Saat ini Zach dan Darren sudah duduk di bangku taman belakang sekolah mereka memperhatikan bunga-bunga yang ada di depan mereka saat ini.
Zach membuka ponselnya, melihat ada pesan masuk disana. Itu pesan dari Salsa, entah kenapa ia tidak membalas atau membuka pesan itu tidak biasanya ia mengabaikan pesan dari Salsa tapi untuk kali ini dia benar-benar tidak mood untuk membalasnya.
"Zach, gue mau ngomong sama Lo" ujar Darren sontak membuat Zach menatap temannya itu. Benar Darren tadi saat menuju ke taman bilang ingin berbicara dengannya.
"ngomong aja" Zach mempersilahkan Darren untuk bicara.
"Lo gak percayakan sama omongan sialan dari Tiara tadi" Darren menatap serius Zach berharap Zach percaya dengan apa yang akan dia katakan.
Zach hanya diam tidak menjawab omongan Darren barusan, kenapa ia harus percaya dengan omongan Tiara. Dia saja tidak mengerti dengan maksud ucapan Darren.
"Lo marah ya sama gue" Darren malah semakin merasa bersalah dan tidak enak pada Zach. Karena Zach tidak menanggapi ucapannya.
"Gak" jawab Zach singkat.
"Kok, Lo tadi diem aja."
"Gue gak tau maksud lo, " ujar Zach dan jangan lupa ekspresi datarnya.
"Bilang dong, lo bikin gue takut aja" ujar Darren sambil mendorong pelan bahu Zach.
Zach menatap Darren horor setelah pria itu mendorong bahunya.
"Hehehe sorry"
"Dan Gue harap lo gak marah sama Luna oke. "
Darren kembali serius ekspresi wajahnya kini tidak nampak tersenyum lagi. Dia benar-benar serius untuk bicara.
Zach semakin tak mengerti, kini guratan di wajahnya menunjukkan itu semua. Kenapa sekarang Darren membawa-bawa nama Luna di depannya.
"Luna.. Kenapa? " tanya Zach tak mengerti.
"Gue kemarin malem, bonceng Luna di motor gue. Gue jemput dia di pinggir jalan Refill, dia nelpon gue katanya bingung harus pulang naik apa makanya gue jemput. Lo jangan salah paham sama gue dan Luna oke" Jelas Darren.
Zach langsung teringat dimana dia meninggalkan Luna, bukan meninggalkan lebih tepatnya menyuruh Luna turun dengan terpaksa. Karena dirinya memilih untuk pergi ke rumah Salsa.
Jadi, kemarin Luna pulang di antar Darren. Kenapa harus Darren ada kakaknya tapi kenapa gadis itu lebih memilih menghubungi Darren untuk menjemput nya. Zach malah bertanya-tanya sendiri dalam pikirannya menerka-nerka mengenai Luna yang malah memilih menghubungi Darren sebenarnya seberapa dekat gadis itu dengan Darren. Kenapa juga kini hatinya menjadi gelisah pikir Zach.
"Zach" panggil Darren karena sedari tadi yang ia lihat, temannya itu sibuk dengan pikirannya sendiri saat dirinya selesai menjelaskan yang sebenarnya.
"Lo gak marahkan? Gue bonceng cewek Lo" ujar Darren lagi memastikan bahwa temannya itu tidak cemburu.
"Gak" jawab Zach singkat. Ekspresi nya benar-benar menunjukkan yang sebaliknya.
"Gue jadi tenang Lo gak salah paham sama gue" Darren merasa lega dengan jawaban Zach. Walaupun jawaban itu sangat singkat dan terkesan dingin. Tapi, setidaknya Zach tidak salah paham.
Zach bangkit dari duduknya membuat Darren bingung serta kembali merasa ragu kalau Zach tidak salah paham padanya.
"Katanya Lo gak salah paham sama gue, kok Lo mau pergi" ujar Darren.
"Masuk jam pelajaran " balas Zach
"Oh iya gue lupa" Darren nepuk jidatnya. Lalu ikut bangkit dari duduknya dan menyusul Zach yang sudah berjalan terlebih dahulu.
