dan kemudian menunduk lagi dengan perlahan. ia suka menulis. tapi ia tidak suka mengumbar hal itu kepada siapapun. ia suka menulis, membuat rangkaian cerita apapun. Hanya dirinya sendiri. ia tidak suka mengikuti hal yang diharuskan. tapi..hanya dirinya yang tau..dan, nana mengkode dari belakang dengan jempol di angkat. aku hanya mengeleng dan balik ke arah depan. melihat lagi ke arah depan. dan tidak lama ada anak lain yang mengangkat tangan diiringi dengan tepuk tangan. riana hanya merapikan bukunya ke dalam laci. ia tidak butuh sorak-Sorai. ia menulis ketika ia ingin dan untuk dirinya sendiri. tidak untuk siapapun dan tidak atas apapun. Tersembunyi begitu dalam. itulah Riana. dan toh tidak ada yang peduli. Riana juga gak akan peduli.
***
setelah bunyi bel makan siang berbunyi. Riana bangkit dari tempat duduknya berniat untuk pergi ke kantin. nana langsung memeluk Riana dari belakang. kebiasaannya yang biasa. Riana bisa merasakan tubuh kecilnya dipeluk oleh tubuh Nana yang jauh lebih besar darinya itu. ia memang kecil. tapi tidak kecil amat. sama seperti siswi pada umumnya. dan .... biasanya.
"Aku ikut!" katanya antusias. Riana hanya mengangguk. dan Nana meraih jemari Riana saat ia beranjak keluar dari kelas. Riana melihat ke arah Nana di sebelahnya dan Nana hanya tersenyum kepada Riana. Riana diam, ia melihat ke arah depan dan menautkan jari mereka. seperti inilah kami. sahabat pada umumnya. tertawa bersama, dan makan bersama. nana mengoceh tentang dirinya yang lagi lagi tidak mengikuti lomba cerpen. Riana hanya menanggapi dengan datar seperti biasanya.
"kenapa kau tidak ikut Riana?, kau kan suka menulis?" tanya Nana. ia menatap dengan sedikit cemburut.
Riana hanya terkekeh, "Tidak, aku tidak suka ikut begituan" dan kembali melahap makan siangnya yang berupa nasi goreng itu.
"Tapi!, aku tau kalau Riana suka menulis. paling tidak ikut lah sesekali, biar kau dikenal!" seru Nana. ia meraih dan mengenggam pelan tangan kanan Nana yang ada di atas meja. Riana menghentikan acara makan nya dan melihat ke arah Nana. ia tersenyum tipis dan perlahan melepaskan tangan Nana dari tangannya itu.
"aku suka menjadi biasanya Nana" seruku seperti biasanya. dan Nana lagi lagi mengembungkan kedua pipinya. Riana tertawa dan menepuk kedua pipi Nana yang tampak seperti bakpao. ia benar benar suka sekali berekspresi lucu seperti ini. Riana jadi gemes.
"Haha, apaan sih. jangan gitu lah" tawa Riana pelan. Nana tersenyum ketika melihat Riana tertawa pelan karena tingkahnya. dan ikut memegang kedua pipi Riana yang duduk di depannya itu membuat Riana terpaku. Nana mencubit pelan kedua pipi Riana gemas sehingga membentuk sebuah senyuman disana. Riana memang jarang mengeluarkan ekspresi seperti ini. padahal ia terlihat cantik kalau terus seperti ini.
"Nah senyum dong!, kau cantik kalau kayak gini!" seru Nana tersenyum lebar. Riana terdiam dan menunduk lagi, meraih sendok dengan sebuah senyum tipis melihat ke arah makanannya. ia tidak seperti Nana, Nana yang selalu tersenyum seperti tidak ada masalah. ia sulit akan hal itu. dan lagipula...Nana jauh lebih cantik saat ia seperti itu. dia hanya akan menjadi seperti biasanya, tersenyum juga tidak akan mengubah semuanya kalau ia tidaklah spesial.
"Tidak juga"
***
Pulang sekolah. Nana selalu menunggu Riana di loker. mereka selalu pulang bersama. Riana membereskan semua buku nya dan meletakkannya lagi ke dalam tas. kemudian ia berdiri. tidak mau Nana menunggu lama. Riana berjalan ke arah luar kelas menuju loker. ia terdiam saat melihat Nana sedang berbicara dengan seseorang yang ia kenal betul. Nana tertawa disana, dan orang itu juga tertawa. pemandangan yang sudah ia lihat sejak masuk ke dalam sekolah ini menjadi murid SMA yang kini berumur 13 tahun.
Riana hanya diam. meremas tali tasnya itu. ia seharusnya sudah terbiasa. orang itu...lelaki itu..., "Haru". kakak kelas tampan dan keren. dia memiliki rambut pendek berwarna hitam legam dan kedua mata yang berwarna merah menawan seperti permata. riana menghela nafas. melihat bahwa tidak ada tempat untuk dirinya disana. ia hanya perlu seperti biasanya. Riana berjalan ke arah sana dengan tempo sedikit lebih lambat. sakit, ia merasa tersingkirkan begitu saja saat melihat orang itu mendekati sahabatku dengan sebuah senyum menawan itu. dengan perasaan berbunga bunga di hatinya untuk seseorang di depannya itu.
"Nana, aku sudah selesai" kata Riana tersenyum simpul. mereka berhenti berbicara dan membuat Riana merasa bersalah. Nana tersenyum dan gantian merangkul pundak Riana. ia langsung pamit pada haru. Riana pergi dari sana dengan nana yang berceloteh panjang di sampingnya itu. Riana menoleh ke arah samping sedikit. melihat haru yang kedua matanya menatap senang kepada orang di sampingnya itu. Riana terdiam, ia menunduk sejenak.
Yah..ia menyukai haru. tapi...haru menyukai Nana. dan Nana...ia hanyalah gadis polos yang menyukai ku sebagai seorang sahabat. kisah kami ini rumit. seperti kisah anak remaja biasanya. tapi kali ini bukan aku, bukan Riana sebagai tokoh utamanya. ia adalah figuran dalam cerita ini. tokoh sampingan yang tidak akan pernah bisa mendapatkan hati lelaki idamannya itu. tidak, karena tokoh utama disini adalah Nana. Riana melihat ke samping. wajah Nana yang bercahaya dan cantik. memiliki banyak kelebihan dan dirinya yang tidak mungkin mengalahkan Nana dengan dirinya yang biasa biasa ini.
***