Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

Coffee and Caramel

Moguri_Hirai
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3.6k
Views
Synopsis
Lusy menarik semua ucapannya tentang kopi, setelah seorang barista menyodorkan secangkir kopi yang sangat manis namun aroma kopinya masih mendominan. Coffee dan Caramel, sebuah perpaduan rasa pahit dan manis yang membuat orang yang menikmatinya ketagihan, termasuk Lusy.
VIEW MORE

Chapter 1 - Coffee and Caramel (bab 1)

Lusy, seorang mahasiswa seni rupa sering sekali mengeluh dengan rasa kopi yang menurut dia sangat mengganggu indra pengecapannya.

Bagaimana bisa minuman berasa pahit di awal dan asam diakhir, sungguh tidak ada kata nikmat di dalamnya.

Hingga suatu ketika, seorang barista memberinya secangkir minuman hangat berwarna coklat.

Ia mengira itu adalah coklat hangat dengan taburan marsmellow diatasnya, namun sang barista berucap bahwa itu adalah kopi.

Lusy menolak meminum minuman tersebut, karena dia memang tidak menyukai kopi.

Namun sang barista meyakinkan dia bahwa kopi yang ada di depannya bukanlah secangkir kopi yang pahit.

Lusy perlahan mengangkat cangkir tersebut, dia sedikit ragu mencoba minuman itu. Sekali lagi, Lusy sangat tidak menyukai kopi.

Ia mencium aroma minuman tersebut, memang sedikit berbeda dari aroma kopi yang terakhir kali ia cicipi. Seperti ada sebuah aroma manis namun aroma kopinya masih lebih mendominan.

Lusy melirik kearah barista yang masih setia berdiri di sebelahnya sambil menatap Lusy, pria itu menunggu Lusy mencicipi minuman yang ia buat.

'Oke Lusy... dia bilang ini tidak pahit, kau hanya perlu menempelkan bibirmu di ujung cangkir dan merasakan sedikit rasa minuman itu di lidahmu' Lusy berbicara dengan dirinya sendiri.

Ia mulai menempelkan cangkir itu di bibirnya dan... ia terdiam. Rasa apa ini? Rasanya sangat aneh, Kopi? tapi.. kenapa begitu manis?"

Barista yang sedari tadi berdiri di sebelah Lusy kini berjongkok dan menatap Lusy dari bawah.

"Bagaimana?" tanya dia.

"Sangat manis." Jawab Lusy tanpa menatap kearah pria tersebut.

"Apa kau menyukainya?"

Lusy mengangguk, "tidak buruk, rasanya masih bisa di terima oleh lidahku." Lusy tersenyum.

"Itu adalah Coffee Caramel, aku sengaja mencampurnya karena alasan orang tidak menyukai kopi adalah pahit."

Kali Lusy mengalihkan pandangannya pada pria di sebelahnya.

"Kau sering datang kemari tapi hanya memesan susu vanilla atau coklat hangat, padahal cafe ini terkenal dengan kopinya."

"aku tak menyukai kopi" jelas Lusy.

"aku tau, maka dari itu aku membuat minuman ini. Agar kau juga bisa ikut menikmati kopi tanpa takut dengan rasa pahitnya" jelas sang barista sambil tersenyum, dan Lusy pun membalas senyuman itu.

Hari-hari berikutnya, Lusy sudah tidak lagi memesan Vanilla ataupun coklat hangat. Entah sudah cangkir keberapa yang ia pesan sejak barista di cafe tersebut memintanya mencoba coffee caramel buatannya.

Lusy sangat menyukai rasanya, manis dengan aroma kopi yang menenangkan.

"Kau kemari lagi?" ucap sang barista sambil menyodorkan coffee caramel pesanan Lusy.

"Hmm.. sepertinya aku ketagihan dengan coffee caramel buatanmu."

Barista itu tersenyum, ia menari kursi di depan Lusy sambil bertanya "boleh aku duduk disini?".

Lusy mengangguk.

"Kopi kesukaanmu akan masuk di menu baru kita, jadi.. mau bisa memesan minuman itu kapanpun walau sedang tidak ada aku "

mendengar ucapan tersebut ada perasaan aneh pada diri Lusy.

"kau.. mau pergi??" tanya Lusy dan barista itu mengangguk.

"kau mau berhenti bekerja disini?" sekali lagi barista tersebut mengangguk.

Lusy terdiam, ia menunduk memandang cangkir di genggamannya.

Hatinya terasa sedih dan tidak ingin jika pria barista itu pergi dari satu-satunya tempat dimana mereka bisa bertemu.

"Nona Lusy.. anda baik-baik saja?"

Lusy mencoba tersenyum "hmm.. aku baik-baik saja, sepertinya."

"kau.. mahasiswa jurusan seni rupa?", Lusy mengangguk.

"Apa kau mau memberiku hadiah karena sudah membuatkan kopi yang enak untukmu?"

"ehh???"

"dimana tempat tinggalmu? beritahu aku, aku akan datang besok siang."

"untuk apa?"

"untuk kau gambar, kau bisakan menggambar wajahku?"

Lusy terdiam, lalu mengangguk "ehm.. aku bisa."

"baik kalau begitu berikan alamatmu. kita bertemu besok siang dirumahmu."

-Bersambung-