°°°°°
L
una membaringkan tubuhnya di kasur sepulang sekolah dia bingung akan melakukan apa. Menatap langit-langit kamarnya mengingat kejadian tadi di sekolah, sekali lagi ia tidak habis fikir dengan Tiara kenapa dia sebegitu bencinya pada dirinya. Dan apa Tiara tidak tahu bahwa Daddynya sudah mengumumkan semua bahwa dia anak kandung keluarga Rayes. Tapi, kenapa masih saja seorang Tiara mengolok-olok dirinya anak seorang pelacur padahal bukan. Ibunya bukan pelacur dan dia benar-benar anak Luis, ibunya dulu pernah pergi dari rumah karena kesalah pahaman semata dan pergi membawa Lionil yang masih kecil serta tanpa di duga ternyata juga Sarah tengan mengandung anaknya dengan Luis. Karena emosi sesaat membuatnya pergi meninggalkan Luis selama 7 tahun. Dan karena ke egoisan itu membuat Luna tidak mengetahui siapa ayahnya selama 7 tahun i, dan dia baru mengetahui bahwa dia anak seorang Luis saat umurnya tepat menginjak 7 tahun.
Akhirnya Luna memilih untuk ke Mall menghilangkan pikiran dan rasa sedihnya saat ini serta untuk mencari beberapa Novel.
Luna menuju lantai bawah rumahnya meminta Lionil atau siapa untuk mengantarkan dirinya ke mall. Tapi rumah tampak sepi tidak ada orang yang beraktifitas ada sih beberapa art yang tengah menyiapkan makanan. Tapi, tidak mungkinkan jika ia menyuruh mereka untuk mengantarnya. Karena memang tidak ada orang yang mengantarnya terpaksa dia memesan Taksi online untuk mengantarkan dirinya ke mall. Ada sih mobil dirumahnya tapi dia belum mau menggunakan mobil disaat di belum lulus sekolah.
Setelah menunggu akhirnya taksi yang ia tunggu sudah datang didepan rumahnya. Ia segera bergegas untuk keluar rumah menghampiri taksi itu.
Saat sampai di luar rumah Luna segera masuk kedalam mobil, sebelum itu dia bilang terlebih dahulu kepada mang ujang untuk memberitahukan ke dua orang tuanya bahwa ia pergi sebentar ke mall. Sedari tadi Luna menghubungi ke dua orang tuanya tidak mendapat jawaban sama sekali, dan ia baru ingat jika kedua orang tuanya sedang menghadiri acara resmi sehingga tidak memungkinkan untuk menjawab telpon.
Untuk Lionil dia tidak tahu kemana kakaknya itu, mungkin dia sedang kuliah atau malah sedang tidur. Luna malas untuk menghubungi Lionil pasti orang itu banyak pertanyaan yang di ajukan sangat menjengkelkan memang.
Luna sudah berada di dalam mobil, dia membuka ponselnya, menyalakan ponsel itu yang dari dua haru lalu ia matikan. Ia sedang malas untuk sekedar memeriksa ponsel, entah kenapa rasanya tidak ingin saja melihat ponsel dan tidak ingin di ganggu.
Baru saja dia, menyalahkan ponselnya. Notifikasi silih berganti berbunyi pertanda bahwa banyak pemberitahuan serta pesan yang masuk
Setelah dirasa notifikasi itu semua tidak terdengar bunyinya lagi, Luna memeriksa satu persatu paling banyak notifikasi pesan. Pesan dari beberapa grup di ponselnya, pesan dari Anya maupun Dinda, dari Kakaknya Liam dan yang paling mencuri perhatian Luna pesan dari Zach total notifikasi dari Zach saja sebanyak dua puluh notif. Lima pesan dari Zach dan sisanya Lima belas panggilan dari Zach.
Luna membulat kan matanya, merasa tak percaya saat melihat itu. Seorang Zach menghubungi dirinya berkali-kali tidak bahkan sampai lima belas kali tidak biasanya manusia es menelpon dirinya sebanyak ini. Apa mungkin orang itu menyesal batin Luna.
