Sinar pagi menyapa hangat wajah sejoli yang saling bergelung ke dalam pelukan. Perlahan siluet abu - abu terbuka bermanjakan wajah tampan yang masih memejam rapat. Senyum bahagia mengukir dibibir ranum mengiringi uluran tangan yang hendak menyentuh rahang kokoh. Namun, pergerakannya tersebut diliputi keraguan terlebih tidak mau membangunkan Leonard dari tidurnya.
Aku tidak sedang bermimpi kan? Batinnya sembari mencubit pipinya sendiri. "Aaww," rintihnya kesakitan.
"Jangan dicubit dunk, baby. Pipi kamu bisa memerah." Sembari mengusap lembut pipi Calista. "Tuh, Kan memerah. Lagian kenapa sih kamu cubit pipi kamu? Ada apa? Apa kamu ingin memastikan bahwa ini bukan mimpi?"
Ouwh, Leonard. Kenapa juga sih harus bertanya seperti itu kan kasihan Calista. Pipinya jadi merona merah semerah strawberry.