"aku ingin bertanya Pangeran," ucap Anya tiba-tiba.
***
melirik dari sudut mata, Carlo melihat Anya tak menatap dirinya sama sekali dan terus mengarahkan pandangan ke depan, sepertinya ada hal serius yang ingin wanita itu katakan.
"ayah dan ibu ku memiliki kekhawatiran mengenai hubungan kita berdua, awalnya aku tidak ingin menyimpulkan ini sebagai suatu masalah yang harus diselesaikan, karena aku juga tidak mau menambah masalah yang Pangeran harus cari solusinya, tetapi--"
"langsung kepada intinya."
terdiam beberapa saat, Anya melanjutkan kalimatnya, "ayah dan ibu ku merasa bahwa Pangeran sedang menggantungkan Hubungan kita."
Carlo mengangkat salah satu alisnya sambil mencerna perkataan Anya.
"memang benar Pangeran telah mengumumkan diriku sebagai Tunangan Pangeran, tetapi bukankah itu tidak dianggap Resmi karena tidak melalui sebuah ritual suci untuk mengikat hubungan pertunangan? Ayah dan Ibu ku juga mendesak ku untuk bertanya kepada Pangeran, apakah pangeran sudah memiliki bayangan pasti tentang kapan akan menikahi ku, emh.. atau setidaknya mempersiapkan nya saja dulu."
"Dengarkan aku, Aku telah membuka mulutku di hadapan seluruh negeri bahwa kau adalah Tunangan ku, dan entah mereka beranggapan bahwa itu Resmi atau bukan, masalah itu memang termasuk yang harus diselesaikan, tetapi tidak juga menjadi prioritas utamaku, aku juga tidak bisa menjanjikan kapan kita berdua akan melakukan Upacara pertunangan secara sah, dan mengenai pernikahan, kita bisa bicarakan itu setelah Penobatan ku," balas Carlo lugas, seperti tak ada beban saat mengatakannya, berbeda dengan Anya yang sudah menggigit bibir bawahnya karena merasa kurang yakin atas jawaban Carlo.
"maafkan aku Pangeran, tetapi kedua orang tuaku--"
"kau Persiapkan saja dirimu, aku yang akan bicara kepada orang tuamu dan menjelaskan segala nya."
kehabisan kata-kata, Anya kembali menutup mulut dan membiarkan langkah mereka kembali ditemani oleh hening untuk beberapa waktu. Carlo juga merasa bahwa ia cukup keterlaluan karena membiarkan gadis itu larut dalam dilema yang tak semestinya dipikirkan, apa ia sudah terlalu kurang ajar?
"Putri Anya, aku minta maaf jika semuanya berjalan jauh dari ekspetasi mu, yang hanya bisa ku pastikan hanyalah kau adalah Calon Ratu ku, kau percaya padaku?" tanya Carlo, walau terdengar manis lelaki itu mengatakannya dengan nada datar.
Anya tersenyum, lalu mengangguk sebanyak dua kali, ia cukup puas kali ini dengan penuturan singkat Carlo, karena bagaimanapun, sejatinya perempuan juga akan cemas jika berada di dalam hubungan yang samar, ia butuh hal yang pasti dan, ucapan Carlo cukup menjadi obat penenang kegelisahannya.
***