°°°°°
Luna kini sudah sampai di Mall, di berkeliling Mall dia tidak langsung ke toko buka, ia terlebih dulu berjalan-jalan melihat dibagian baju. Sebenarnya dia tidak berniat untuk membeli baju tapi apa salahnyakan sekedar cuci mata siapa tahu ada yang ia ingin beli. Sekalian juga untuk menghibur diri melupakan hal buruk yang terjadi, tadi di sekolah. Nihil tidak ada setelan baju satupun yang mampu membuat dirinya terpikat, tidak ada yang sesuai dengan kriteria nya.
Luna memutuskan keluar dari tempat itu berjalan lagi mencari sesuatu yang mungkin akan menarik di matanya. Dan kini matanya tertuju pada sebuah kafe yang terdapat menu baru, sungguh itu membuat Luna sangat tertarik, dia adalah tipe orang yang gemar dengan sesuatu yang baru termasuk itu makanan. Jangan tanya lagi soal makanan, Luna penggemar berat makanan. Dia, Anya, dan Dinda penyuka makanan mereka sering berkumpul untuk patungan membeli makanan dan di habiskan bersama, sangkin gilanya mereka terhadap yang namanya makanan mereka bertiga membuat instagram khusus untuk makanan apa saja yang mereka makan saat itu juga mereka langsung mengupload nya.
Langkah kaki Luna berjalan membawa Luna masuk ke dalam kafe itu, Luna tertarik dengan burger yang merupakan menu baru disana. Ia juga memesan minuman bersoda untuk menemani menyantap burger.
Pesanan telah diberikan pada Luna, ia memang tidak memakan-makanan itu di tempat. Ia membawanya pergi ke tempat yang ingin dia tuju selanjutnya yaitu toko buku. Sudah cukup dia berkeliling tidak menemukan sesuatu yang menarik hatinya. Membuat Luna malas untuk berkeliling lagi, lebih baik ke toko buku, membeli buku yang ingin ia cari dan pulang kerumah beristirahat sepuasnya.
Karena jarak kafe dan toko buku sangat dekat Luna kini sudah masuk kedalam toko buku melihat-lihat buku anak-anak terlebih dahulu. Saat dia melangkahkan kakinya tadi seketika teringat Julian anak itu pasti suka dongeng, Luna berfikir seperti itu karena ia kerap kali mendengar kakak iparnya sering membacakan dongen pada Julian. Luna melihat buku-buku itu dan mengambil salah satu yang menurutnya ceritanya menarik, lalu ia melanjutkan langkahnya ke rak-rak tinggi dimana Novel-novel remaja berada.
Luna berjalan ke salah satu rak tinggi itu melihatnya disana ada novel yang memang sudah lama ia tunggu akhirnya ada juga di toko buku ini. Dengan sedikit berjinjit ia mengambil Novel itu. Namun tidak bisa karena jaraknya yang jauh dari tanganya. Dia melihat kesana kemari mencari seseorang yang mungkin bisa dimintai bantuan. Nihil tidak ada orang yang bisa di mintai bantuan, Luna mencoba untuk mengambilnya lagi berjinjit-jinjit mengambil buku itu dan..
Brakkk
Salah satu buku jatuh mengenai kepalanya.
"Aduhh" keluhnya kesakitan sambil memegang kepalanya.
Dia mengambil buku yang jatuh itu, tanpa diduga sebuah tangan juga ikut mengambil buku di lantai tersebut. Kini kedua tangan itu saling berpegang satu sama lain.
"Zach.. " ujar Luna saat melihat si empunya tangan yang juga hendak mengambil buku yang ada di lantai itu.
Zach terlebih dahulu mengambil, segera bangkit dari posisinya saat ini. Begitu juga dengan Luna yang sudah berdiri di hadapan Zach. Zach langsung menyerahkan buku itu pada Luna.
"Lo disini? " tanya Luna melihat Pria es itu di depanya.
"Ehmmm" Zach hanya berdeham untuk mengiyakan pertanyaan dari Luna.
°°°
T. B. C