Kondisi Calista pun telah sampai ke telinga Alberth sehingga lelaki itu berkunjung ke apartement.
Mendengar bel apartement, Ryan bergegas mengintip melalui interkam. Tatapannya membeliak. "Itu kan kekasih Calista. Si lelaki tua yang tidak tahu diri memacari seorang gadis. Apa coba yang di lihat Calista dari lelaki tua menyedihkan ini. Masih gantengan aku ke mana - mana. Cinta itu yah benar - benar buta. Sepertinya aku harus mengoperasi mata Calista supaya sembuh dari kerabunan." Lirihnya.
Bel apartement yang terus saja berbunyi memaksa Ryan masuk ke dalam kamar Calista. Hal pertama yang menusuk matanya adalah pemandangan yang seharusnya tidak ia lihat. Calista terlihat sedang menyenderkan kepalanya pada sandaran ranjang dengan tatapan nanar ke arah jendela. Dari jarak yang sejauh ini Ryan yakin bahwa Calista sedang menangis.
"Ehm, Calista ada tamu datang jadi bolehkan ku bukakan pintunya."
"Siapa yang datang?" Tanyanya tanpa mau menoleh ke arah lelaki itu.